Sudah seminggu lamanya Khanza menjadi Adiba. Selama itu pula, dia berpura pura suka pada Arkan dan juga menempeli nya.
Entah Khanza yang sedang sial atau apa, tapi selama itu pula, Arkan tidak pernah pergi ke kantor. Sehingga sangat sulit untuk Adiba melarikan diri dari rumah mewah ini.
Selama seminggu ini, Adiba sudah mengumpul kan banyak uang di dalam koper nya, bahkan satu koper penuh sudah pull berisikan uang puluhan juta atau bahkan ratusan juta, ntahlah Adiba ngga tahu berapa jumlah uang itu.
Semua uang uang itu adalah uang hasil menjual perhiasan si pemilik tubuh asli. Tapi, Adiba ngga peduli. Ini juga demi kehidupan nya dan si kecil ke depan nya.
Dari banyak nya cerita tentang transmigrasi yang Adiba baca, kebanyakan jiwa mereka tidak kembali lagi ke dunia nyata, namun masih ada beberapa.
Tapi, Adiba tak ambil pusing. Toh di dunia nyata dia sudah meninggal kan? Jadi untuk apa takut.
Adiba yang sedang duduk di pangkuan Arkan menepuk nepuk pelan dada bidang Arkan.
"Kenapa hmm?" Tanya Arkan lembut.
"Itu hp nya bunyi terus" beritahu Adiba pada Arkan yang dari tadi memeluk erat pinggang nya.
"Biarin aja" jawab Arkan pelan sambil mendusel dusel kan wajah nya di leher jenjang sang istri.
"Ishh angkat dulu.. berisik tahu." Paksa Adiba kesal.
Dengan terpaksa Arkan menjauhkan wajahnya dari leher jenjang sang istri, lalu dia mengangkat telpon tanpa melepaskan sebelah tangan nya dari pinggang ramping istri nya .
"Hmm" dehem Arkan setelah panggilan nya tersambung.
"......"
"APA?!!" Teriak Arkan dengan nada marah nya.
"......"
"Saya ke sana sekarang" ucap nya sebelum mematikan sambungan telepon nya.
Tut. Tut
"Ada apa?" Tanya Adiba penasaran.
"Ruangan sekertaris di kantor kebakaran dan ada beberapa berkas yang terbakar. Jadi aku harus ke sana dulu" jelas Arkan panjang lebar.
"Yaudah sana gih" usir Adiba.
"Ishh kok ngusir." Protes Arkan tak terima.
"Bukan ngusir sayang. Tapi, kamu harus ke kantor dulu ya? Ntar pulang aku kasih kejutan deh cup " jawab Adiba sambil mengecup sekilas pipi Arkan.
"Yaudah. Temani ya?" Pinta Arkan.
"No. Aku mau belanja. Boleh kan?" Tolak Adiba.
"Boleh. Tapi di kawal hmm"
"No.. aku nggak mau" tolak Adiba bersih keras.
"Di kawal atau tidak sama sekali hmm"
"Ishh kok gitu sih. Yaudah nggak ada jatah selama sebulan " putus Adiba sembari turun dari pangkuan Arkan dengan kesal.
"Lah kok gitu. Sayang...." Protes Arkan tak terima sembari mengejar Adiba yang ngambek.
'bsru juga ngerasain dua kali, masa iya harus libur lagi ' pekik Arkan dalam hatinya.
"Yaudah deh iya. Tanpa di kawal" putus Arkan setengah hati.
Adiba yang sedang memunggungi Arkan pun berbalik dengan senyuman yang mengembang di wajah nya
"Hore... Suamiku yang terbaik muach" ujar Adiba bahagia sembari mengecup sekilas bibir Arkan.
"Mau ngegoda hmm?" Tanya Arkan pada Adiba.
"Mana ada. Itu tuh kecupan Karena rasa bahagia akan bebas" ceplos Adiba.
"Bebas?" ulang Arkan bingung. Adiba langsung saja gelagapan karena telah keceplosan bicara
"Iya bebas. Nggak ada pengawal yang ngikutin. Kamu tahu... Aku selalu jadi pusat perhatian setiap kali belanja karena di kawal Mulu" jawab Adiba cemberut.
"Ooh gitu" Arkan hanya mengangguk angguk mengerti. Adiba diam diam menghela nafas lega saat Arkan mempercayai kebohongan nya.
"Aku pergi dulu ya cup" pamit Arkan sembari mengecup kening Adiba sekilas. Adiba hanya membalas nya dengan anggukan kepala dan juga lambaian tangan.
Ini waktunya...

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Sang CEO
General FictionKhanza Aulia, seorang gadis buruk rupa yang memiliki cita cita menjadi penari dan penyanyi terkenal. namun, dia selalu mendapat kan hinaan dari semua orang, termasuk ibunya sendiri. Khanza yang memiliki minat penuh pada ke dua bakat itu belajar diam...