Bab 05

102 8 0
                                        

Tak lama, sate yang ada si piring Adiba Habis.

"Mang ... Satu porsi lagi ya, di bungkus"

"Siap neng"

Adiba pun Masih terduduk menunggu pesanan sate nya kembali.

"Ini neng" ucap tukang sate itu sambil menyodorkan sebungkus sate di hadapan Adiba.

"Total nya berapa mang?"

"Dua porsi ya ... 50 ribu "

"Ini" ucap Adiba sembari memberikan uang berwarna biru pada pedagang sate itu.

"Makasih" ucap Adiba sebelum benar benar pergi dari sana.

Adiba berjalan kaki ke hotel dengan bersenandung kecil sambil menenteng plastik yang berisi sate tadi.

Tak lama, dia sudah tiba di lobi hotel. Dengan santai, Adiba masuk ke dalam lift dengan masih menentang plastik sate nya.

Ting

Pintu lift terbuka, Adiba pun melanjutkan langkahnya menuju ke dalam kamar hotel yang di tempati nya.

Setibanya di dalam Adiba di buat menatung saat melihat siapa orang yang telah terduduk di atas ranjang dengan tangan nya yang terlipat di dada dan juga kaki nya yang menyilang.

Glek

Adiba menelan ludah nya dengan susah payah saat melihat tatapan menusuk dari orang di depan nya itu.

Perlahan orang itu turun dari ranjang dan berjalan mendekat ke arah Adiba sambil memasukkan tangan nya di saku celana.

Semakin dekat semakin dekat... Adiba perlahan memundurkan tubuhnya saat orang itu sudah ada di depannya.

Hingga punggung nya sudah mentok menyentuh pintu.

Orang di depan nya itu sedikit menunduk dengan tangan nya yang sudah mengungkung Adiba.

"Sudah main main nya sa yang?" Tanya Arkan dengan nada dingin nya.

Tanpa sadar tubuh Adiba gemetar karena takut. Masih ingat di benak nya saat membaca kesadisan Arkan saat sedang marah.

Hiks hiks hiks

Tangis Adiba tiba tiba pecah. Dia sangat takut. Sungguh. Apalagi dia sudah merasakan aura Arkan yang keluar.

"Hiks maafkan aku... Jangan hukum aku ... Aku takut" ucap Adiba di sela sela Isak tangis nya dengan kepala yang menggeleng geleng kuat.

Arkan hanya terdiam di tempatnya memperhatikan Adiba yang memang terlihat ketakutan saat melihat nya.

Tangan nya yang semula mengungkung Adiba kini terangkat mengusap cairan bening yang membasahi pipi mulus Adiba. Tiba tiba

Cup

Adiba membulat kan mata nya terkejut saat Arkan tiba tiba saja mencium bibir nya sekilas. Tangis nya tiba tiba saja berhenti tanpa di duga, Arkan tersenyum melihat nya.

Cup

Mata Adiba mengedip ngedip lucu saat lagi lagi Arkan mencium bibir nya sekilas.

Arkan yang melihat istrinya sangat gemas pun sontak langsung saja menggigit pelan pipi Adiba yang bulat itu.

"Arghhhh sakit" teriak Adiba dramatis. Raut wajah nya tiba tiba berubah kembali seperti hendak menangis .

"Hey.. jangan nangis. Mau saya makan hmm?" Ucap Arkan yang tidak tahu cara nya menenangkan wanita yang hendak menangis.

Tiba tiba saja Adiba menggeleng geleng kan kepala nya dengan keras sebagai respon. Arkan yang melihat itu refleks menahan kepala Adiba supaya tidak menggeleng geleng lagi, agar pusing....

"Habis dari mana hmm?" Tanya Arkan lembut dengan tangan nya yang mengusap usap lembut pipi Adiba.

'sial.. kenpa harus ada hmm nya segala sihhh' protes Adiba dalam hati nya kesal.

Adiba mengangkat tangannya menunjukkan kresek hitam yang masih ada di tangan nya.

Arkan mengambil kresek itu dan memeriksanya " ini apa?" Tanyanya.

"Itu sate ayam" jawab Adiba takut takut.

"Belinya di mana?" Tanya Arkan lagi.

"Di pinggir jalan" jawaban yang di berikan Adiba membuat Arkan menatap nya dengan dingin.

"Huaaa jangan marah... Hiks hiks itu mau nya Dede bayi" ucap Adiba refleks.

Kini giliran Arkan yang kicep.

Dede bayi?

Maksudnya...

Adiba hamil?

"Maksudnya? Dede bayi? Kamu hamil?" Tanya Arkan beruntun.

Sontak Adiba langsung saja berhenti menangis dan memandang Arkan dengan gugup.

'sialan .. gue keceplosan ' maki nya dalam hatinya.

"Adiba hey... Cepat jawab" desak Arkan lagi

"Nggak kok. Aku nggak hamil. Maksud aku itu cacing di perut aku. Mereka suka aku bilang Dede bayi" jawab Adiba sembari cemberut.

Entah kenapa, tapi .. jawaban yang di berikan oleh Adiba tidak membuat Arkan puas. Dia melihat penuh selidik ke arah Adiba.

Adiba gugup dengan pandangan Arkan, dia meremas ujung baju nya gugup.

"Iya iya aku hamil. Puas kamu" jawab Adiba dengan nada tinggi. Lalu dia menghentak kan tangan Arkan dengan kasar. Dan dia sendiri lari ke dan menelungkupkan dirinya di atas ranjang.

'arkan sialan. Bangsat Arkan monyet. Sia sia acara kabur gue' maki Adiba dalam hati nya lagi

Sementara Arkan masih diam tak bergeming. Otak nya mendadak blankk..

Adiba hamil? Itu artinya dia akan menjadi seorang ayah?

Adiba hamil

Dia akan jadi seorang ayah

Kata kata itu yang terus ada di dalam benak Arkan. Tiba tiba saja senyum mengembang di bibirnya.

Dengan langkah lebar Arkan mendekati ranjang. Dia sedikit membungkuk kan badan nya dan membalik kan badan Adiba dengan mudah.

"Apa itu artinya aku akan jadi ayah?" Tanya Arkan menahan senyum nya.

"Bodoh. Tetangga sebelah yang akan jadi ayah" jawab Adiba kesal

Obsesi Sang CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang