Jangan lupa untuk follow & vote.
Happy reading❤
Irfan menghampiri lalu merangkul Zulfa, "sini biar mamang yang ngomong sama bapak", ucap Irfan.
Zulfa memberikan teleponnya lalu pergi ke pangkuan Sopiah.
"Fan, aa udah di stasiun sukabumi, jemput yah sini", ucap Yogi ditelepon.
"yaudah tunggu disana yah a, Irfan berangkat sekarang", jawab Irfan sembari mematikan telepon.
"Irfan kemaren bilang ke a Yogi kalo hari ini bakalan khitanan Ibrahim Cuma lupa bilang sama teh Sopiah, Irfan kira ga bakalan pulang ternyata Alhamdulillah pulang juga", tutur Irfan sembari menatap Sopiah.
"yaudah Irfan jemput dulu a Yogi yah, Assalammualaikum", lanjut Irfan.
"waalaikum salam hati-hati fan", jawab nenek.
Sopiah terdiam matanya berkaca-kaca berusaha menahan tangis, entah apa yang membuatnya sedih.
Entah karena melihat anaknya yang asing terhadap ayahnya sendiri atau terasa sesak karena Yogi telah berkhianat lalu sekarang akan ada kembali di hadapannya, entahlah.
Zulfa menangis dipangkuan Sopiah tak terucap sepatah katapun dibibirnya.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu yang dibarengi dengan salam.
"assalammualaikum". Suaranya berasal dari pintu belakang rumah nenek.
Terlihat Yogi yang menggunakan kemeja warna hitam dengan celana jeans, rambutnya gondrong melewati telinga.
Sopiah terpaku diam, Ibrahim yang terus menatapnya tampak asing dengan Yogi.
Namun berbeda dengan Zulfa, dia menghampiri Yogi lalu memeluknya.
Yogi mencium Zulfa lalu meraih tangannya sembari menuntun menghampiri nenek, "mah sehat?", tutur Yogi sembari bersalaman mencium punggung tangannya.
"alhamdulillah sehat, kamu sehat?", jawab nenek singkat.
Adik-adik Sopiah bersalaman dengan Yogi, lalu Yogi menghampiri Sopiah dan Ibrahim.
"sus kamu sehat?, tutur Yogi sembari mengajak bersalaman.
"alhamdulillah sehat", jawab Sopiah dengan nada bergetar.
"gimana di sunatnya sakit ga?, tutur Yogi kepada Ibrahim sembari mengelus rambutnya.
"engga kok pak, tadi aku dikasih topi sama tas sama dokernya", jawab Ibrahim sembari menunjuk tas & topi.
Kehadirannya Yogi menjadikan suasana tampak hening dan asing, terlihat kekesalan disetiap wajah keluarga Sopiah.
Mentari terbenam dengan mega merah menghiasi langit indah, suara bedug dibarengi adzan yang syahdu.
Selepas sholat Yogi menghampiri Sopiah, "pulang yuk" bisiknya.
"kamu bilang ke mamah aja ya", jawab Sopiah.
Setelah izin kepada Aminah(ibunda Sopiah) keluarga kecil yang sudah lama tak lengkappun pulang.
Bukankah rumah menjadi tempat yang paling nyaman? Bukankah rumah adalah tempat pulang?, rumah dihari ini terasa asing, apakah karena kehadiran Yogi? Entahlah.
Zulfa dan Ibrahim sudah tidur, Yogi menyalakan televisi dan duduk di sofa tengah rumah.
"nih diminum", Sopiah menghampiri sembari memberikan secangkir teh hangat kesukaan Yogi.
"makasih sus", jawab Yogi dengan melirik sekilas lalu tersenyum.
Panggilan Sus tak pernah hilang dari semenjak kali pertama mengenalnya.
Sopiah duduk disamping kiri Yogi, "kamu emang ga kasian sama anak-anak udah berbuat gini?", tutur Sopiah dengan nada terbata-bata.
"inget ga kapan terakhir kali kamu pulang? terus sekarang dapet kabar kaya gini. Saya ga bakalan pernah mau buat di duain, kamu pilih aja antara saya sama dia. Yang penting kamu bahagia saya ga apa-apa harus ditinggal juga, yang penting jangan mau dua-duanya ada". Lanjut Sopiah dengan mata berkaca-kaca.
"sial, kenapa hati ini ngerasa panas banget sih", gumam Sopiah yang menahan tangis.
Yogi menunduk tak ada sepatah katapun yang terucap dibibirnya.
Sopiah menghela nafas lalu melanjutkan,"kamu tega yah sama anak-anak, perasaan aku kurang apa sih?", Sopiah berdiri lalu bergegas ke kamar sembari menutup wajahnya.
Hatinya remuk, ruh seolah ingin pergi dari raga tak kuat menahan rasa sakit ini.
"apakah malam ini akan jadi malam terakhir dari malam-malam panjang yang telah menjadikan duniaku gelap gulita terus-menerus ya robb?", gumam Sopiah hatinya menjerit.
Ayam berkokok yang menandakan malam sudah berganti menjadi pagi, namun apakah sama dengan rasa sedih yang akan usai juga sampai disini?.
Ibrahim dan Zulfa yang sibuk bermain di tengah rumah, tiba-tiba Sopiah menghampiri.
"lagi pada main apa ini?", tutur Sopiah sembari merangkul Ibrahim.
"tuh liat mah mobilnya lagi macet", jawab Ibrahim sembari menunjuk mobil yang sudah dia susun sepanjang mungkin.
"mah bapak ga mau ketemu kita ya?", ucap Zulfa penasaran yang melihat tingkah Yogi semakin asing.
"bapak udah lama ga pulang, mamah mau ngobrol dulu sama bapak. kalian jangan masuk kamar mamah yah, tunggu aja disini." Tutur Sopiah sembari menatap Ibrahim dan Zulfa.
Sopiah beranjak pergi ke kamarnya, Zulfa dan Ibra saling menatap kebingungan.
Mereka menempelkan telinga di pintu kamar Sopiah, terdengan adu mulut dengan nada yang aga tinggi.
"teh mamah sama bapak kenapa yah?", tanya Ibrahim kebingungan.
"gatau", jawab Zulfa singkat.
Ibrahim tak begitu memperdulikannya dia melanjutkan bermain, namun Zulfa masih saja penasaran dengan apa yang terjadi pada keluarganya ini.
Malam hari yang begitu sunyi, langit tampak indah dengan bintang yang menghiasi.
"apa kalian bakal ngalamin ga punya keluarga utuh?", gumam Sopiah sembari menatap Zulfa & Ibra yang sedang tertidur pulas.
Terlihat Yogi sedang membaca koran di ruang tamu,"sus aku besok mau berangkat kerja", tutur Yogi tanpa melirik.
"iyah", jawab Sopiah singkat.
Pikirnya tak patut juga dia menahannya.
Sopiah adalah sosok wanita yang sangat sering merelakan kebahagiaannya direnggut orang lain dengan suka rela, wanita lemah tak pernah tegas dengan apa yang sebenarnya hak untuk dirinya, wanita dengan batasan sabar di atas rata-rata, itu yang sering dikatakan adik-adiknya terhadap dia.
Subuh telah berlalu namun mentari belum kunjung juga menyinari.
Yogi sudah mengemasi pakaiannya yang hendak berangkat, tanpa berpamitan pada anak-anak.
Sopiah mengantarnya sampai pinggir jalan, "kalo kamu ga pulang-pulang saya bakalan nyusulin ke Bandung", ancam Sopiah.
"iyah aku bakalan pulang sebulan sekali", jawab Yogi.
Sopiah bersalaman lalu Yogi mencium keningnya dan pergi.
Dengan tatapan kosong melihat kepergiannya, "kenapa ga aku tahan aja? Kenapa aku ga bisa tegas?", gumam Sopiah.
Ibrahim dan Zulfa terbangun dan menanyakan keberadaan Yogi yang sudah tak ada dirumah.
"bapak udah berangkat kerja, kalian sih belum bangun", jawab Sopiah dengan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pecah
Non-FictionTrue story (Berdasarkan kisah nyata) Tempat dan kejadian nyata hanya nama saja yang di samarkan. Tentang seorang hamba yang berusaha taqwa dari segala cobaan yang ada