VOTE DEK🙏
===
"Kasar!" rajuk Afifah, bibirnya bahkan sudah mengerucut beberapa centi. "Kesel ih," ungkapnya sambil mengeplak punggung tangan Gus Ibrahim.
Bukannya menyesal Gus Ibrahim malah tertawa. "Lagian njenengan tuh kenapa? Masa pulang-pulang Mas dikatain yang nggak-nggak,"
Afifah terdiam, menatap kosong menu sahur mereka hari ini, pikirannya kembali menerawang kejadian beberapa jam lalu.
Amin berubah.
Dia teman yang tak lagi Afifah kenali, segala tentangnya tampak asing.
"Kenapa coba, hah?" tanya Gus Ibrahim seraya mengambil tangan istrinya, diusapkannya lembut supaya balik tenang.
Afifah tetap diam sampai sebaris kata muncul di otaknya. "Mas Ibrahim gak cinta keluarga!"
"Ya Allah Sayangku, njenengan dapat gosip darimana sih? Habis ngaji Abi langsung pulang kan? Gak melipir ke mana-mana dulu?" tukasnya sambil menyipitkan mata curiga.
Masa iya, saat ngaji Abi malah berbicara buruk tentangnya hingga membuat Afifah berpikiran negatif. Pasti istrinya telah mendengar omongan hoax orang lain.
"Tapi iya kan!? Njenengan nikahi kulo gara-gara kulo janda menyedihkan!" Sengak Afifah yang melotot tajam.
"Mboten⁴ Astaghfirullah. Njenengan kok malah nuduh kulo aneh-aneh sih, Subhanallah," protes Gus Ibrahim.
Afifah melengos kasar.
Bagiamana bisa dirinya dihakimi seperti itu. Sedang realitanya, bahkan saat ummi Nadira melarang menjadi khodim Albasyari dulu, karena masih ahlu dekat. Gus Ibrahim inisiatif matur ummi Nafisah agar membantunya mendapatkan izin dengan alasan mengharap barakah, padahal aslinya supaya memiliki alasan tuk melihat Afifah yang kerap dipanggil ke ndalem.
"Tadi habis ketemu siapa sih?" Gemas Gus Ibrahim ingin membantai orang yang meracuni pikiran istrinya.
"Amin!"
"Hah!? Siapa itu!?"
"Teman mondok dulu ish,"
"Cowok?"
"Ya cewek lah, orang Aminah kok namanya,"
Gus Ibrahim tersenyum kecut, ketus sekali responsnya. Ia mengambil napas panjang, menahan diri agar tidak ikut-ikutan sengak.
"Sayang, dengerin kulo. Sini liat kulo dulu," pintanya tanpa meninggikan suara.
Walau agak terpaksa, Afifah tetap manut.
"Kenapa!?"
Gus Ibrahim tersenyum lembut, "Jangan mudah di adu domba ya? Mas gak tau apa aja yang telah njenengan dengar darinya, tapi tolong percaya sama Mas. Mas sayang njenengan, sayang Ayluf, sayang siapapun yang njenengan sayangi," jelasnya memberi pengertian. "Paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takkan Usai (NK 2)
SpiritualAkan berujung di mana langkah dan lembaran abu-abu ini setelah tanpamu? Kini sepanjang hidupku hanya berisi bagaimana kumenjalani hari dengan terus belajar mengikhlaskanmu. Aku mencintaimu, sungguh. Engkau telah hidup di hatiku bagai kehidupan dala...