✧12✧

2K 33 0
                                    

"Tapi Jay, bukannya lo bilang Ayah udah meninggal waktu itu? Gue bahkan udah sempat nangis dan berdoa biar Ayah ditempatin di sisi Tuhan." Ning Ning bertanya di sela sela makan malam.

Jay kebetulan sedang memiliki suasana hati yang buruk. Pertanyaan Ning Ning mampu membuat amarahnya memuncak. Tatapan maut dia layangkan, hingga bulu kuduk Ning Ning meremang.

"Gue benci orang yang bikin gue kesel lebih dari apapun. Lo tau hukuman apa yang bakal lo dapat malam ini?"

Kening Ning Ning mengerut heran. Padahal dia hanya melayangkan pertanyaan biasa, mengapa itu membuatnya begitu marah? Salah apa yang dilakukan Ning Ning?

"Kalau marah bisa jangan lampiasin ke gue?" tanya Ning Ning memukul keras sendoknya ke meja makan.

Sia sia saja sedari tadi Jay menahan amarahnya. Kalau Ning Ning bisa marah dengan memukul sendok ke atas meja, berarti Jay pun bisa melakukan lebih dari itu.

PRANG!!!

Sendok yang semula berada di tangannya dilempar ke meja hingga menjatuhkan piring yang kemudian pecah melebur. Di sekelilingnya banyak beling.

Ning Ning terkejut dengan tingkah aneh Jay. Baru saja kemarin dia bersikap begitu manis, memeluk Ning Ning seolah-olah tidak ingin kehilangan miliknya.

Namun, sekarang?

"Lo udah tau sesuatu kan?! Lo sembunyiin sesuatu dari gue kan?!" teriak Jay hingga rahangnya menegas.

Melihat itu Ning Ning semakin ketakutan. Detik itu juga dia mendapatkan deja vu. Teringat kembali pada kejadian satu tahun yang lalu.

Perasaan takut, cemas, khawatir, depresi, bercampur menjadi satu. Sama persis seperti hari itu. Dimana Jay mengurungnya di kamar dalam keadaan berantakan dan tidak layak disebut manusia.

Ning Ning menunduk terdiam seribu bahasa. Dia memainkan kukunya hingga mengelupas dan mengeluarkan darah. Takutnya sekarang adalah dua kali lipat dari rasa takutnya satu tahun yang lalu.

"Gue gak terima penolakan malam ini." Jay segera menggendong Ning Ning menuju kamar Jay.

Ning Ning dihempaskan di atas ranjang. Tanpa Jay ketahui, luka tangan Ning Ning semakin membesar akibat tergores ke knop pintu saat mencoba menahan diri.

Jay memulai permainan. Dia menghujani bibir, leher dan dada Ning Ning dengan kecupan juga kiss mark. Tidak membiarkan tangannya menganggur, Jay menggesekkan jari telunjuk tangan kanannya di atas kemaluan Ning Ning.

Semakin keras mendesah, semakin kencang gesekan itu. Ning Ning terus mendesah kesakitan dan kenikmatan.

"Ahhh... Jayhhhh.... Hmhhhhh..."

Jay semakin mempercepat jarinya, hingga sekeliling kemaluan Ning Ning basah. Tubuhnya bergetar hebat akibat klimaks yang diberikan Jay.

Kini giliran Jay yang merasakan kenikmatan. Dia berjongkok di samping Ning Ning yang terbaring lelah. Tangan kanan Ning Ning memegang penis milik Jay yang besarnya sekitar 15 cm.

Ning Ning kocok penis milik Jay sembari mendesah. Seperti yang kita tau, otot bergerak karena menerima suatu rangsangan. Begitu pun Jay, yang terangsang oleh hal berbau sex, ketika Ning Ning mendesah membuat dunia Jay begitu bergairah.

Setelah akhirnya mencapai puncak. Jay mencipratkan cairannya di sekitar dada milik Ning Ning. Sekarang Ning Ning begitu becek membuatnya terlihat begitu seksi dan pinter.

Dalam satu hentakan Jay memasukkan penisnya ke lubang milik Ning Ning yang terasa masih sangat sempit. Terbukti bahwa yang dilakukan Jay tidaklah benar selama ini di pikiran Ning Ning.

Itu hanya alibinya untuk menjauhi kamu, maknya

HYPER | [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang