7

126 8 0
                                    

Matahari sudah tenggelam. Malam mulai menyelimuti Majapahit. Lengkap dengan kabut-kabut tipis yang mulai turun. Dingin mulai menggeliat dengan pelan, membuat penduduk mulai mempersiapkan selimut tebal untuk tidur.

Kontras dengan kedamaian malam ini, di dalam istana, di sebuah puri utama, Sudewi terlihat sangat cemas. Jiwanya semakin tak tenang, di tambah Kusumawardani yang terus menangis semenjak bangun hingga petang, badannya demam.

Bocah kecil itu tak mau makan, tak mau diam. Terus merengek, entah apa yang diinginkan, membuat puri utama kacau. Tabib istana telah memeriksa, diberikan obat, tetapi tak ada perubahan setelah setengah hari lebih. Masih tetap sama. Hingga mertuanya, Tribhuaneswari datang, membantu Sudewi mengurus Kusumawardani yang rewel.

Setelah dipaksa untuk makan dan minum obat, Kusumawardani jatuh tertidur. Kelelahan. Begitupun dengan seisi puri. Sudewi yang belum sempat sarapan, akhirnya bisa menelan nasi. Ini adalah sarapan sekaligus makan malamnya.

"Aku tidak mengerti, mengapa Kusumawardani tiba-tiba demam dan begitu rewel." Sudewi sudah selesai makan, sedang mengompres putrinya. Ia makan sedikit sekali. Melihat putrinya yang terkulai lemah di atas tempat tidur membuatnya tidak bisa menikmati makanan. Rasanya terhenti di kerongkongan.

Ratu Tribhuaneswari yang juga ada di sisi Kusumawardani, membelai cucunya lembut. "Dia pasti kelelahan setelah perjalanan kemarin."

Sudewi menatap putrinya jeri. Boleh jadi.

Belum genap satu jam Kusumawardani terlelap, belum sempurna Sudewi istirahat dari lelahnya, putrinya bangun, merengek. Berhasil sudah membuat Sudewi tidak tidur malam ini, dililit khawatir akan putrinya. Ratu Tribhuaneswari sebenarnya kasihan, ingin menggantikan, tetapi Kusumawardani semakin menjadi jika tidak di dekapan ibunya.

Berbeda dengan Hayam Wuruk, yang ribuan kilometer jauh dari Kotaraja, sedang berjuang untuk tetap hidup dalam sunyi. Sesaat setelah Hayam Wuruk tak sadarkan diri, setelah para perampok itu pergi, seorang perempuan, yang habis mencari kayu bakar, melihat Hayam Wuruk.

Dia memutuskan membawa raja itu ke rumahnya, tanpa tahu bahwa sebenarnya dia sedang membawa pulang orang terpenting di Nusantara ini.

Bersambung....

Sri Sudewi (Buku kedua Epoch Majapahit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang