Devils - Bagian 7

2 1 0
                                    

Gema terbangun mendengar suara alarm yang mengganggunya. Setelah mematikannya, ia duduk untuk mengumpulkan nyawanya. Kemudian dia berdiri untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Ketika akan memakai sragam osisnya, Gema tak sengaja melihat bayangan tubuhnya di cermin. Badannya nampak proposional, dia tidak heran dengan hal itu. Karena di masa pertumbuhannya sekarang, dia kerap melakukan olahraga.

Gema langsung memakai osisnya, kemudian berjalan keluar mengambil kunci motor milik Kris diruang tamu. Tak lupa tas yang juga berada di sofa ruang tamu, kemudian dia keluar bersamaan dengan rumah sebelah yang terbuka. Cewek sebelah rumahnya tersenyum melihat Gema keluar bersamaan dengannya. Lona melambai dengan semangat kearah Gema, Gema membalas kecil lambaian Lona.

Gema menyalakan motornya, kemudian melaju didepan rumah Lona. Lona sudah berada di depan gerbang rumahnya. "Pagi Gema." Sapanya, setelah memperhatikan pakaian yang dikenakan Gema hari ini sangat rapih.

"Pagi, Tante sama om ga keluar?" Tanya Gema. Biasanya Ketika Nita keluar mengantar Lona, Gema akan bersalaman dan pamit dengannya.

"Engga, biasalah lagi sibuk sendiri nyiapin yang mau buat ayah kerja." Balas Lona.

"Yaudah naik." Pinta Gema seraya menurunkan tanjakan di motor khusus untuk penumpang dibelakang. Lona yang melihat perhatian Gema hari ini tersenyum, sepertinya Gema sudah kembali.

Setelah Lona naik, motor mereka langsung membelah jalan kompleks pagi itu. Lona dan Gema tak banyak bicara ketika perjalanan. Tetapi Lona senang dengan Gema pagi ini, jantungnya dibuat berdebar karena tepat berada dibelakang Gema. Lona mencium aroma musk pada tubuh Gema yang membuatnya candu 3 hari ini. Peredaran darahnya seakan mengalir dengan cepat, ketika tiba-tiba Gema bertanya.

"Kenapa?" Tanyanya dibalik helm full face. Lona menggeleng, sepertinya dia ketahuan mencium aroma tubuh Gema.

"Engga hehe, cuma heran aja. Gema tiap hari wangi..." Balas Lona dengan polos, membuat Gema tertawa kecil didalam helm nya.

"Kemarin gue lupa ngajak lo ke taman. Lo ga nungguin gue buat kesana kan?" Tanya Gema tiba-tiba, membuat Lona ingat bahwa kemarin mereka memang lupa untuk pergi kesana. Terlebih cowok didepannya ini malah mengajak Lona ke Bengkel entah punya siapa.

"E-engga kok, aku juga lupa kemarin." Balas Lona mengingat ucapan Novel yang tidak suka kejadian kemarin diungkit lagi.

Gema mengangguk dia tak menjawab lagi, motor itu melaju dengan kecepatan bertambah. Sehingga tak butuh waktu lama untuk bisa sampai di sekolahan. Setelah Gema memarkirkan motornya, dia melepas helm nya dan menatap Lona.

"Maaf." Ujar Gema tiba-tiba.

"Eh, kenapa?" Tanya Lona yang terkejut, dia sudah melepaskan helm nya dari tadi.

"Ga tau, gue ngrasa ada salah aja sama lo kemarin. Padahal gue lupa kemarin gue ngapain aja." Ujar Gema jujur pada Lona, Lona sedikit terkejut.

Gema lupa dengan yang dia lakukan kemarin? Pikirannya. Atau karena ini, Gema tidak ingin Lona mengungkit hal lalu yang sudah terjadi. Atau ada sesuatu lain. Tidak mau memperpanjang masalah, takut Gema nanti akhirnya marah. Lona menggeleng cepat.

"Engga kok, udah ga usah dipikirin lagi Gema." Balas Lona, Gema menatap mata cewek yang lebih pendek itu.

"Hemm, gua kekelas dulu." Pamit Gema, Lona menatap kepergian Gema kemudian menghela nafas.

Bukannya bagaimana, tetapi Lona menginginkan Gema menawarkan diri untuk mengantarnya ke kelas. Tetapi untuk apa, ini hanya pikiran bodoh Lona yang tiba-tiba muncul. Memang dia siapanya Gema, hingga Gema harus tiap hari mengantarnya ke kelas.

"Gema tidak suka cewek manja." Gaum Lona, kemudian ia berjalan meninggalkan parkiran menuju kelasnya.

...

Gema duduk dengan santai di bangkunya, disebelahnya sudah ada Kara taman sebangku Gema. Kara tengah berbincang-bincang dengan teman-temannya, Gema tidak dekat dengan mereka. Dia hanya lumayan dekat dengan Kara sejak kemarin. Kara yang melihat kedatangan Gema berbalik untuk menghadap ke Gema, dan tak menggubris teman-temannya.

"Eh udah dateng." Ujar Kara, Gema tak membalas sapaan Neka. Dia langsung membuka tas dan mengeluarkan buku.

"Gue kemarin liat lo ke bengkelnya Kris. Lo kenal sama Kris ya?" Tanya Kara mengganti topik obrolan.

Benar saja, Gema menatap kearah Kara dengan alis berkerut. "Gue kesana?" Tanyanya, Kara mengangguk.

"Lo kenal sama Kris?" Tanya Kara lagi.

"Iya." Balas Gema singkat.

"Oh," Kara memperhatikan sikap Gema hari ini yang berbeda dari kemarin. "Lo emang gini ya Vel, kadang cepat banget berubahnya."

"Vel?" Ulang Gema dengan ekspresi tidak suka.

"Novel, lo kemarin nyuruh gue manggil itu. Kirain itu panggilan orang terdekat buat lo."

Gema tidak sekali mendengar nama Novel disebutkan. Sudah berkali-kali sebelum dia pindah kesini, teman kelasnya dulu juga ada yang membawa nama Novel tersebut. Tetapi Gema tidak pernah penasaran, dia pikir Novel adalah orang lain yang berbicara dengan temannya waktu itu. Karena Kris juga mengatakan bahwa Novel adalah temannya, dia sempat memberikan motor pada Gema yang tidak Gema ingat kapan bertemu dengan Novel.

"Dia bilang apa aja sama lo?" Tanya Gema tertarik, karena dia tidak pernah bertemu dengan cowok itu.

"Lo lupa kemarin bilang apa aja sama gue?" Tanya Kara sambil tertawa. Gema sedang serius, membuat Kara berhenti tertawa.

"Lo kemarin malak adek kelas," perkataan Kara membuat Gema memegang kepalanya.

Sial kenapa dia bisa lupa, tetapi buat apa dia malak orang lain. Bukankah dia sudah punya uang yang cukup dari papa nya untuk sekolah. Melihat Gema yang berpikir keras membuat Kara menatap Gema prihatin. Tetapi dilihat dari cowok itu kemarin, sikap buruk tidak mungkin bisa dia lakukan sekarang. Walau tubuhnya mendukung, tetapi wajah itu sangat tidak sebrengsek kemarin.

"Lo beneran ga inget ya?" Tanya Kara, Gema hanya menggeleng.

"Tapi kemarin lo emang badass sih, pakaian lo wajah lo... Kek nakutin orang-orang." Ujar Kara lirih yang dapat didengar samar oleh Gema.

Gema tidak ingin bertanya lebih lagi, dia terdiam sambil menatap depan. Kara yang menyadari sikap Gema tidak mau tau lebih, dia ikut terdiam. Padahal aslinya dia juga sedikit penasaran kenapa Gema bisa berubah sikap secepat itu. Pagi ini dia melihat Gema dangan versi baiknya, cowok itu masih tampan walau tidak urakan seperti kemarin.

"Lo mungkin sakit, coba pergi ke dokter." Ujar Kara tiba-tiba membuat Gema menatap Kara tajam.

Kara tertawa nyengir, kemudian dia meminta maaf pada Gema dengan menyatukan dua tangannya. "Bercanda bos, gua harus manggil lo apa sekarang?" Tanyanya.

"Gema," ujar Gema datar. Dia menatap kearah Kara dengan serius. "Gue ada kerjaan buat lo."

Kara melihat wajah Gema tajam itu menurutinya, "apa?"

Setelah memutuskannya dengan cepat, Gema mendekat ke telinga Kara guna berbisik.

"Awasi cowok yang namanya Novel itu, kalo perlu foto setiap apa yang dia lakukan. Tunjukkin ke gue setiap pagi."


TBC

MAVEL- Behind the Two DevilsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang