9. Ketemu Om Judi

705 81 1
                                    


***

Revisinya bikin diriku ini malas. Tapi HARUS update buat kalian✌🏻
CORI-CORI

***



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Sebelum kelas dimulai, pagi-pagi sekali sudah terdengar suara riuh di sebuah kelas. Ada yang berlarian, ada yang main masak-masak, ada yang menggosip —kalau itu Gigi. Ada pula tujuh kurcaci yang berbicara tentang apapun yang sebenarnya mereka kurang mengerti.

"Teyus, uang Ale yang banyak disimpan dimana?" Injun duduk di samping Ale, mereka seperti biasa, duduk melingkar di lantai kelas jika lonceng sekolah belum berbunyi.

"Di gedung!" Ujar anak itu semangat. "Daddy selalu bawa Ale kesana sambil bawa uang banyak."

"Gedung mana?" Esa menatap Ale bingung. Karena, ya memang gedung itu banyak diperkotaan ditempat mereka tinggal.

"Gedung yang banyak uangnya." Ujar Ale memperagakan tangannya melingkar diudara.

"Oh..." Semuanya berseru serentak sambil menganggukkan kepalanya.

Sedari tadi, Yazan dan Nono yang meniimbrung tidak mendapatkan hasil apa-apa dari percakapan tersebut. Maksudnya, mereka berdua menyimak panjang lebar sedari tadi agar mendapatkan pencerahan cara mendapatkan uang. Namun, nihil.

Lalu Ale menoleh pada Nono yang sedari tadi menyimak. "Nono pasti punya uang banyak. Soalnya Nono kan jualan Abang."

Nono menggeleng. "Uang banyak itu sudah dikembalikan Abang. Jadi uang Nono ada sedikit!" Ujarnya sambil mengeluarkan segepok uang merah dari dalam saku celananya.

"Ckckck..." Ale menggeleng. "Sedikit sekali."

Setelahnya Nono menghela nafasnya. Yazan yang berada disampingnya hanya menepuk kepala Nono dua kali. "Teruth, cara tita bica dapat uang banyat gimana?"

"Mau buat apa, Njan?"Injunpun bingung, biasanya Yazan tidak akan perduli tentang uang sebanyak apapun.

"Njan mau beli burung Om Judi."

"Burung Om Judi?" Tanya para kurcaci serentak.

"Burungnya becar..." Lanjut Yazan yang merentangkan tangannya lebar-lebar.

"Wahhh..." Keenam teman Yazan itu matanya berbinar.

"Nanti kita ketempat Njan ya.. mau main, liat buyung Om Judi."

"Boleh."

"Yeay!" Semuanya pun bersorak.

Disaat jam istirahat pun ketujuh kurcaci itu tetap memilih bermain di ruang bermain, alih-alih pergi kelapangan. Mereka bertujuh berkumpul seperti bakwan sayur yang saling menempel satu sama lain. Mereka duduk mengelilingi papan monopoli. Katanya, Yazan hari ini ingin mengajari mereka bermain monopoli.

Dunia YazanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang