Sejak saat itu, Lona jarang keluar rumah. Dia hanya mau bermain dengan teman-teman jika dihalaman Rumahnya. Jika tidak dia memutuskan tidak mau ikut, Lona menghabiskan waktu nya dengan membaca buku. Hingga membaca buku lama kelamaan menjadi hobinya. Koleksi bukunya tahun demi tahun menjadi banyak.
Dari tahun demi tahun itu juga, akhirnya dirinya bisa melepaskan Gema. Dirinya sudah tidak memikirkan Gema dan Gema. Dia hanya selalu fokus pada buku, pelajaran, dirinya sendiri, dan keluarga. Lona tumbuh menjadi gadis cantik, baik, dan pintar. Ingatannya tentang Gema lama kelamaan tertutupi oleh peristiwa-peristiwa yang menyenangkan untuknya. Kini Lona bukan anak berusia 8 tahun, tetapi anak SMA berusia 18 tahun.
Dan kisah ini dimulai. Kisah yang akan membuat masa remajanya bewarna, dengan masalah-masalah yang menguras seluruh perhatian nya.
Hari itu Lona berlari mengejar bus umum untuk pulang. Dan untungnya bus umum itu mau berhenti setelah perjuangannya yang sangat melelahkan. Lona duduk disalah satu bangku, tak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan datar seorang cowok disampingnya. Cowok itu memakai baju bebas, padahal Cowok itu berusia remaja seperti dirinya, harusnya kan memakai sragam. Tapi Lona mengabaikan hal itu, dia memutuskan pandangannya kemudian menatap keluar jendela.
Tiba-tiba bus itu mengerem dadak, membuat Lona hampir terbentur bangku didepannya jika saja cowok disampingnya tidak menahan kepalanya sebelum terbentur. Lona menatap cowok itu sekarang lebih dekat. Cowok itu sangat tampan, Lona berhenti menatap cowok itu setelah cowok itu melambai kecil didepannya.
"Em-maaf. Dan ma-makasih udah bantuin aku." Ujar Lona. Cowok itu malah menatap Lona datar kemudian dia mengangguk kecil seraya membuang muka.
Lona menghela nafas, tidak menyangka balasan cowok itu. "Nama kamu siapa?" Tanya Lona seberani mungkin. Cowok itu tak membalas, juga tak menatap Lona balik.
"Oh oke, kamu mungkin enggak suka aku tanya gitu. Maaf ya kalo aku sok dekat sama kamu." Ujar Lona jujur, cowok itu menoleh pada Lona tetapi tetap diam. Hingga Lona berpikir jika cowok tampan itu bisu.
"Kamu..." Lona meneguk ludah, "bisu ya?" Tanyanya sehati-hati mungkin supaya cowok itu tidak tersinggung.
"Bacot banget lo!" Sentak cowok itu kepada Lona dengan wajah marah, tetapi hanya bisa didengar oleh Lona. Ini bukan seperti cowok tadi yang tatapannya datar dan tidak mau bicara.
Lona terbatuk kecil karena sentakan cowok itu. "Maaf aku kan cuma tanya." Cicit Lona.
"Ganggu banget." Ujar cowok itu kemudian berdiri dan meminta supir untuk berhenti, dia turun disana. Wajah Lona tertekuk, antara kesal juga merasa bersalah. Mungkin dia keterlaluan karena mengatakan cowok itu bisu.
....
Novel berjalan dengan santai seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Dia berhenti di gang sempit yang selalu sepi. Tangannya bergerak mengambil rokok dan pematiknya yang tadi sempat dia beli ketika keluar dari bus yang dia naiki.
Novel menghisap rokok itu. Tiba-tiba ada beberapa orang yang menghampirinya, mereka tersenyum miring melihat Novel seakan mendapatkan mangsa.
Novel mematikan puntung rokoknya, kemudian berdiri menatap tajam mereka. "Wah kayaknya anak orang kaya." Ujar salah satu orang itu melihat kaos yang dipakai Novel.
"Sikat aja bos." Sahut temannya, pria yang paling kekar dan berwajah menyeramkan tersenyum miring.
"Ini wilayah kita, lewat sini harus bayar." Ujar pria itu yang sepertinya bos mereka. Novel berdecih, dia berdiri didepan orang-orang itu, sebut saja mereka preman.
"Kalian yang harus bayar ke gue." Ujar Novel dengan senyuman devilnya, semua menatap Novel remeh. Saat itu juga Novel maju dan terjadilah aksi baku hantam satu orang lawan 5 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAVEL- Behind the Two Devils
Fiksi RemajaBagaimana jika Gema tidak bertemu kembali dengan Lona. Akankah dia mengetahui rahasia tentang dirinya. Ya, rahasia tentang dirinya sendiri. Gema dan Novel saling berkaitan tetapi tidak saling mengenal. Bagaimanakah dengan Lona? Gadis yang akan terj...