Terlambat

76 6 0
                                    

" Nei... Neiaa..!! Bangun Nei! Sudah jam berapa ini gak bangun-bangun? Nanti telat dimarahin Sutradara lho" ujar Anneth pada anaknya, yang ia panggil Neia. Usia Neia kini 25 tahun. Anneth membuka gorden kamar sang anak. Neia pun membuka matanya.

" Jam berapa ma?" tanyanya sambil mengucek mata dan melihat Handphonenya. Betapa terkejutnya ketika jam di Handphonenya menunjukkan pukul 05.50 waktu setempat.

' Ckk, Gue telat' batinnya.

Sedangkan, Anneth pergi dari kamar Neia. Neia langsung lari ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, Neia sudah berada di kamarnya dengan pakaian setelan kalem. Ia menata rambutnya di depan cermin. Rambutnya diikat satu. Hari ini Neia tidak memakai Make up, hanya Lip Cream untuk menambah wajahnya agar tidak pucat. Tak lupa juga memakai jam tangan kesayangannya.

Neia bergegas keluar dari kamarnya, tak lupa dengan tas gendongnya yang ia biasa bawa ke tempat Syuting. Ya, Neia seorang Artis. Namun, Ia seorang Artis Figuran.

Anneth sudah berada di ruang makan. Ia tengah sarapan sendirian.

" Ma, Vian udah berangkat ya?" tanya Neia setelah sampai di ruang makan.

" Sudah dari 15 menit yang lalu" jawab Anneth kalem.

" Ya, udah Ma, Neia berangkat dulu!" ujar Neia sambil mengambil kotak bekal yang berisi Sandwich di meja makan untuk dimasukkan ke tas gendongnya.

Melihat hal tersebut, Anneth menyeringitkan dahinya.

" Gak makan dulu Nei?" tanya Anneth

" Gak keburu, Ma" ujarnya sambil menggendong tasnya.

Anneth mehembuskan nafas kasarnya. Ia menduga alasan dari keterlambatan Neia, pasti karena Neia mencari bukti kematian mendiang papanya semalaman.

" Kau terlambat karena semalaman mencari bukti kematian papa ya, Nei?" tanyanya To the Point.

Neia terkejut mendengar pertanyaan dari mamanya. Ia pun tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

" Nei, sudahlah gak usah dicari lagi penyebab kematian Papa! Biarlah Papa tenang di Alam sana! Mama juga gak mau kamu kayak Almarhum Papa yang banyak musuh dimana-mana, apa lagi kamu anak perempuan satu-satunya! Kalau gak nurut, mama sita Laptop kamu itu!" nasehat Anneth panjang lebar dengan nada setengah mengancam.

" Iya, Ma. Ya udah Ma, Neia berangkat dulu" ujar Neia sambil mencium tangan Anneth.

" Iya, hati-hati Nak!"

Neia menghidupkan Motornya. Ia keluar dengan kendaraan bermotornya dan pergi dari rumah. Sekarang, Neia sudah berada di Jalan Raya. Lampu merah menghentikan laju motornya. Membuat rasa kesal dan khawatir akan terlambat ke Lokasi Syuting.

" Pakai segala lampu merah lagi. Udah jam segini, bentar lagi Syuting dimulai. Duh keburu gak ya?" gerutunya sambil melirik jam tangan yang dipakainya. Tertera jam menunjukkan pukul 06.45 waktu setempat.

" Kalo Gue gak begadang tadi malam, udah nyampai dari tadi nih" gerutunya lagi.

Lima menit sudah lampu merah menyala. Kini bergantian lampu hijau yang menyala. Neia kembali melajukan motornya. Lokasi Syuting yang ia tuju hampir sampai.

" Akhirnya mau sampai" ujarnya pada diri sendiri.

Tak lama kemudian, Neia sampai di Lokasi Syuting. Tepatnya di sebuah Taman kota. Ia memakirkan motornya. Tak lupa untuk mengunci motornya agar terhindar dari maling. Diliriknya, jam kesayangannya itu. Jam menunjukkan pukul 06.55 waktu setempat. Matanya melotot karena terkejut.

" Gawat!" ujarnya.

Ia pun bergegas pergi dari tempat parkir. Sesampainya di acara Syuting, ia menemui Sutradara.

" Maaf Pak Louis, saya terlambat. Tadi macet di Jalan" ujar Neia pada Sang Sutradara, Louis Arshelo.

Louis di kenal dengan Sutradara yang paling tegas, dingin, agak angkuh dan disiplin. Kalau soal peran, ia paling handal dalam memilih. Walau peran Figuran sekalipun, semuanya harus berjalan sempurna dimatanya. Hal tersebut membuat Prestasi Louis sudah menjadi perwakilan Nasional. Ia Sutradara dari Perusahaan XANDER INTERTAIMENT, Perusahaan Intertaiment nomor satu di dalam Negeri.

Louis menoleh ke arah datangnya Neia.

" SUDAH JAM BERAPA INI KAMU BARU DATANG? MASIH JADI ARTIS FIGURAN SUDAH BERANI KAMU TERLAMBAT" marahnya.

" Pak Louis! Pak Louis! Tadi saya sudah ngomong baik-baik ya, ke Pak Louis dan minta maaf ke Bapak. Kenapa saya dimarahin habis-habisan?...." ucapan Neia yang tegas dan tenang, terpotong oleh kedatangan seorang Perempuan sebaya dengannya.

"....Maaf Pak Louis! Saya terlambat, tadi macet di Jalan" ujar Perempuan tersebut.

" Gak apa, Sella. Kamu langsung saja bersiap ya!" ujarnya Louis dengan nada lembut.

Neia tersenyum sinis, melihat perubahan Louis terhadap Sella berbanding terbalik terhadapnya. Memang, Sella Marshalia itu seorang Artis Protagonis terkenal di berbagai Film yang ia geluti.

" Makasih, Pak Louis" ujar Sella sambil tersenyum manis kepada Louis. Louis merespon dengan anggukan dan tersenyum kepada Sella. Sella tahu Neia juga terlambat seperti dirinya. Ia melirik dan memberikan senyum ejekan padanya.

" TCHH... SUTRADARA TERKENAL APANYA? KELAKUANNYA SESAMA ARTIS NOL BESAR, TERLALU PIKACU. PILIH KASIH CUY!!" teriak Neia begitu keras, membuat semua mata tertuju ke arahnya dan Louis. Tak jauh dari mereka berdua, dua pasang mata melihat ke arahnya. Salah satunya merekam semua yang terjadi sejak dari tadi.

" DIAM! ARTIS FIGURAN SEPERTIMU BERANI YA MELAWAN SAYA SE....."

" Ada apa ini?" tanya seorang lelaki tampan berdasi dan berjas hitam menghampiri mereka berdua. Kira-kira berusia 28 tahun.

Louis terkejut dengan kedatangan lelaki tersebut yang notabennya adalah seorang Presdir XANDER INTERTAIMENT, Zeno Alexander Livyan.

" Be..Begini Presdir Zen..." ucapan Louis yang terbata-bata terpotong oleh Neia.

"... Maaf Pak Presdir menyela! Saya Neia seorang Artis Figuran, akan menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Tadi, saya terlambat datang dan meminta maaf secara baik-baik kepada Pak Louis. Tapi, Pak Louis marah-marah kepada saya. Dan saat bersamaan, Sella Marshalia seorang Artis Protagonis terkenal juga terlambat. Pak Louis bersikap manis dan lembut, serta mempersilahkan Sella untuk bersiap. Apakah perlakuan seperti itu tidak pilih kasih Pak Presdir?" jelas Neia dengan nada cukup tenang sambil bertanya.

Zen kagum dengan karakter Neia yang cukup berani itu. Ia melihat potensi Neia seharusnya tidak patut untuk menjadi seorang Artis Figuran Saja. Ada bakat tersembunyi di diri seorang Neia.

" Presdir Zen, dia berbohong...." belum sempat menjelaskan, ucapan Louis terpotong.

"... Pak Louis, saya tidak mau melihat sikap Anda seperti ini ke depannya!" tegas Zen terhadap Louis.

" Tapi..."

"...Ini ada bukti rekaman Pak Louis bersikap tidak adil kepada para Artis. Kalau Pak Louis tidak berubah, maka terima konsekuensi dari saya!" tegas Zen lagi sambil menunjukkan rekaman, yang di rekam oleh Asistennya.

Louis mati kutu melihat rekaman tersebut. Ia menundukkan kepalanya, karena kepalang malu sudah terciduk kesalahannya. Hatinya ketar-ketir. Prestasinya yang selama ini ia bangun terancam hancur. Segera ia minta maaf, untuk menyelamatkan karirnya itu.

" Presdir Zen, saya minta Maaf..."

" Minta maaf lah pada dia!" pintah Zen sambil menunjuk Neia.

She's My CameliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang