"Bunda! Bunda! "
Gadis itu berlari dari tangga menghampiri sang bunda yang tengah memasak di dapur.
"Nara, kamu udah besar masih aja lari-lari. "
Nara sibuk mengacak-acak dapur mencari sesuatu yang sepertinya tidak akan ia temukan di dapur.
"Bunda liat ikat rambut Nara, Nara baru beli kemarin tapi hilang. Nara mau pake hari ini bun. "
"Bunda gak liat ada ikat rambut di sini, gak mungkin juga ikat rambut kamu nyampe ke dapur. "
"Tapi dikamar Nara gak ada bunda. Nara udah keliling rumah nyari, tinggal di dapur aja. "
"Kamu kan punya ikat rambut lain. "
"Tapi Nara mau pake hari ini bunn. "
Wajah Nara tidak berubah sedari dulu selalu menggemaskan, Zora bahkan tidak yakin Nara sudah remaja, Nara terlihat seperti bocah 5 tahun dengan wajah kesal itu.
"Hari ini kan hari pertama kamu masuk SMA nanti bisa telat. Kamu panggilin Nevan sarapan. "
Nara mengangguk kemudian menuju kamar Nevan. Sesampainya di kamar Nevan, Nara masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu kamar. Nara dan Nevan sudah terbiasa dengan hal ini.
"Nevan ayukk sarap... Ini kan ikat rambut aku, kenapa bisa ada di Lanu?? "
Nara menghampiri kucing itu dan melepas ikat rambutnya dari leher binatang kecil itu.
"Aku nemu di kamar kak Nara, cocok buat jadi kalungnya Lanu. "
Nara menatap kesal ke arah Nevan, apakah laki-laki ini tidak tau benda yang dipikirnya kalung itu adalah ikat rambut.
"Ini bukan kalung kucing, ini ikat rambut Nevan. "
"Tapi kok bisa muat gitu di lehernya Lanu. "
Nevan masih fokus pada kucing kecil peliharaannya yang ia beli minggu lalu.
"Lanu kan masih kecil, lagian si Lanu mau-mau aja dipakein ikat rambut ke lehernya. "
Nara kemudian membebaskan kucing itu dari pangkuannya.
"Rambut kak Nara gak usah di ikat lebih cantik juga digerai gini. "
"Hari ini panas banget Van, pasti nanti barisnya juga lama, gerah tau. Kamu udah siapkan, ayo sarapan nanti kita telat. "
Nevan segera memasang sepatunya dan bergegas ke meja makan.
"Ayah udah berangkat bun? "
Nevan hanya menemukan Zora dan Nara di meja makan.
"Ayah buru-buru jadi berangkat duluan. "
Nevan pun duduk di sebelah Nara dan memakan sarapannya.
"Pokoknya malam ini kamu gak boleh tidur di kamar aku lagi. "
"Nevan masih sering tidur di kamar kamu? "
Tatapan Zora langsung tertuju pada Nevan, laki-laki itu hanya menunduk takut sang bunda marah.
"Nevan mulai sekarang kamu gak boleh tidur lagi di kamar Nevan. Kalo ayah tau ini bisa aja dia marah. ""Tapi Nevan tidurnya cuman kalo takut doang bunda. "
"Masa iya tiap hari kamu takut terus, pokoknya mulai malam ini gak boleh. "
Nara merasa keduanya sudah menginjak usia remaja, rasanya aneh jika mereka masih tidur bersama.
"Yang dibilang sama kak Nara benar Nevan. Masa anak cowok bunda takut tidur sendiri, udah kelas dua SMP loh. "
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Sister
FanfictionAntara Nara dan Nevan . . . . . Sejak hari itu Nara dan Nevan selalu bersama, Nara memperkenalkan Nevan ke teman-temannya dan juga tetangga-tetangga. Nara tidak lagi merasa kesepian ditinggal kedua orangtuanya. Nara begitu menyayangi Nevan, begitu j...