Jangan lupa untuk follow dan vote yah, Happy reading.
"Ibrahim, udah selesai belum?", teriak Sopiah didalam kamar sembari merapikan jilbabnya.
"iyah mah udah nih", jawab ibrahim sembari berlari ke kamar Sopiah.
Dengan memakai baju koko warna putih dan celananya yang senada, Ibrahim tampak lucu.
"ayo berangkat, kayanya nenek sama mamang udah pada nunggu dari tadi deh", ucap sopiah sembari meraih tangan Zulfa & Ibra.
Hari ini adalah hari khitanan Ibrahim, meskipun tanpa Yogi keluarga ini tampak bahagia.
Entah pura-pura bahagia tau karena terbiasa.
"wah itu mobilnya ya mah?", tanya Ibrahim penasaran sambil jarinya menunjuk mobil warna biru yang berada persis di depan rumah nenek.
"iyah kayanya itu", jawab Sopiah.
"ayo balapan ke rumah nenek", Zulfa menantang Ibrahim.
"siapa takut, wleee", Jawab Ibrahim sembari berlari mendahului.
"ih curang males ah, mah liat dia mah gitu", jawab Zulfa sembari lari dengan muka cemberut.
"eh awas jatoh, hati-hati". Teriak Sopiah.
Keluar wanita paruh baya dengan menggunakan kebaya yang di balut dengan ciput dan selendang,"Ibrahim, cucu nenek ganteng banget, sini nak! Zulfa awas jatoh hati hati", tutur Aminah (ibunya Sopiah).
Ibrahim & Zulfa menghampirinya lalu salam.
"tenang disunat mah sakitnya kaya digigit semut doang", lanjutnya sembari tertawa kecil.
"sakit apapun ga bakalan kerasa sama Ibra mah nek, kan Ibra udah jadi power ranger merah yang akan melindungi dunia", jawab Ibrahim dengan lantang sembari menaruh tangan dipinggangnya.
Sontak semua tertawa melihat tingkah lucunya.
Aminah, Irfan, Wahyu & Yuni yang akan ikut mengantar khitanan Ibrahim.
"gimana semuanya udah siap?, ayo berangkat kalo siangan takut dapet nomor antrean panjang", tutur Irfan memastikan.
"ayo Ibra sama mamang didepan, penganten kan harus didepan sama orang ganteng", tutur Wahyu dengan tawanya yang khas.
Meski tak akan ada perayaan apapun bahkan tak akan ada acara tasyakkur setelahnya, tapi terasa kehangatan menyelimuti dihari itu.
Tak seperti anak-anak yang lain ketika dihari khitan, Ibrahim tak ketakutan sama sekali.
Bahkan dia masuk ke ruang dokter sendrian tanpa ada yang mengantar.
"sini dek tiduran sini yah", tutur dokter lelaki dan satu perawat perempuan.
Ibrahim mengangguk lalu menurutinya.
"namanya siapa? Ga dianter mamah?, tanya dokter sembari menyiapkan proses khitanan.
"namaku Ibrahim dok, engga dok mamah biar nunggu disana aja", jawab Ibrahim.
"wah pasti dek Ibrahim anak yang pemberani yah", tutur suster sembari menghampiri Ibrahim.
"iyah dong", jawab Ibrahim dengan percaya diri.
"adek udah sekolah belum?, tanya suster.
"belum sus, padahal aku udah bisa baca loh. Kata mamah nanti kalo udah di sunat aku bakalan sekolah", jawab Ibrahim.
"beneran udah bisa baca? Emang umur kamu berapa tahun?, tanya suster penasaran.
"udah kok, umurku 5 tahun", jawab Ibrahim.
"coba baca itu", jawab suster sembari menunjuk poster dibagian kiri ruangan.
"jaga kebersihan dengan cuci tangan yang bersih, 5 cara cuci tangan dengan benar", jawab Ibrahim dengan lantang.
"wah kamu hebat yah", jawab suster dengan terkesan.
"hmm kok wangi sate yah", gumam Ibrahim. (bau laser mungkin)
"iyah dong aku kan mau jadi power ranger merah jadi harus hebat", jawab Ibrahim.
"hahahahaha", suster dan dokter tertawa dengan jawaban Ibrahim.
"yuk udah beres", tutur dokter sembari meraih tangan Ibrahim.
"ih kok ga sakit, katanya bakalan sakit dok?, tanya Ibrahim keanehan.
"siapa yang bilang disunat sakit? Engga sakit kan?, jawab dokter dengan senyum.
"nih buat kamu", dokter memberi slim bag berwarna hitam merah yang bermerk nama kliniknya dan topi penyangga kelamin.
"makasih", tutur Ibrahim sembari meraih tangan untuk bersalaman kepada dokter dan suster.
"sama-sama cepet sembuh yah", jawab dokter dan suster dengan senyum.
Keluarnya Ibrahim dari ruangan disambut keluarganya dengan cemas.
"kata mamang juga ga sakit kan", Wahyu menyambut Ibrahim pertama.
Ibrahim tak menyaut, dia fokus mencari mamahnya.
"mah nih dapet tas sama topi", tutur Ibrahim sembari menyerahkan .
"ga sakit kan nak?" jawab Sopiah sembari mengelus bahunya.
"engga kok mah", jawab Ibrahim dengan santai.
"ih hebat banget cucu nenek ini", tutur nenek sembari mengelus bahu Ibrahim.
"ayo mau di gendong sama mamang ga? Jadi raja hari ini mah dah dipopong sampe mobil?", tutur Wahyu sembari menghampiri Ibrahim.
"yuk balik, perjalanan lumayan jauh nih, takut biusnya keburu abis nanti sakit sebelum dilepas perban", tutur Irfan.
Ibrahim pulang sembari dipangku oleh Wahyu, duduk dibagian depan berlaga bak raja.
Berkumpul di tengah rumah nenek yang penuh dengan kehangatan dan canda tawa, nenek dan Sopiah tampak sibuk membuka perban khitanan Ibrahim.
Tiba-tiba telepon rumah berdering dan Zulfa mengangkatnya.
"halo?", sapa Zulfa.
"Zulfa ini bapa", jawab seseorang di telepon.
"bapak siapa ini?", jawab Zulfa penasaran dan tampak asing.
"bapaknya Zulfa, bapak yogi", jawab Yogi.
"baaaaaappppppaaaaaaaaaaaak", teriak Zulfa dengan tangis.
Sontak seisi rumah kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pecah
Non-FictionTrue story (Berdasarkan kisah nyata) Tempat dan kejadian nyata hanya nama saja yang di samarkan. Tentang seorang hamba yang berusaha taqwa dari segala cobaan yang ada