Masalah

25 3 0
                                    

" Tolong sampaikan pada Neia, temui saya setelah dia sarapan!" pintah Louis.

" Baik Pak"

Rea pergi menemui Neia yang sedang sarapan pagi.

***

" APA INI?" tanya Dev dengan nada marah.

" KENAPA OMZET PENJUALAN BULAN INI MENURUN?" tanyanya lagi.

Hanya suasana hening yang menjawab pertanyaan dari Dev. Dev yang geram dengan kediaman para bawahannya itu, menggerbrak meja Meeting.

Brukkkk....

" KENAPA KALIAN DIAM SAJA TIDAK MENJAWAB PERTANYAAN DARI SAYA?" bentak Dev.

" Presdir.. Presdir Dev! Maafkan kami sebelumnya, data perusahaan bulan ini telah dicuri. Tapi, alangkah baiknya kita mengganti IT kita. Saya curiga di perusahaan kita ada mata-mata musuh memasuki Perusahaan kita" ujar Pamannya Dev, Victor Alexander Nucleus.

" Apa maksud Pak Direktur Victor? Pak Victor sedang meragukan IT di perusahaan ini?" tanya Manager Zifan.

' Ikan nggak mau ngaku. Kini berusaha memancing Udang' batin Dev.

Brukkk...

"CUKUP!" bentak Dev sambil menggebrak meja.

Semua orang hanya terdiam, ketakutaan. Ada yang ketakutan dipecat, ada juga ketakutan ketahuan mencuri.

" Mulai sekarang proyek akan dipegang oleh Reno dan saya! Jadi, biaya dan semua data tentang Proyek harus disetujui oleh saya dan Reno. Mengenai IT, sementara akan diganti setiap bulannya! Apakah sampai disini paham?" tegas Dev.

Semua orang mengangguk mendengar perintah dan pertanyaan dari Dev.

" Baik kalau sudah paham, proyek kali ini sudah saya kerjakan bersama Reno. Proyek ini bisa menutup kerugian pada bulan ini. Tugas kalian hanya memasarkan produk parfum ini di pasaran. Data produk kali ini berada di pengawasan kami berdua. Kalau ada apa-apa kalian tanya pada Reno atau sekretaris saya! Reno saya tunjuk sebagai Direktur Personalia. Meeting hari ini sudah selesai, kalian boleh kembali ke pekerjaan masing-masing!" tegas Dev lagi.

Semua orang meninggalkan Ruang Meeting. Kini, hanya tersisa Reno, Lezia dan Dev di ruangan itu.

" Lezia kamu cari tahu, apa Presdir Zen sudah datang!" pintah Dev.

" Baik Presdir"

Lezia meninggalkan Ruang Meeting. Reno meletakkan berkas di atas meja Meeting, yang ia pegang dari tadi.

" Kak, Gue nggak habis pikir. Apa gunanya bawa berkas ini, jika hari ini tidak di bahas?" tanya Reno.

" Tadinya mau Gue bahas tapi, Gue lebih tertarik bermain dengan ikan. Kita lihat sampai mana ikan akan melahap mangsanya?"

Reno hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mendengar penuturan dari Dev. Tak lama kemudian...

Tuk tuk tuk....

Suara ketukan pintu dari luar ruang Meeting.

" Masuk!" pintah Dev.

Seorang wanita yang tidak lain Lezia, memasuki ruang Meeting.

" Presdir Dev! Presdir Zen sudah datang! Beliau menunggu di ruangan Presdir" ujarnya.

" Baik saya akan kesana"

Dev segera bergegas keluar dari Ruang Meeting, diikuti oleh Reno dan Lezia.

Sesampainya di Ruang Presdir, Zen sudah menunggu bersama dengan Felix, Asisten pribadinya. Melihat kakaknya datang, ia berdiri dan menghampiri Dev.

" Halo Presdir Dev! Apa Kabar?" sapanya.

" Nggak usah basa-basi segala kenapa!" pintah Dev.

Zen memberi kode ke Dev masih ada Lezia di ruangannya.

" Ehhmmm.... Lezia, kamu boleh kembali ke ruanganmu sekarang!" pintahnya.

Lezia mengangguk dan pergi dari ruangannya.

" Hufttt... Lega Gue, Lezia sudah pergi. Untung juga ruangan ini kedap suara, jadi nggak ada yang tahu kita ngomong apa" ujar Reno.

" Ruangan ini memang kedap suara, tapi kenapa Loe ngomong soal Lezia?" tanya Zen heran.

" Ilfeel Gue lihat tingkah dia yang caper saat dekat Kak Dev"

" Halah... Itu Loe aja yang jealous, Lezia lebih milih Kak Dev dari pada Loe!" tuding Zen pada Reno.

Reno yang dituding seperti itu tidak terima. Ia kesal dan jijik saat membayangkan Lezia jadi pasangannya.

" Iihhhh ogah lebih...." ucapan Reno terpotong.

" DIAM!" geram Dev.

Seketika suasana ruangan menjadi hening. Tidak ada suara apa pun di ruangan itu.

" Kak! Loe tadi Meeting apa?" tanya Zen mencairkan suasana.

Dev menghembuskan nafas dengan kasar.

" Ada mata-mata musuh yang mencuri data Perusahaan Xander Mars" ujar Dev kalem.

"Apa mata-mata itu sudah ditemukan?" tanya Zen lagi.

" Sudah. Tapi, kita perlu bukti untuk menjebak musuh, dan kita perlu main cantik" kini yang menjawab ialah Reno.

Zen menyeringitkan dahinya. Ia tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan Dev dan Reno nanti.

" Mau Nggak mau, Gue ganti staf IT setiap bulan, dan setiap malam Gue meretas Komputer dan Laptop yang digunakan di Kantor ini. Sedangkan, Reno meretas semua CCTV di Perusahaan Xander Mars" timpal Dev lagi.

Zen mengangguk, tanda ia mengerti maksud dari Dev.

" Apa nanti Loe nggak Capek, Kak?" tanya Zen lagi.

" Mau gimana lagi? Hanya jalan itu satu-satunya. Perusahaan kita kuat akan Sniper dan Bodyguard tapi, lemah dengan keamanan IT. Kita berempat pandai dalam bidang IT tapi, tak sekuat keamanan IT dari Keluarga Kenneth. Sangat disayangkan Keluarga Kenneth yang dulu menjadi nomor 1, kini sudah hancur" tutur Dev.

" Entah keturunannya sekarang masih ada atau tidak?" gumam Zen.

Dev melihat ke arah zen. Ia tak sengaja mendengar gumaman darinya.

" Zen, ada apa Loe ke sini?" tanya Dev mengalihkan pokok pembicaraan.

" Oh ya. Kak Dev, Kakek beri tahu Gue agar Kakak secepatnya untuk menikah" ujar Zen secara intens.

" APA?" tanya Dev terkejut.

Dev menggelengkan kepalanya. Ia sudah merasa pusing. Baru saja masalah Kantor belum siap ditambah lagi dengan masalah Keluarga yang datang secara tiba-tiba. Ya, dia belum siap untuk membina sebuah keluarga. Walaupun umurnya sudah 29 tahun, dan sudah cukup untuk membangun sebuah keluarga kecil.

' Ckkk.... Masalah Kantor belum kelar, datang pula masalah lain. Kenapa jadi bertumpuk kayak gini sih?' batinnya

" Reno, Loe handle Kantor, ya! Gue mau balik dulu sama Zen!" pintah Dev pada Reno.

"Baik, Kak"

" Terus Gue ikut sama kalian, apa handle Kantor Perusahaan Xander Intertaiment?" kali ini yang bertanya ialah Felix. Felix yang sedari tadi diam saja, telah bersuara.

Zen yang mendengar Felix bertanya, menoleh ke arahnya. Ia tersenyum kepada Felix. Zen menepuk pundak Felix.

" Loe handle Kantor kita, Kantor Perusahaan Xander Intertaiment, ya Sobat! Gue mau ikut Mobilnya Kak Dev" pintahnya.

" Ok"

Dev, Zen, dan Felix keluar dari ruangan. Mereka bertiga menuju ke pintu lift untuk turun ke lantai 1. Setelah terbuka mereka bertiga pun masuk. Hanya butuh beberapa menit saja, untuk sampai di lantai 1. Mereka sampai di lantai 1, di lobi Kantor, dan bergegas menuju parkiran Mobil. Zen satu mobil dengan Dev. Sedangkan, Reno menggunakan Mobilnya Zen. Kedua Mobil menyala tapi, tujuannya tak sama. Dev dan Zen pergi ke kediaman Keluarganya, Xander Marsee. Sedangkan, Reno pergi ke Perusahaannya Zen, Xander Intertaiment.

" Loe belum siap nikah ya, Kak?" tanya Zen kepada Dev yang tengah menyetir Mobilnya.

" Iya"

She's My CameliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang