#6

8.9K 484 2
                                    

Mansion Anderson.




Nalen yang sudah pulang lebih dulu ke mansion milik tuan Jevan. Diperintahkan oleh Lucas, untuk menunggu tuannya di ruang keluarganya.

"Kenapa pekerjaanku hanya menunggunya? Di kantor tuan Jevan, aku menunggu di atas sofa tanpa mengerjakan apapun. Lalu di dalam mansion, aku harus menunggu tuan Jevan di ruang keluarga" gerutu Nalen menghela nafasnya dengan berat.

Tanpa terasa waktu terus berlalu dan entah sejak kapan Nalen mulai tertidur di atas sofa. Melupakan tugasnya yang harus menunggu kedatangan tuan Jevan.

Sementara Jevan yang baru pulang dari kantornya, berjalan masuk ke dalam mansionnya. Namun langkahnya terhenti saat melihat Nalen yang tertidur di atas sofa. Keningnya berkerut saat melihat pemandangan yang tidak pernah dilihat olehnya. Ada seorang submissive tertidur di ruang keluarga miliknya.

"Kenapa dia tidur di sini?" tanya Jevan dengan suara datar.

"Maaf tuan, bukannya anda yang memerintahkan tuan Nalen untuk menunggu di ruang keluarga?" Pak Tri balik bertanya dengan wajah yang bingung.

Jevan terdiam sesaat, lalu menghela nafasnya. Jevan lupa jika tadi memerintahkan Lucas untuk menyuruh Nelen menunggu dirinya di ruang tengah. Awalnya Jevan memang ingin pulang lebih cepat untuk bertanya soal Marva pada Nalen. Namun saat ia akan pulang tiba-tiba ada masalah kantor yang sangat penting yang harus diselesaikan hari itu juga.

Dengan perlahan Jevan berjalan ke arah Nalen, lalu mengangkat tubuh submissive itu dengan hati-hati. Jevan tidak ingin Nalen sampai terbangun dari tidurnya.

Pak Tri yang melihat tuan Jevan menggendong tuan Nalen dengan cekatan berjalan lebih dulu ke arah kamar tuan Nalen, untuk membuka pintu kamarnya.

Jevan jalan masuk ke dalam kamar tersebut, lalu menaruh Nalen dengan perlahan di atas tempat tidur. Setelah diletakkan di atas tempat tidur, Nalen terlihat melenguh dengan merentangkan kedua tangannya lalu tertidur kembali dengan nyenyak.

"Kenapa aku selalu ingin di dekatmu dan kenapa aku sangat ingin memilikimu?" gumam Jevan dalam hati. Tangannya mengusap pipi gembil Nalen yang terlihat chubby dan menggemaskan.

Pak Tri yang sedari tadi melihat apa yang dilakukan oleh tuan mudanya terhadap tuan Nalen. Mulai merasa sangat yakin jika tuan Jevan mempunyai perasaan lebih pada tuan Nalen.

"Mudah-mudahan tuan Nalen bisa menghilangkan rasa trauma di dalam tuan Jevan" gumam pak Tri dalam hati, dengan sebuah senyuman tulus. Pak Tri tahu betul kalau tuan Jevan, selama ini sangat kesepian sejak kematian kedua orang tuanya dan sejak putus dari pemuda manis yang sangat dicintainya.











.....☘️☘️☘️.....

Intel Group.

"Tuan, kenapa aku hanya duduk diam seperti ini?" tanya Nalen dengan wajah yang kesal, karena lagi lagi ia harus duduk diam di atas sofa di ruang tuan Jevan.

"Kau ingat dengan tugas mu?" tanya Jevan, dengan menghela nafasnya. Karena ini sudah ketiga kalinya Nalen protes kepadanya. Hingga membuat kepalanya serasa ingin pecah.

"Aku harus menuruti semua yang di perintahkan oleh tuan Jevan" cicit Nalen.

"Kalau kau sudah tahu, kenapa kau masih protes?" Jevan berkata dengan suara datar, namun dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Aku....." Nalen terdiam, lalu menundukkan kepalanya dengan wajah yang bersedih. Namun wajah sedih itu hanya sesaat, saat dirinya mempunyai sebuah ide. "Tuan boleh aku -"

"Tidak boleh.....!" Jawab Jevan, dengan cepat memotong pembicaraan Nalen.

"Hihh, kenapa kau bilang tidak boleh? Padahal aku belum mengatakan apapun padamu!" Nalen mengerutkan keningnya dengan wajah bingung.

Tuan Muda Posesif (NOMIN)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang