3. Pertemuan Kembali

3.6K 235 9
                                    

"Mas Ritz udah mau berangkat?" ujar Andin sambil berlari-lari kecil menuruni tangga untuk mengejar Ritz.

"Iya, Din. Ada syuting pagi hari in."

"Enggak apa-apa, Mas."

"Kamu udah dengar kabar dari Dani?"

Sejak Yuta pergi meninggalkan kediaman Ritz tanpa kabar sama sekali, Andin dan Dani adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktu untuk mengurus Zanna. Keduanya adalah mantan asisten juga manajer yang dahulu bekerja membantu Yuta. Bisa dibilang mereka telah menjadi orang yang sangat dekat dengan Zanna selain Ritz.

Mereka tidak keberatan mengurus Zanna. Bukan karena tanggung jawab dan pekerjaan, tetapi keduanya memang sangat menyayangi gadis kecil itu. Hal itulah alasan sampai hari ini mereka masih bekerja di kediaman Ritz meski Yuta sudah tidak ada. Ritz juga tidak berniat mencari pengasuh lain karena keduanya sudah melakukan semua yang mereka bisa untuk Zanna.

Andin tampak sedih ketika menjawab, "Dua hari yang lalu katanya pas dicek masih positif."

Sudah hampir dua pekan Dani menjalani karantina di Wisma Atlet karena dirinya dinyatakan positif Covid-19. Satu per satu penghuni kediaman Ritz bergantian terpapar, bahkan sang pemilik sendiri sudah pernah mengalaminya. Hanya Zanna dan Andin saja yang masih terjaga dengan aman sampai hari ini karena keduanya memang tidak pernah meninggalkan rumah juga berinteraksi dengan orang luar.

"Tapi kondisinya bagus?" tanya Ritz khawatir.

"Katanya sih enggak ada masalah, Mas. Pernapasan, pencernaan, semua bagus."

"Syukurlah. Semoga dia segera negatif dan bisa cepat balik ke sini." Meski hubungannya dengan Dani tidak begitu baik sejak kepergian Yuta, dia tetap memedulikan lelaki itu. "Oh, ya! Soal tugas-tugas sekolah Zanna. Kalau terlalu aneh-aneh dan kamu enggak sanggup handle, abaikan aja."

Seketika itu juga Andin meringis. Sejauh ini, tugas terberat dalam mengasuh Zanna adalah menemani gadis kecil itu bersekolah online sejak pandemi melanda akhir tahun lalu.

Sudah tiga bulan ini Zanna hanya bisa belajar dari rumah dan dampaknya sungguh ajaib. Tugas-tugas yang sekolahnya berikan untuk anak tingkat TK B itu terlalu merepotkan dan membuat pusing banyak orang. Jangankan Zanna yang masih kecil, Andin dan Dani yang membantu saja selalu dibuat sakit kepala.

"Makin hari makin ajaib aja tugas-tugasnya," gerutu Ritz. Dia yang tidak sering terlibat saja sudah ikut pusing saat mendengar laporan dari Andin. "Bukan anak yang belajar, malah orang tua yang repot."

"Andin bantu sebisanya ya, Mas," ucap Andin meski dirinya tidak yakin. Berdua Dani saja Andin kusut, apalagi sendirian? Maunya pasrah saja.

Baru saja Ritz hendak pamit, dia kembali teringat sesuatu. "Soal guru privat buat Zanna gimana?"

"Andin udah hubungi orang yang direkomendasiin sama Mas Morgan."

"Terus tanggapannya apa?" Ketimbang kewarasan Andin dan Dani terancam, Ritz pikir mempekerjakan guru privat untuk Zanna adalah pilihan terbaik.

"Hari ini mau datang buat interview. Mas Ritz mau ikut ketemu?"

"Saya serahin sama kamu aja." Bukan Ritz tidak peduli, hanya saja dia sudah percaya penuh kepada Andin. "Kalau kamu rasa cocok, langsung deal aja."

***

Di hari yang sama, Yuta dilanda kegelisahan memikirkan akan memasuki rumah Ritz lagi setelah sekian lama.

"Ash, aku takut," keluh Yuta sebelum masuk ke mobil.

"Takut Zev cari kamu?"

Cepat-cepat Yuta menggeleng. Dia yakin tidak akan ada masalah dengan bocah mungil itu. Asha dan Bimo mampu mengurus Zev dengan baik.

Selamat Tinggal LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang