Arena 18+ anak kecil minggir dulu😭🙏🙏🙏.
===
Bersama 2 santriwati yang membawa kitabnya, sementara ia menggendong Ayluf yang terkantuk-kantuk. Sehabis tarawih, Afifah berangkat pasan mengikuti kegiatan bandongan begitu pula santri lawas maupun alumni kepada Bapak mertua di kanopi ndalem utama.
Jarak yang ditempuh pun tak sampai 5 menit dari rumah Gus Ibrahim untuk akhirnya sampai. Seperti yang sudah banyak orang ketahui, tahun ini adalah tahun keempatnya di sini, menjalani rutinitas keseharian dalam lingkup pesantren sebagai menantu.
"Ngantuk lagi ya?" tanya Afifah tapi tak mendapat jawaban dari anak Gus Ibrahim.
Sejak shalat tarawih pun sebenarnya Ayluf sudah tertidur, bangun kembali ketika telah selesai. Namun tetap saja kantuknya belum hilang, diberi pengertian agar lanjut tidur di rumah saja bersama Asri malah merengek ingin ikut, alhasil sekarang tertidur di gendongannya dengan dengkuran halus.
"Mbak Asri," panggil Afifah sambil memutar tubuh dan bisa ia lihat banyak santri lawas setara pengurus dan laa madrasah ikut berhenti sambil mematung dan menunduk.
"Dalem, Ning,"
"Ayluf udah tidur. Nderek ditidurkan ke kamarnya aja ya?" Pinta Afifah pada Asri, salah satu pengurus sekaligus khodimah yang membantu menjaga si kecil sejak bayi.
"Inggih, Ning." patuh Asri lalu meraih ning kecilnya hati-hati.
"Terimakasih nggih." Afifah mengulas senyum lalu kembali melangkah, begitu juga semua santri di belakangnya.
Wanita Gus Ibrahim itu mendongak menatap langit bertabur gemerlap bintang. Napasnya berhembus berat. Sungguh segalanya berjalan begitu cepat, hal-hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya terjadi begitu saja. Seakan baru kemarin masuk mondok belajar dasar-dasar adab dan syariat bersama teman-teman Albasyari, kini ia berada di posisi dimana sosoknya di tekan menjadi panutan.
Wakafa billahi wakila, batinnya.
"Assalamualaikum, Ning Afifah,"
Afifah menoleh ke sumber suara yang memberinya salam. Tampak senyum simpul terukir di wajah dan kaki yang terus mendekat padanya.
"Wa'alaikumussalam," jawab Afifah lirih sambil mengernyit, mencoba mengingat siapa gerangan wanita bersama cowok kecil di sampingnya itu.
"Bagaimana kabarmu?"
"Amin!?"
~~~
Lain tempat, bersama bapak-bapak muda ahlu Albasyari, setelah sepertinya dirasa cukup bagi Gus Ibrahim membuka kitab ngaji pasan dengan santri putra Albasyari, dirinya diajak kumpul-kumpul bareng di teras ndalem Gus Yusuf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takkan Usai (NK 2)
SpiritualAkan berujung di mana langkah dan lembaran abu-abu ini setelah tanpamu? Kini sepanjang hidupku hanya berisi bagaimana kumenjalani hari dengan terus belajar mengikhlaskanmu. Aku mencintaimu, sungguh. Engkau telah hidup di hatiku bagai kehidupan dala...