"AAAA!"
Bruk!
Ning Ning terjatuh dari atas kasur, tangannya reflek terangkat mengusap kepalanya yang sakit akibat terbentur ke lantai.
"Mimpi kenapa bisa senyata ini sih?! Shock gue."
Usapan di dada kian membuat nafas gusar Ning Ning mereda. Lebih baik tertekan akibat kenyataan hidup dari pada mimpi buruk, pikir Ning Ning.
Jam masih menunjukkan pukul lima pagi, dari yang biasanya selalu bangun jam setengah tujuh, kini Ning Ning berjalan dengan bangga keluar kamar, seakan akan dia sudah memecahkan rekor.
Rasa bangga yang tadinya melekat jelas dalam diri Ning Ning kini pudar bagai cat air terkena hujan. Pikirnya dia sudah menjadi anak teladan yang bangun lebih awal, ternyata abang tirinya -Jay- sudah lebih awal santai di ruang tamu.
Sudah beberapa hari tinggal berdua, mereka masih belum akrab juga. Entah kenapa. Tapi yang jelas itu bukan kendala bagi keduanya.
Gak kenal dia, gak bikin gue mati.
Kira kira begitulah.
"Apa?!"
Kedua alis Jay menyatu ketika mengalihkan atensinya pada Ning Ning. "Lo yang natap gue dari tadi. Anjing lo!"
"Lo anjing!"
Ning Ning bergegas mandi, bersiap siap pergi ke sekolah. Setelah satu setengah jam berlalu, Ning Ning kini berada di ruang makan tengah menikmati sandwich.
Sendirian.
Berlama lama tenggelam dalam pikirannya, momen ketika masih tinggal di Australia terlintas di benak Ning Ning.
Terakhir kali menginjakkan kaki disana, Ning Ning sempat menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Jino Rewaffles.
Ning Ning meraih ponselnya dan mencari nomor Jino. Setelah dapat Ning Ning menarik nafas dalam dalam, tapi sebelum jarinya memencet ikon berbentuk telepon, sebuah panggilan masuk.
Jinosaurus🦕 is calling...
Senyum manis merekah, dengan sigap dia mengangkat lalu panggilan tersambung pada si penelepon.
"Ninga...?"
Ning Ning terkekeh mengulum bibirnya.
"Jinosaurus~~~"
"Are you fine?"
"Ya. How about you?"
"Same. Mau melihat bintang nanti malam bersamaku?"
Kekehan terdengar kembali, sampai percakapan terus berlanjut. Tanpa disadari Jay yang masih ada di ruang tamu menguping.
"Bye~!"
Ning Ning bergegas mengambil ranselnya dan pergi berjalan menuju halte bus. Hari ini mereka akan senam, Ning Ning merasa sangat nyaman dan begitu senang.
Memakai baju olahraga, rambut tergerai, tas berwarna peach yang selalu dibawanya. Cuaca pun memadai perasaannya.
_
Dobrakan pintu kamar mandi terdengar nyaring dan pelakunya adalah Ning Ning. Matanya membulat begitu juga alisnya yang bertaut. Jantungnya berdetak cepat.
"Woy!"
Itu Jay. Pukulan kerasa terus di layangkan ke pintu. Ada yang harus dibicarakan dengan adik tirinya itu, tapi Ning Ning malah menghindarinya sedari pagi.
Jay tampak berpikir keras kala pintu tak kunjung terbuka. Dia pergi meninggalkan tempat menuju kelas X-2.
Baru satu langkah menginjakkan kaki di kelas itu, teriakan demi teriakan terdengar di penjuru ruangan. Tak heran, karena baru kali ini seorang perundung menampakkan diri di kelas itu.
"Dimana tas Ning Ning?"
Teriakan itu mereda, kemudian hening. Hingga akhirnya salah satu diantara mereka yang terlihat begitu berani mendekat ke tas Ning Ning.
"Bang, kalau barangnya hilang jangan salahin gue ya?" perempuan itu kembali duduk di bangkunya sembari mengawasi Jay yang sibuk menggeledah isi tas Ning Ning.
Namun, yang dicari tak kunjung ketemu. Alhasil Jay menghampiri perempuan tadi lalu mendekatinya sedekat mungkin.
Perempuan dengan nametag —Gumy Harrys— menahan nafasnya ketika Jay mendekat. Merasa agak berlebihan, Jay memundurkan tubuhnya lalu mengeluarkan ponselnya.
"Lo punya nomornya?" tanya Jay dengan alis kiri terangkat.
"A-ada bang," Gumy mencari kontak Ning Ning lalu menunjukkannya pada Jay.
"Lo aman, kalau ada yang rundung lo tinggal lapor gue."
Jay keluar kelas sembari tersenyum licik. Segera dia kirimkan sebuah pesan pada Ning Ning yang mungkin masih bersembunyi di bilik kamar mandi.
+62-XXXX-XXXX
Pulang sekolah tunggu gue diparkiran. Gak ada penolakan."Siapa yang kasih nomor gue ke-"
"Gue."
Ning Ning tersenyum gentir, lalu duduk kembali di bangkunya sembari menggigiti kukunya cemas.
Gumy mendekati Ning Ning lalu memasang wajah memelasnya. "Ning~ Tolong gue ya? B-bang Jay E-eh maksud gue abang kelas itu yang minta ke gue, terus gue kasih deh. Tolong bujuk dia ya, biar gue gak di bully."
Gumy menggosok kedua tangannya memohon pada Ning Ning. Matanya mengerjap beberapa kali, namun Ning Ning hanya diam menatap layar ponselnya.
"Emang dia bakal apain lo? Apa yang lo takutin dari dia? Sama sama makan nasi kan?"
Ucapan Ning Ning membuat semua tertuju padanya, membisik satu sama lain. Mungkin Ning Ning dalam bahaya?
"Habis gue."
_
٭
٭
٭
*
[Spoiler]
"Majuan dikit, gue gak akan bisa masukin kalau lo terlalu dekat."
"Awh," Ning Ning menghindar dari Jay.
"Dikit lagi bego! Naik lagi ke atas."
Ning Ning menurut, dia segera naik. Jay meraba pinggangnya yang kemudian langsung Ning Ning tepiskan.
"Sakit? Ngga kan? Lo aja yang lebay."
"Eh emhhh..."
_
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPER | [END] ✔
RomanceJay Willem berstatus sebagai abang tiri dari Ning Ning, yang merupakan pecandu sex, atau sebut saja Hyper Sex. Kedatangan adik tirinya itu mengundang niat jahat dan pada akhirnya Jay tergila-gila dengan adiknya sendiri. "Mulai sekarang, lo harus la...