"Emang lo bakal di apain sih?"
Gumy merubah wajah memulainya menjadi wajah datar. Meminta tolong pada Ning Ning hanya membuang buang energi, dia hanya anak baru yang tidak tau apa apa.
"Abang kelas itu tuh punya circle, nah circle nya ini tuh terkenal banget di sekolah. Mau tau karena apa?"
"Apa?"
"Mereka suka ngerundung siswa yang kastanya rendah dari pada mereka, siswa yang culun, siswa yang suka cepu, siswa yang berani natap dia dengan nyalang, dan terlebih lagi suka ngelakuin kekerasan. Ada rumor sih, katanya salah satu siswa yang pernah mereka rundung sekarang koma."
Gumy mengangguk anggukkan kepalanya menyetujui penjelasan dari salah satu siswi dengan name tag -Juni-.
"Tapi, lo jangan asal nyebar rumor. Kalau sampe lo keceplosan, bisa bisa lo jadi target berikutnya."
Ning Ning terlihat sedang merenungi perkataan Juni dan Gumy. Jika memang itu semua benar, kenapa Jay tidak membunuhnya hari itu juga?
"Sebenernya gue gak suka liat lo. Kalau gue bisa, gue lakuin hari ini juga. Masalahnya sekarang, ayah gue nitip lo ke gue. Adil gak sih?"
"Haishhh!" Ning Ning mengacak rambutnya frustasi.
_
Brak!
"Awh!! Anj-"
"Bahasa lo dijaga," Jay tidak menghiraukan Ning Ning yang tergeletak di depan kamar mandi.
Botol cocacola besar Jay bawa ke ruang TV melewati Ning Ning tanpa menatapnya. Tidak peduli apa yang terjadi pada perempuan itu, biar dia yang mengurus dirinya sendiri.
Ning Ning kesal, muka nya sudah mirip seperti angry bird. Dengan kaki di hentak hentak kan Ning Ning bergegas menuju kamarnya untuk segera mengenakan pakaian.
"Lutut lo," Jay mengatup bibirnya.
Untung Ning Ning tidak mendengar, Jay bernafas lega kembali melanjutkan aktivitas menontonnya.
"Bisa bisanya, ada manusia se-gak peduli itu sama orang kesulitan. Eh, apa mungkin yang dibilang Juni tadi bener?"
Hari ini Ning Ning akan memakai piyama berwarna kuning lemon, dan sweater pandanya. Setelah siap, Ning Ning pergi ke dapur untuk makan malam.
"Menu hari ini apa ya? Wah! Sayur lobak, wortel, kentang, telur puyuh, SAMBEL TERONG!"
"Ngapa lo, gila?"
Ning Ning mengembangkan senyum terpaksa nya, kalau dia memasang wajah marah, semua yang dia sebutkan tadi tidak akan ada rasanya.
"Menu hari ini semua kesukaan gue. Makasih," Ning Ning mengambil piringnya, menyendokkan nasi, lalu memasukkan beberapa sayur juga lauk, tak lupa air putihnya.
Semua sudah komplit, dia akan menyantapnya sekarang.
"WAH!"
Duk!
Kaki Ning Ning terpentok ke meja. "Aduh! Shhh."
Lutut nya semakin parah. Dia tidak sadar dan sempat lupa sejenak akan rasa sakit di lututnya. Mukanya mengeluarkan darah, terlihat sakit karena di pinggir luka, kulit lutut Ning Ning membiru.
Jay risih dengan perasaannya. Sedari tadi tidak fokus menonton dan hanya memikirkan luka di lutut Ning Ning.
Wajar. Kini Jay sudah mulai terbuka, dia sudah mulai menerima keberadaan Ning Ning di rumah keluarganya sebagai anggota baru.
Tapi, suasana di antaranya masih canggung.
"Sini gue liat."
Jay jongkok di depan Ning Ning, meraih kakinya dan memeriksa seberapa parah luka di lututnya.
Dirasa sudah tau apa yang terjadi, Jay berjalan ke arah kamarnya. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan kotak putih dengan tanda plus berwarna merah diatasnya. Itu P3K.
Ning Ning menatap wajah Jay yang begitu cerah. Dengan telaten tangannya meneteskan betadine, kemudian membungkusnya dengan perban lalu menempel nya dengan hansaplast.
"Majuan dikit, gue gak akan bisa masukin kalau lo terlalu dekat."
"Awh," Ning Ning menghindar dari Jay.
"Dikit lagi bego! Naik lagi ke atas."
Ning Ning menurut, dia segera naik. Jay meraba pinggangnya yang kemudian langsung Ning Ning tepiskan.
"Sakit? Ngga kan? Lo aja yang lebay."
"Eh emhhh... By the way, bukan masukin ya, itu namanya meneteskan."
"Alay. Lo kalau luka tuh obatin sendiri, jadi gue yang repot bego."
"Lah?"
Baiklah. Semua salah Ning Ning. Jay yang ingin mengobati lukanya pun salah Ning Ning. Gila memang.
Kembali pada acara makan malamnya.
_
"Ssst!"
"Eh! Ngapain lo?!"
Ning Ning melihat Jay ada diatasnya dalam keadaan naked. Apa?!
"Lo ngapain?!" Jay tersungkur ke samping kasur dengan wajah jahilnya.
Jay bangkit kembali, menyibak selimut yang dikenakan Ning Ning. Dia naik ke atas Ning Ning, kemudian menghujani leher Ning Ning dengan kecupan.
Tak lupa juga Jay menghadiahi Ning Ning dengan kiss mark. Tangannya membuka celana yang dikenakan Ning Ning. Tanpa henti terus berusaha memasukkan miliknya ke dalam kemaluan Ning Ning.
"Harus banget sampe sejauh ini, hah?!"
"Hm. Lo target gue selanjutnya."
Tunggu, Ning Ning berpikir keras mencerna perkataan Jay. Namun, sia sia karena rasa sakit itu menghalangi Ning Ning.
"Ahh... Stophh mhhh... Please stophh!"
Bukannya berhenti, Jay malah mempercepat temponya. Sampai akhirnya Jay mencapai pelepasannya.
Pakaian bahkan selimut Ning Ning kini dipenuhi cairan milik Jay. "Lo kena hukum."
"Kenapa?! Kenapa gue harus kena hukum? Gue ada ganggu lo?!"
Jay pergi menuju pintu kamar. "Pikir sendiri." Pintu kamar terbuka, Jay meninggalkan Ning Ning lagi dalam keadaan berantakan.
Jay membuat seolah-olah Ning Ning lah yang menyebabkan kesalahan ini. Tidak adil.
_
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPER | [END] ✔
RomanceJay Willem berstatus sebagai abang tiri dari Ning Ning, yang merupakan pecandu sex, atau sebut saja Hyper Sex. Kedatangan adik tirinya itu mengundang niat jahat dan pada akhirnya Jay tergila-gila dengan adiknya sendiri. "Mulai sekarang, lo harus la...