7

70 13 0
                                    

2 tahun kemudian...

_________________________________________

Tok... Tokk

Suara pintu kamar Nara yang diketuk dengan keras. Gadis itu menghela napas panjang, ini pasti ulah Nevan adiknya. Setelah merapikan rambutnya, gadis itu mendekat ke arah pintu untuk membukakan nya.

Selalu saja seperti ini, setiap pagi bocah itu, ahh maksudnya remaja itu selalu datang ke kamarnya dengan sebuah dasi ditangannya.

Padahal Nara tau betul Nevan bisa memasangnya sendiri. Namun laki-laki itu selalu beralasan bahwa dasi yang ia pasang tak serapi dasi yang dipasang oleh Nara. Nara pun mulai memasangkan dasi Nevan dengan sedikit berjinjit, sekarang Nevan memang lebih tinggi. Padahal dulu Nevan lebih pendek dari Nara.

Satu hal yang tidak berubah dari Nevan, Laki-laki itu selalu saja menampilkan tampang datarnya, bahkan Nevan terlihat lebih dingin dan tak tersentuh dari pada Nevan yang dulu. Melihat wajah Nevan terkadang membuat Nara bergidik ngeri. Padahal dulu ia selalu menganggap wajah Nevan itu lucu.

Kegiatan memasang dasi memang tak berlangsung lama, namun hal itu cukup membuat Nevan puas untuk melihat wajah Nara sedekat ini. Nevan menyunggingkan senyumnya, tentu saja hal itu tak dilihat oleh Nara.

"Dasinya udah siap. "

Nara melepas kedua tangannya setelah memastikan dasi yang ia pasang rapi.

"Makasih."

Nevan keluar dari kamar disusul oleh Nara.

Nara dan Nevan mendekat ke arah meja makan untuk sarapan. Terlihat ayah dan bunda keduanya sedang menunggu kedatangan mereka.

"Ayah belum berangkat? "

Nara bertanya sebab 2 minggu terakhir pria itu hampir tak terlihat jika mereka sarapan pagi. Setiap harinya Haris biasanya berangkat lebih cepat, karena urusan pekerjaan dikantor.

"Untung aja pagi ini gak ada urusan mendadak dan perusahaan lagi baik-baik aja. "

Ya, beberapa minggu terakhir telah terjadi sesuatu pada perusahaan Haris, karena itulah Haris selalu pergi pagi dan pulang malam.

"Bagus deh kalo gitu, Nara khawatir ayah jadi sakit gara-gara lembur terus."

"Ayah gak mungkin sampe sakit, kamu jangan khawatir. " Ucap Haris meyakinkan putrinya.

Selesai sarapan bersama, ketiganya pun langsung pamit ke bunda sebelum berangkat. Karena kantor dan sekolahan berlawanan arah, Nevan mengemudi mobil sendiri seperti biasa, berdua dengan Nara.

Nevan duduk di kursi kemudi dengan Nara disebelahnya. Sementara keduanya hening sepanjang perjalanan, Nevan cukup kesal melihat Nara yang sibuk dengan ponselnya, gadis itu sepertinya sedang berbalas pesan dengan seseorang.

"Lagi chattan sama siapa? "

Mendengar itu, Nara otomatis mematikan ponselnya. Menyimpan benda pipih itu ke saku roknya.

"Bukan siapa-siapa. "

Nara tersenyum canggung, sementara Nevan masih menatap datar ke arah jalan.

"Aku harap kamu gak lagi bohong. " Ketus Nevan.

Nara hanya tersenyum menanggapinya, ia tau adiknya itu pasti sedang mencurigai sesuatu.

"Nanti kalo pulang duluan aja, aku ada latihan basket. "

"Iya, Van. "

Nevan menepikan mobilnya ditempat parkiran, sementara gadis disebelahnya mengulum senyum karena hari ini ia tidak pulang bersama Nevan.







I'm Your SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang