13. Wheelchair And First Kiss.

28 8 3
                                    


៚ ꒰ 🍉ˎˊ-⁣

Sesuai janjinya kemarin Mark Lee benar-benar datang walaupun sudah hampir larut malam. Hembusan angin terasa lebih dingin karena masih memasuki cuaca musim dingin membuat beberapa penduduk enggan untuk keluar rumah, lebih baik menikmati segelas coklat panas di depan fireplace dan bercakap-cakap bersama keluarga.

Didalam mobil yang terparkir sembarang ada dua orang saling diam entah mikir apa, salju masih turun sedikit demi sedikit tidak banyak seperti akhir bulan Januari tetapi bukan berarti suhu dinginnya berkurang. Mark menghembuskan nafasnya, asap tipis keluar dari mulut lalu tersenyum tipis. Ia merekatkan jaket tebalnya dan mendorong pintu untuk keluar. "Jungwoo hyung, terimakasih sudah mengantarkan ku."

Pria bernama Jungwoo itu mengangguk dan sedikit terkekeh, jempol tangannya mengacung ke arah Mark. "Jika perlu apa-apa telepon saja aku."

Mark mengangguk lagi dan mobil hitam sedan itu akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit meleset pelan menyusuri jalanan bersalju. Pria dengan masker di wajahnya kini berbelok menaiki lift dan memencet tombol nomer tujuh di sana. Rumah sakit hari ini sepi hanya beberapa orang saja tadi yang berlalu lalang atau mungkin saja karena sudah malam jadi malas untuk berkeliaran. Mark kembali berbelok menuju ruang inap Anna, sedikit mengatur nafasnya dan kemudian ia mendorong pintu rumah sakit itu. Matanya membulat saat atensi dirinya dan Anna bertabrakan, Anna menatap tidak menyangka. Tangan kecil itu menyeka pipinya dan tersenyum senang.

"Kak Mark, kamu datang? memangnya kamu tidak sibuk? aku dengar-dengar musik video Nct 127 sudah rilis ya? wah aku belum menontonnya lagi, handphone ku di bunda."

Mark terkekeh mendengar tiap tuturan yang Anna ucapkan, gadis itu bisa bawel juga ternyata. Pria berjaket hitam mendekat sembari menaruh buah tangan ke nakas samping ranjang Anna, tangannya bergerak mengelus puncak kepala gadis yang sedang berkedip lucu itu. Senyumnya kian mengembang, sedikit menunduk dan berucap, "kamu ini sudah sembuh ya? kamu habis menangis?"

Tepat sasaran pertanyaan Mark, bagaimana pria itu bisa tahu kalau Anna baru saja menyelesaikan acara tangis sedih beberapa menit yang lalu? atau karena matanya yang sedikit memerah dan hidungnya yang berair? jika iya, Anna malu sekali pasti wajah dia tambah jelek.

Anna menggeleng pelan, "tidak." Tatapannya menunduk dan Mark mengangguk paham, ia mendudukkan diri ke kursi samping brangkar Anna. Tangan dingin Mark menyentuh dan menggenggam tangan dingin Anna dengan lembut sedikit mengusap untuk menyalurkan rasa hangat disana.

"Kamu cantik selalu dan kecantikan mu tidak akan pernah luntur barang sedetik, aku tidak berbohong. Mau bagaimanapun rupamu kamu tetap malaikat yang aku kenal, jangan merendahkan dirimu. Aku tetap akan mencintaimu walaupun kamu sudah menjadi debu sekalipun." Kata-kata itu lembut, jujur, manis dan menenangkan. Sama sekali tidak ada terselip satupun kebohongan disana, mata Mark yang menatap dengan dalam membuat Anna sama sekali tidak bisa memalingkan wajah. Bagai tersihir Anna hanya bisa berkaca-kaca, hampir menangis kalau saja Mark tidak tiba-tiba memeluknya. Pelukan itu, nyaman sekali dan baru pertama kali inilah ia dipeluk dengan seorang yang benar-benar ia cintai.

Hening sejenak, Mark dan Anna saling memandang salju yang turun dari jendela. Arah tatapan Anna beralih ke kursi roda yang berada di pojok ruangan, rasanya ia ingin sekali memakai itu dan keluar sebentar dari ruangan yang Anna tidak sukai ini, bau obat yang terlalu menyengat di hidung. Mark yang menyadari tatapan Anna itupun tersenyum dan melangkah narik kursi itu ke arah ranjang Anna, tangannya meraih jemari kecil Anna untuk membantu gadis itu duduk di kursi.

Anna tertawa kecil saat sudah menyamankan diri dan menatap Mark di belakangnya, "ayo dorong aku, aku ingin keluar sebentar. Kamu tidak keberatan kan? kalau tidak mau, aku bisa dorong sendiri."

"Tapi kita tidak bisa keluar dari rumah sakit untuk ke taman, suhu diluar sudah menyentuh enam derajat celcius. Kamu akan kedinginan walaupun hanya sebentar."

Anna menunduk sedih, Mark jadi tidak enak akhirnya ia bergegas mendorong kursi roda itu menuju keluar ruangan setelah keluar koridor rumah sakit terlihat sangat sepi bahkan tidak ada seorang pun yang lewat. Mark berjalan pelan berbelok ke arah kanan dan kembali berputar jika sudah mendekati ujung koridor, Anna jadi terkekeh mereka sudah seperti anak-anak kurang kerjaan yang sedang bermain kursi roda. Mark lagi-lagi kembali berputar arah saat sudah menyentuh ujung koridor dan kembali berjalan. Pria itu tersenyum kecil mendengar suara tawa Anna yang samar.

"Mark, kamu akan capek jika berjalan seperti ini terus."

Mark menggeleng ribut, "tidak aku ini kuat! itung-itung berolahraga agar tubuhku tidak mudah lelah."

Putaran pertama selesai sekarang di lanjut putaran kedua, Mark berhenti sejenak ketika sudah berapa di ujung koridor sebelah kiri. Ia sedikit menunduk, "kamu mau merasakan balapan? aku akan mendorongnya lebih cepat."

Anna membulatkan matanya, gadis itu mengangguk semangat, "aku mau! ayo kita balapan." Seru Anna sedikit berteriak.

Benar-benar Mark lalukan, yang tadinya hanya dorong pelan kini berganti dengan dorongan yang lebih kuat bahkan lebih cepat. Anna berpegangan erat, tawanya menggelegar di sepanjang koridor bersama tawa renyah milik Mark. Mereka menghabiskan sisa waktu dengan gelak tawa dan seruan semangat dari Anna.

Tanpa mereka sadari kedua orang tua Anna melihatnya dari jauh. Mereka saling melempar senyuman dan rasanya entah kenapa nyaman sekali di hati melihat sang putri tertawa bersama pujaan hatinya.

Mereka berhenti di depan ruang inap Anna, tawa mereka masih bersahutan. Pria dengan jaket tebal itu terduduk di lantai rumah sakit, duduk di depan gadis yang masih saja tertawa kecil.

Setelah mengatur nafas, Anna menangkup pipi tirus Mark dan mengelap peluh keringat di rambut, dahi serta leher. Pria itu benar-benar berkeringat banyak.

"Kamu pasti sangat lelah, istirahatlah di atas kursi itu jangan di lantai, dingin nanti kamu sakit." Anna berusaha membangkitkan tubuh Mark namun sangat sulit karena pria itu tidak ada sama sekali berniat untuk bangun, karena tidak ada hasil Anna akhirnya menyerah lagi juga kenapa pria di depannya ini terus menatapnya dengan tatapan yang dalam, apa pria itu sengaja ingin membuat hatinya berdebar cepat?

Mark berjongkok di depan kursi roda Anna, atensi berpindah kesana-kemari untuk memastikan tidak ada orang di koridor ini. Baiklah, situasi aman Mark kembali menatap gadis itu sedangkan yang di tatap hanya terdiam bingung.

"Aku mencintaimu," lalu Mark tanpa permisi mengecup bibir gadis di depannya, kenyal dan lembut itu yang dirasakan oleh kedua pihak. Anna terkejut bukan main, jantungnya dua kali lebih berdebar dari biasanya. Matanya memejam seketika, menahan rasa gugup dengan sekuat tenaga.

Mereka memang tidak ada yang bergerak tapi mereka sanggup menghabiskan waktu tiga menit dengan bibir yang saling menempel dan matanya yang terpejam. Mark yang menyadari itu perlahan mundur mengusap bibir Anna dengan jari jempolnya, lalu pindah mengusap pipi gadis itu.

Ini pertama kalinya ia merasakan ciuman dan ciuman pertamanya di ambil oleh orang yang ia cintai. Sesuatu yang baru dan mendebarkan.

៚ ꒰ 🍉ˎˊ-⁣
uhh maluu aku ada kiss kiss nyaa hahahaa, btw komen atuh kasih semangat gituu pusing bangett nih, kemarin juga aku ngga update karena sakit haha tapi sekarang sudah sembuh.

In Another Life | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang