Hai, selamat datang di cerita ini!
Sekadar informasi, cerita ini merupakan bagian kedua dari kisah Yuta-Ritz. Bagian pertamanya dapat kalian baca di Innovel dengan judul Sebatas Teman Tidur (hanya tayang di sana). Kalau kalian mau langsung baca dari bagian kedua juga tidak apa-apa karena sedikit-sedikit akan aku selipkan penjelasan dari bagian pertama. Hanya saja kalau memang ingin menikmati secara lengkap dan detail, sebaiknya baca juga bagian pertama.
Jangan lupa kasih vote dan tinggalkan komen kalian ...
Buat yang ingin tahu lebih banyak seputar cerita-ceritaku bisa follow IG: ellewangstories
***
Jauh setelah putrinya terlelap, Yuta Maharumi masih mendekap tubuh mungil Zanna begitu erat. Berat dan tidak rela rasanya untuk berpisah. Hati Yuta dipenuhi sakit dan kecewa, tetapi dia harus menguatkan diri.
Yuta sadar, kehadirannya tidak lagi diinginkan di rumah ini. Sebelum diusir, lebih baik Yuta melangkah pergi atas kehendaknya sendiri.
"Sayang, maafin Mama ya," bisik Yuta sembari memandangi wajah lelap Zanna. "Andai bisa, Mama juga ingin kita terus sama-sama, tapi keadaannya sekarang begini."
Yuta terus memandangi wajah putrinya. Mungkin ini adalah kali terakhir dia bisa mendekap tubuh mungil Zanna sepuas hati. Esok nanti, entah apa yang terjadi. Namun, satu hal yang Yuta tahu pasti, dia tidak akan ada saat Zanna berulang tahun yang ke-2 beberapa bulan lagi.
"Maaf kalau Mama harus pergi." Yuta menggenggam jemari mungil Zanna, lalu mengecupnya lembut. "Bukan Mama enggak sayang sama Zanna, bukan Mama mau ninggalin Zanna, tapi kehadiran Mama udah enggak diinginkan lagi di sini."
Membayangkan dirinya tidak akan ada lagi di sisi Zanna pada waktu-waktu mendatang, dunia Yuta terasa gelap.
"Semua ini salah Mama. Andai Mama enggak mengungkapkan perasaan Mama ke Papa, semua enggak akan jadi begini." Yuta tidak sanggup lagi membendung air matanya. Sesak itu harus dia tumpahkan. "Harusnya Mama enggak pernah bicara soal perasaan Mama yang sebenarnya."
Hari ketika Yuta mengungkapkan perasaannya kepada Lauritz Meijer merupakan satu dari segelintir momen terburuk dalam hidupnya. Momen yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan, nyatanya malah menjadi kenangan pahit.
"Aku cinta sama Mas Lau."
"Rumi, apa kamu lupa ucapan aku di awal sebelum kita membuat perjanjian ini?" Tatapan Ritz seketika berubah kecewa. "Jangan melibatkan cinta dalam pernikahan ini."
Perubahan sikap Ritz membuat Yuta kaget bukan main. "Tapi ... Mas Lau bilang kalau Mas Lau sayang sama aku."
"Sayang berbeda dengan cinta, Rumi," ujar Ritz kaku. Setelah itu, nadanya terdengar sinis. "Mungkin selama ini kamu salah mengartikan perasaan aku."
"Tolong jelasin karena aku enggak mengerti, Mas," bisik Yuta hampir menangis.
"Aku menyayangi kamu sebagai orang yang dekat dengan aku, sebagai keluarga aku, tapi bukan perasaan cinta," tutur Ritz dingin.
"Harusnya Mama bersyukur dengan kehadiran kamu dan enggak berharap lebih. Bisa memeluk kamu, menyayangi kamu, harusnya itu udah lebih dari cukup buat Mama," bisik Yuta sesak ketika kenangan akan malam itu memenuhi benaknya. "Sayang Mama terlalu serakah dan mengharapkan sesuatu yang terlalu tinggi."
Perlahan Ritz berdiri dari tempat tidur, lalu menyambar pakaiannya. "Aku rasa perjanjian ini udah enggak bisa dilanjutkan lagi."
"Maksud Mas Lau apa?" bisik Yuta gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Tinggal Luka
RomanceMenikah di atas perjanjian dengan Lauritz Meijer, seorang aktor ternama berdarah Belanda, tidak pernah terbayang oleh Yuta Maharumi. Jatuh cinta kepada Ritz juga tidak pernah Yuta rencanakan, apalagi sampai memiliki anak bersama. Namun, momen penga...