12. Soal Kedua Perasaan.

22 10 2
                                    

៚ ꒰ 🍉ˎˊ-⁣

Walaupun kecelakaan tadi siang lumayan buruk tetapi Anna hanya mengalami luka kecil yang tidak terlalu fatal, tulang kering kaki kanannya retak sehingga perlu operasi kecil dan butuh beberapa hari untuk pemulihan. Bunda Emira, Ayah Liam dan Tian menghembuskan nafas lega bahkan Bunda sudah mulai tersenyum kecil.

Ketua dokter yang menangani Anna memerintahkan suster di dalam untuk memindahkan Anna dari ruang operasi ke kamar inap VIP yang baru saja Ayah Liam sewa saat datang tadi. Tian mengikuti dua orang tua itu berjalan menuju ruang inap Anna, sebetulnya pria itu sudah disuruh pulang terlebih dahulu untuk beristirahat atau setidaknya pulang untuk berganti pakaian namun Tian menolak halus, ia masih mau tetap disini melihat keadaan Anna. Kedua orang tua itu tidak punya pilihan lain selain mengangguk mengijinkan.

Sore menuju malam sangat kebetulan Tian masih berada di kamar inap Anna, masih dengan niatnya menunggu gadis itu membuka mata. Kedua orang tua Anna pamit sebentar untuk pulang mengambil pakaian ganti dan keperluan lainnya, Tian mengangguk patuh menundukkan sedikit badan untuk salam hormat saat mereka keluar dari ruangan itu. Ia menghela nafas sebentar dan berjalan pelan menuju kasur yang disana ada seorang gadis dengan pakaian khas rumah sakit berwarna hijau tosca. Tersenyum kecil, mengusap peluh keringat yang muncul dari dahi gadis itu. Wajahnya putih pucat, bibir merah semerah cherry dan pipi gembil kemerah-merahan. Tian jadi teringat wajah dari dekat ibu Anna, sangat cantik dan putrinya pun begitu membuat jantung Tian semakin berdebar kala tatapannya mendalam. Ia berkedip cepat memalingkan wajah, menatap ke segala arah. Lagi-lagi semakin dilihat Tian semakin malu berakhir pipinya sedikit memerah.

Pria tinggi sekitar seratus delapan puluh itu mendudukkan diri dan menarik tangan tanpa infus Anna, tangannya dingin membuat Tian reflek mengusap-usap kecil. Jika Anna tahu kalau saat ini tangannya dipegang oleh sembarang orang mungkin saja Tian sudah dipukul oleh gadis itu dengan kekuatan penuh, tatapannya akan tajam menyiratkan kebencian. Tian jadi terkekeh membayangkannya.

"Anna, kamu tahu bahwa aku sangat menyukaimu bukan? tolong jika memang hatimu bukan untukku, kamu jangan menjauh ataupun menghilang. Aku tidak sanggup Anna, cukup tetap di sampingku tanpa membalas perasaanku, aku tidak masalah karena yang aku mau hanya menghabiskan waktu bersamamu." Ia menghela nafas sesak, genggaman tangannya mengerat dan menempelkan punggung tangan Anna ke pipi, masih terus mengusapnya pelan.

"Aku dengar dari Haruka kalau kamu sangat menyukai Mark Lee, pria dari boyband Nct itu apa aku benar? kalau iya, ayo bangun dan menontonlah bersamaku. Aku akan memberimu satu tiket gratis!" ucap Tian mengembangkan senyumannya.

Sudah merasa cukup Tian kembali meletakkan tangan Anna di tempatnya semula, tubuhnya berdiri tegap dan sedikit menunduk mengecup dahi Anna dengan waktu yang cukup lama. Ia memejamkan matanya, setelah beberapa menit ia bangkit sedikit dan menatap wajah tenang gadis itu sambil berkata, "Anna, aku mencintaimu."

៚ ꒰ 🍉ˎˊ-⁣

Bunda Emira kini berada di bibir pintu, menatap sang Anak yang masih berbaring menutup matanya tenang. Di lain sisi ada sosok Ayah Liam yang sangat telaten mengelap sisi wajah Anna, menghapus bulir-bulir keringatnya. Bunda tersenyum kecil dan menatap ponsel milik Anna dengan tatapan kosong, layarnya retak di bagian ujung ponsel tetapi bukan berarti mati. Masih menyala menampilkan foto Mark Lee yang anaknya potret sendiri saat menghadiri konser Nct dream tahun lalu di Indonesia. Tangan Bunda Emira menekan tombol power dan sangat kebetulan muncul beberapa pesan dari pria yang akhir-akhir ini mengisi hari-hari putrinya, dia adalah Mark Lee. Pesan yang pria itu kirim hampir membuat Bunda Emira menangis kembali.

Saat ini wanita paruh baya itu tengah bimbang, haruskan ia memberitahu Mark Lee kalau saja acara membuat cookies hari ini batal karena partner Bunda sedang terbaring lemas di atas bangkar rumah sakit? kalau tidak di beritahu Bunda Emira akan membu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat ini wanita paruh baya itu tengah bimbang, haruskan ia memberitahu Mark Lee kalau saja acara membuat cookies hari ini batal karena partner Bunda sedang terbaring lemas di atas bangkar rumah sakit? kalau tidak di beritahu Bunda Emira akan membuat pria itu khawatir. Baiklah, ia akan memberitahunya sekarang.

Tangan gemetarnya mengetik beberapa kata dan selang beberapa menit pesan itu telah terbaca, hanya dibaca tanpa ada jawaban. Bunda Emira mengira kalau saat ini pasti pria itu sedang shock dan lolos sudah air mata Bunda yang sejak tadi di tahan.

Dan benar saja tepat jam sepuluh lewat lima menit Mark datang dengan seorang temannya, Bunda Emira dan Ayah Liam yang melihat dari dalam ruangan menatap bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan benar saja tepat jam sepuluh lewat lima menit Mark datang dengan seorang temannya, Bunda Emira dan Ayah Liam yang melihat dari dalam ruangan menatap bingung. Mark dan satu temannya menunduk hormat sambil berjalan kecil menghampiri kedua orang tua di sofa dekat jendela besar rumah sakit. Bunda Emira dan Ayah Liam membalas hormat mereka, senyum seorang ibu mengembang saat melihat mata merah milik Mark. Sudah sangat terlihat kalau pria itu baru saja menangis.

"Perkenalkan ini rekan kerjaku sekaligus teman dari kecil, Lee Haechan."

Pria bernama Haechan dengan senyum lebarnya itu menunduk dan menerima jabatan tangan Ayah Liam. "Aku sudah tahu semuanya, istriku baru saja menceritakannya. Mark Lee terimakasih sudah hadir dalam kehidupan putriku, jagalah baik-baik hatinya yang rapuh itu aku percayakan semua padamu."

Mark membulatkan matanya dan mengangguk pelan, pipinya bersemu merah karena malu. Rasanya seperti sudah direstui hubungannya oleh kedua orang tua Anna, kalau seperti ini sudah bisakah dia menikahi gadis itu?

Mark dan Haechan melangkah perlahan menghampiri tempat tidur Anna, gadis itu masih betah dengan alam mimpinya disana sampai saat ini ia belum juga ada tanda-tanda untuk membuka mata. Mark menatap dalam wajah tenang Anna, tangannya mengusap pipi gembil itu pelan. Kulit Anna sangat lembut seperti kulit bayi yang baru lahir. Setelah puas mengelus pipi gadis itu kini tangannya turun meraih tangan Anna yang dingin, mengeratkan genggamannya.

"Haechan-ah, kemari nak." Panggil Bunda sambil mengupas kulit jeruk yang ia genggam. Seakan tahu kalau temannya ini butuh ruang akhirnya Haechan mengangguk dan duduk di sofa single menghadap ke samping, saling melempar pertanyaan membuat suasana disana menghangat. Mark terkekeh melihatnya dan atensinya kembali fokus ke gadis dengan bulu mata yang lentik nan panjang.

Hening beberapa saat hanya terdengar ketawa kecil milik Haechan dari sudut ruangan, mereka terlihat asyik sekali dan sudah seperti keluarga jauh yang baru saja bertemu. Tidak memperdulikan suasana disana Mark terus saja mengusap punggung tangan Anna berharap kulit tangan itu menghangat. Mengecup sebentar dan kembali mengusap, ia lakukan berulang-ulang sampai setetes air matanya keluar membasahi punggung tangan Anna.

"Anna, aku tidak bisa terlalu lama disini. Aku harus cepat-cepat kembali ke dormku untuk istirahat atau managerku nanti akan marah jika aku terlalu lama. Tapi aku janji setelah jadwal esok selesai aku akan kembali dan kita akan menghabiskan waktu bersama," pria itu diam sejenak dan kembali berkata, "Anna, aku mencintaimu, selalu."

៚ ꒰ 🍉ˎˊ-⁣

sudahlah ini ngacak bangett aslii, udah ngantuk banget akuu. maafin yaa.

In Another Life | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang