(Note: chapter ini agak nyambung sama chapter yang nyeritain masa lalu (Y/n) pas lagi di hutan apa gitu lupa, pokoknya hutan yang bisa bikin ilusi itulah pokoknya 😁)
『 • • • • • ✎ ✎ ✎ • • • • • 』
(Y/n) memasuki pintu berwarna abu-abu gelap yang ditunjuk Author dan begitu (Y/n) masuk cahaya putih segera menyelimuti penglihatannya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya.
Ketika matanya sudah membiasakan diri, hal pertama yang ia lihat adalah suasana kelas yang ramai setelah betul istirahat berbunyi.
Kenapa harus di sekolah, sih? Pikir (Y/n) dengan murung melihat papan tulis yang dipenuhi dengan materi matematika logaritma.
(Y/n) menghela napas untuk merilekskan diri kemudian menoleh ke samping kirinya.
"Angga."
Sang pemilik nama yang sedang mengerjakan tugas menoleh untuk bertemu tatapan (Y/n).
"Uy kenapa? Kalo lo mau minta jawaban gue sih ogah ya, ini gue ngerjain setengah mati soalnya."
"Ck gak setia kawan lu," sambil menatap Angga dengan sinis (Y/n) mendorong-dorong tubuh Angga untuk bangkit dari duduknya. "Udah ah ayok ke kantin keburu jam istirahatnya habis."
"(Y/n)! Angga!"
(Y/n) sontak menoleh ke arah pintu kelasnya yang terbuka, alisnya mengernyit karena mendapati seorang laki-laki yang terlihat seusia dengannya, laki-laki itu memiliki tinggi sekitar 170 cm dan berambut putih. (Y/n) bertanya-tanya apa laki-laki ini yang memanggilnya?
(Y/n) kembali terkejut begitu menyadari siapa laki-laki itu, awalnya (Y/n) hanya menduga tapi begitu melihat Angga bangkit dari duduknya dan menghampiri laki-laki itu sambil memanggil namanya, dugaan (Y/n) terkonfirmasi benar.
"Azazel!"
"Apa ini? Azazel kan gak ada di dunia ku ...." Gumam (Y/n) ikut menghampiri mereka yang sedang mengobrol.
Azazel melirik papan tulis yang penuh dengan coretan mematikan dan tersenyum miris, "Kalian pasti ngerjainnya setengah mati, ya?"
"Iya njir gue sama (Y/n) gak ngerti sama sekali, mana abis istirahat harus dikumpulin! Zel lu kan yang paling pinter nih di antara kita, lu bisa kali bantuin."
"Dih ogah gue bagi-bagi jawaban, kalo gue ketahuan bagi jawaban ke kalian bisa-bisa gue dihukum sama Pak Rahmat."
Pak Rahmat, guru matematika minat kelas 11 yang terkenal dengan tugasnya yang mematikan dan terkenal sebagai guru paling killer di sekolah.
"Yang penting gak ketahuan ini elah," Angga menyenggol lengan (Y/n) begitu menyadari (Y/n) hanya diam tak berbicara. "Napa lu? Jangan bilang lu mau mati gara-gara soal mematikannya Pak Rahmat."
Azazel memegang lengan (Y/n) dan sedikit membungkuk untuk mensejajarkan tingginya dengan (Y/n). "Muka lu pucet tuh ke kantin aja ya, gue traktir kebab kesukaan lo."
(Y/n) menatap kosong mata biru Azazel, Ini ... memori yang mana..? Aku tidak ingat soal Azazel ada di duniaku, apa Author yang melakukan ini?
(Y/n) tersentak ketika sekelilingnya berubah, kini (Y/n) berada di pinggir jembatan, (Y/n) tanpa sadar merapatkan jaket besar berwarna putih yang ia kenakan ke tubuhnya. Udara menjadi dingin karena sudah malam hari dan ia berada di luar.
Di depan (Y/n) ada Angga yang memakai pakaian kaos lengan pendek dan celana hitam panjang sambil menunduk, (Y/n) bingung karena ia tidak ingat kejadian ini ada di memorinya dan memilih diam menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Role [ Viva Fantasy × Reader ] 2
FanficBelum baca series yang pertama? Baca dulu yuk! Biar nyambung ceritanya ;3 Silahkan mampir ke Masuk ke Isekai. https://www.wattpad.com/story/287766247?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=Rev...