Tiga Saudara

53 8 0
                                    

" Presdir Zen, saya minta Maaf..."

" Minta maaf lah pada dia!" pintah Zen sambil menunjuk Neia.

Louis buru-buru beralih ke Neia. Ia sangat takut karirnya akan segera hancur karena keangkuhannya sendiri.

" Neia, Bapak minta maaf atas perlakuan tadi ke kamu!" ujar Louis sambil menyodorkan tangannya untuk meminta maaf pada Neia.

Neia yang melihat hal itu tersenyum. ia menerima permintaan maaf dari Louis itu.

" Saya maafkan Pak. Saya juga minta maaf sudah membuat malu Bapak" tuturnya.

Louis mengangguk dan tersenyum mendengar penuturan dari Neia.

" Terima Kasih sudah memaafkan Bapak. Kamu boleh pergi untuk bersiap" ujarnya.

Neia melangkah pergi menuju ke penata rias latar, untuk bersiap mengikuti adegan Acting Film. Melihat hal itu, Louis bernafas lega.

" Pak Louis! Nanti setelah acara Syuting selesai, Pak Louis datang menemui saya di Parkiran Mobil. Saya menunggu Pak Louis, di dalam Mobil saya!" pintah Zen.

Zen meninggalkan Louis sendirian di tempat. Louis hanya menatap punggung Zen yang sudah berlalu.

' Ada apa ya? Apa karena masalah tadi?' batinnya.

                                ***

" Reno, bagaimana hasil omzet penjualan bulan ini?" tanya seorang CEO sekaligus Presdir sebuah Perusahaan XANDER MARS kepada Asisten Pribadinya.

Sang Asisten menyerahkan sebuah dokumen ke Atasannya itu.

" Sesuai dugaan Kak Dev. Omzet penjualan Produk Parfum kita bulan ini menurun drastis. Nasib baik kita menggunakan Proyek kecil" jelas Reno Varendra Marsee.

" Ternyata benar, ada orang dalam yang sedang bermain jadi ikan. Reno, bantu Gue meretas CCTV Kantor kita! Nanti malam, Gue yang akan meretas Laptop dan komputer di Kantor kita" pintah Devano Alexander Marsee.

" Baik" jawab Reno.

Reno segera melaksanakan perintah dari Dev. Ia mengutak-atik komputernya, memasukan kode-kode yang rumit. Bagi seorang IT pasti tahu akan ini. Cukup lama, hampir satu jam untuk bisa memecahkan keamanan Kantor Perusahaan XANDER MARS. Reno melihat rekaman dengan teliti. Rekaman CCTV, memang dipasang hanya ada di gedung Kantor saja. Tidak ada pemasangan CCTV duplicate di Kantor tersebut.

" Dapat" ujar Reno dan segera memperlihatkan hasil temuannya pada Dev.

" Ada dua orang di Kantor kita yang kurang sinkron, Kak Dev" ujarnya lagi.

Dev melihat seksama Rekaman CCTV itu. Ia tersenyum seakan tahu, siapa diantara mereka biang keladinya.

" Dari rekaman ini Gue bisa melihatnya Reno, siapa ikan itu? Tapi takutnya, satunya menjadi udang dan tertangkap ikan. Kita harus mengumpulkan cukup bukti untuk bisa menangkap ikan itu" ujar Dev menyeringai sambil menunjuk ke Rekaman CCTV tersebut.

Reno mengangguk, ia paham dengan kiasan dari Dev itu. Reno Varendra Marsee, sebenarnya anak yatim piatu. Ia diangkat oleh orang tuanya Dev waktu masih belita. Umurnya saat itu baru menginjak 5 tahun. Ia paling muda diantara Dev dan adik kandungnya, Zeno Alexander Livyan. Usia Dev waktu itu, 8 tahun. Sedangkan Adik kandungnya, Zen berusia 7 tahun. Reno mengabdi pada keluarganya Dev, Keluarga Xander Marsee. Sekarang usianya sudah 26 tahun.

" Reno nanti sampaikan pada Sekretaris kita untuk mengadakan Meeting! Oh ya, Nanti Loe bawa Proyek asli kita yang sudah kita berdua kerjakan secara diam-diam itu!" pintah Dev lagi.

" Baik"

Tak lama kemudian, Handphone Dev berbunyi tanda ada pesan masuk. Ia pun membuka isi pesan tersebut.

[Zen : Kak, Nanti Gue ke kantor Loe]

Dev menyeringitkan dahinya.

[Dev : Ngapain Loe ke sini?]

[Zen : Adik sendiri mau main ke kantor kakaknya gak bolehkah? Ada yang mau Gue omongin ke Loe]

[Dev : Hmmm]

[Zen : Ya elah singkat amat]

Dev tersenyum melihat pesan dari Zen.

[Dev : Ngomongnya habis Gue selesai Meeting]

[ Zen : Ok, My Brother. Kirim salam buat Reno, ya Kak!]

Dev tidak membalas pesan dari Zen lagi. Ia memasukkan Handphonenya ke dalam saku.

" Dari siapa Kak?" tanya Reno.

" Dari Zen. Dia mau ke sini dan juga titip salam buat Loe" ujar Dev kalem.

" Ngapain Kak Zen ke sini, Kak?"

" Gak tahu, kangen kali sama kita" ujar Dev cuek.

Reno hanya menghembuskan nafas kasarnya mendengar jawaban dari Dev. Dev memang terkenal dengan sikapnya cool, cuek, keras, dan tegas. Namun, dia aslinya baik.

" Kak, Gue permisi dulu nenemui Lezia!" ujarnya berpamitan.

" Hmm"

Reno pergi menemui Sekretarisnya Dev, Leziana Isabelle. Sebenarnya, Reno kurang suka dengan Lezia. Lezia Sekretaris tercantik di Perusahaan XANDER MARS tapi, suka tebar pesona ke Dev. Lezia saat ini, berusia 27 tahun. Kinerja Lezia sangat bagus. Makanya, ia tetap dipertahankan di Perusahan XANDER MARS. Reno memasuki Ruang Sekretaris.

" Lezia! Tolong beri tahu ke semua orang, 15 menit lagi Presdir Dev mengadakan Meeting!" pintah Reno.

" Baik, Pak Reno" ujar Lezia.

Reno keluar dari Ruang Sekretaris. Baru 10 langkah Reno berjalan, Handphonenya berbunyi tanda ada pesan masuk. Ia membuka pesan tersebut.

[ Zen : No, Kak Dev sudah mau Meeting kah?]

Ia tersenyum melihat pesan dari Kakak angkat nomor duanya itu. Jarinya mulai bergerak cepat kesana - kemari.

[ Reno : Meeting 15 menit lagi mau dimulai. Kenapa Kak?]

[ Zen : Gak papa, No. Gue gak mau nanti disana nunggu lama. Emang Meeting apa sih?]

Reno menyeringai melihat pesan dari Zen. Ia mempunyai niat untuk mengerjai Kakaknya Si Zen itu.

[ Reno : Ada, KEPO Loe Kak!]

[ Zen : Cih,, Gak asik amat Loe. Jangan karena Loe sering dekat Kak Dev, malah jadi kayak dia]

Reno memasukan Handphonenya ke dalam saku. Ia kembali berjalan menuju Ruang Dev berada. Sesampai di sana, ia kembali mencari berkas yang dipesan Dev di dalam Brangkas. Brangkas tersebut di kunci menggunakan teknologi canggih. Hanya ia dan Dev yang tahu tentang Brangkas tersebut. Setelah mendapatkan berkas yang dicari, Reno kembali menutup dan mengunci Brangkas tersebut. Sedangkan Dev yang melihat itu, hanya tersenyum.

" Sudah?" tanya Dev.

Reno segera mengangguk. Dev berjalan keluar dari Ruangannya, dan diikuti oleh Reno sebagai Asistennya. Mereka berdua menuju ke Ruang Sekretaris menemui Lezia. Terlihat Lezia sudah menunggu disamping Pintu bagian luar Ruangan. Lezia antusias tersenyum manis melihat Dev datang.

" Presdir Dev! Saya sudah memberi tahu ke semua orang, dan mereka sudah berada di Ruang Meeting" ujar Lezia.

' Mulai deh Cari perhatiannya' batin Reno.

" Bagus" timpal Dev.

Hati Lezia sumringah mendengar pujian singkat dari Dev. Ia hanya bisa menunjukkan senyuman manis itu. Reno yang melirik Lezia merasakan rasa geli pada dirinya.

' Iihhh,, kok ada cewek kayak gitu di Dunia ini. Kok bisa ya, Kak Dev bisa tahan punya Sekretaris kayak dia? Wah... Kalau seandainya Kak Dev punya Istri, pasti ada Perang Dunia ketiga' batinnya sambil berkhayal.

Dev berjalan menuju ke Ruang Meeting. Reno dan Lezia mengikutinya dari belakang.

She's My CameliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang