VOTE ADIK-ADIK SEKALIAN!!

===
"Kamu gak puasa lagi, Mas!?" tanya wanita berambut pirang berpakaian serba pendek yang mendapati suaminya kembali dengan kondisi mabuk kliyengan. "Dari mana aja, hah!?"
Geram sekali rasanya dengan semua tingkah suaminya, bukan sekali dua kali dia pulang setelah entah dari mana bukannya membawa uang untuk keperluan rumah, malah berakhir seperti sore ini lagi dan lagi.
"Airr ..., airr ...." pinta pria bernama Rozak yang tepar di ruang tamu.
"Air air! Gak ada air kalo kerja gak becus! Jam segini balik gak bawa apa-apa, anak juga butuh makan buat idup, Mas!" Wanita itu lantas merogoh paksa saku celana Rozak yang hanya menemukan 10 ribu.
"Ya ampuun! Ini doang!?" celanya emosi tapi langsung keluar rumah mencari makanan setelah menendang kaki pria itu.
"Akhh ...." rintih Rozak. "Aminaah ..., Aminaah ...." racaunya yang sudah kehilangan banyak tenaga sehabis bersenang-senang sepanjang hari bersama teman-teman di kasino kecil pinggir kota.
Amin terus menggerutu sepanjang jalan menuju stan-stan makanan yang bisa ia beli dengan uang itu. Sedikit sekali rasanya, seperti keharmonisan rumah tangganya.
Benar-benar telah dibohongi. Dulu ia pikir dengan menerima orang yang ngaku santri itu bisa membuat hidupnya lebih bahagia, jelas, dan terarahkan. Tapi nyatanya apa, tiada hari tanpa kemarahan dan keegoisan.
Pria itu mendorongnya masuk ke jurang neraka. Lebih-lebih tahu fakta jika aslinya selama 3 tahun Rozak nyantri itu, dia banyak bermasalah dengan aturan-aturan pondok dan teman-teman. Mencuri, kekerasan, bolos, kabur, dan kenakalan lain yang merugikan banyak pihak dilakoni.
Amin stress, karma apa ini hingga rumah tangganya berubah menjadi markas iblis.
"Ck, uang segini bisa dapat apa!? Payah! Otak kalo isinya mobak-mabuk, juda-judi, selangkangan perempuan ya oon!" celanya untuk suami.
"Males banget lama-lama,"
"Untung masih aku sabar-sabarin, kalo gak udah lama pergi. Gak guna banget!"
Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu melihat-lihat makanan apa yang bisa dibeli.
Tak ada, sayangnya semua mahal.
"Ck, makan apa anakku ini?"
Lama berpikir, Amin memutuskan pergi ke warung saja, uangnya hanya cukup membeli mie instan dan telor.
"Amin?"
Mendengar seseorang memanggil namanya, Amin menoleh ke sumber suara yang tak asing. Hampir saja bola matanya mencolot saking kagetnya mendapati Afifah dan keluarga berdiri di depannya.
"A-Afifah!?"
Afifah jujur tak ingin percaya dengan apa yang ia lihat tapi ini nyata, Amin berubah 180%. Sejak kapan identitas muslimahnya hilang? Mengapa tampilannya enggan diatur syariat? Apakah sejauh ini dunia telah merubahnya?
"Amin, sampeyan baik-baik aja kan?" tanya Afifah hati-hati, ia peduli. Rasanya sakit sekali melihat kondisinya seperti ini.
Tak ingin lama-lama berada di sini, Amin kabur sebelum menjawab pertanyaannya.
"Amin! Amiin!" panggil Afifah hendak mengejar tapi segera Gus Ibrahim tahan.
"Biarin," Gus Ibrahim mengangguk sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takkan Usai (NK 2)
SpiritüelAkan berujung di mana langkah dan lembaran abu-abu ini setelah tanpamu? Kini sepanjang hidupku hanya berisi bagaimana kumenjalani hari dengan terus belajar mengikhlaskanmu. Aku mencintaimu, sungguh. Engkau telah hidup di hatiku bagai kehidupan dala...