✧11✧

2.1K 42 0
                                    

Satu tahun berlalu.

Ning Ning dan Jay sudah menjalani hubungan terlarang yang hanya diketahui oleh mereka berdua. Hubungan terlarang yang dimaksud adalah berpacaran antara kakak dan adik tiri.

Keduanya menjalani hari begitu santai, masalah yang terjadi setahun lalu juga sudah terkubur begitu dalam di bawah tanah. Ayah kandung Jay, yang merupakan Ayah tiri Ning Ning sudah ditemukan, namun sekarang masih dalam keadaan sekarat di rumah sakit akibat terlalu lama dibekap.

Ayah mereka dapat bertahan hidup sekarang karena bantuan tabung gas oksigen. Kabar buruk itu terdengar di telinga keduanya, tapi waktu menenangkan mereka.

Kini mereka berdua berada di kediaman Jay. Rumah pertama kali Ayah tiri Ning Ning menghantar nya. Dengan jantung yang terus berdebar kencang. Bahkan semua kejadian itu.

Ning Ning menatap belakang punggung Jay yang sedang memasak. Pancaran mata Ning Ning tidak bisa berbohong, sudut bibirnya bahkan menunjukkan kalau Ning Ning merasa hangat sesaat.

"Menu kita hari ini spaghetti dan sup lobak. Tebak kenapa?" Jay menata meja dengan telaten.

Ning Ning menghampiri dapur lalu duduk di kursi meja makan. Matanya masih melekat pada Jay. "Karena kesukaan lo?"

"Uhmm kurang tepat."

Sebelum mereka mulai makan malam, Jay terlebih dahulu membersihkan dapur agar suasana makan malam terasa nyaman dan tidak ada yang mengganggu. Lalat sekalipun.

"Gatau deh, emang apaan?"

"Karena di perkiraan cuaca tengah malam nanti bakal hujan deras."

"Trus, kenapa?"

"Ck, kita harus menjaga tubuh agar tetap hangat dan tahan serangan penyakit seperti flu, batuk, bahkan demam."

Ning Ning memutar bola matanya malas. Dia raih sendok dan garpu, memutar mie diatas sendok menggunakan garpu, kemudian semuanya masuk ke dalam mulut Ning Ning.

Dia bukan lapar, tapi hawa sekeliling mulai mendingin. Itu membuat Ning Ning jadi merasa kosong dan ingin melahap segala yang yang ada di atas meja makan.

"Bukannya lo udah makan sore tadi ya? Rakus banget." julid Jay pada Ning Ning.

Bisa-bisanya mengatai Ning Ning padahal diri sendiri pun melakukan hal yang sama. Porsi miliknya lebih besar dua kali lipat dari milik Ning Ning.

"Sebelum menilai orang, introspeksi diri dulu."

Benar. Tapi, terkadang manusianya yang hanya pintar menasehati orang lain. Diri sendiri bahkan tidak bisa dinilainya.

"Karena malam nanti hujan deras, pasti bakal dingin pake banget. Mau berbagi kehangatan gak?"

"Uhuk! Uhuk!"

Mendengar penuturan Jay, Ning Ning jadi tersedak makanannya. Segera Jay ambilkan minum dan memberikannya pada Ning Ning. Jay juga tau penyebabnya pasti karena pertanyaan yang baru saja dia lontarkan.

Tidak seharusnya Jay membahas hal seperti itu di situasi yang genting seperti sekarang ini. Harusnya mereka masih bersedih atas apa yang terjadi, tapi kelihatannya Ning Ning biasa biasa saja.

"Boleh."

"Hah?!"

Jay tidak percaya dengan jawaban Ning Ning. Jadi dia bertanya untuk memastikan.

"Iya ayo." Ning Ning menahan senyumnya dan melanjutkan kegiatan makan malamnya yang hanya tersisa sedikit lagi.

Lantas Jay langsung memakan seluruh isi piringnya dengan lahap dalam waktu singkat. Seperti yang di katakan tadi, milik Jay adalah dua kali milik Ning Ning. Sekarang Jay yang duluan selesai menghabiskan makan malamnya.

_

Ning Ning memasuki kamar Jay dengan hati yang hancur berkeping-keping. Dia masih ragu dengan kejadian itu, halusinasi atau memang benar-benar terjadi.

Dia duduk di bibir kasur lalu mengelus lembut selimut. Disitulah saat itu. Kejadiannya, dimana Jay melakukan hal tidak senonoh padanya. Keraguan itu muncul kembali, tapi langsung Ning Ning tepis pikirannya.

Tak lama kemudian, Jay datang dengan telanjang dada. Hanya memakai boxer berwarna hijaunya. Ning Ning hanya tersenyum tipis memandang Jay berjalan ke arahnya sembari tersenyum tulus.

Ning Ning semakin percaya Jay melakukannya hari itu, namun ternyata dugaannya salah. Yang dimaksud Jay berbagi kehangatan ternyata hanyalah berpelukan saja.

"B-bukannya mau ngelakuin i-itu ya?" tanya Ning Ning gagap.

"Pikiran lo kemana? Maksud gue itu cuma pelukan kaya gini aja." jelas Jay.

Tak disangka sangka hujan turun begitu deras, dialuni gemuruh petir dan angin yang sangat kencang. Hawa terasa dingin, walau seluruh jendela tertutup, tapi kamar yang mereka tempati terasa begitu dingin mencekam.

Ning Ning segera membalas pelukan Jay. Saling menyalurkan kehangatan dibalik selimut yang begitu tebal. Jay yang hanya memakai boxer dan telanjang dada, tidak merasa menggigil. Itu karena dirinya memeluk Ning Ning.

"Lo demam?"

_
Tbc.

HYPER | [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang