That One Night

2.5K 204 50
                                    

Josella berdansa dengan riang dia, dia berteriak kegirangan saat ada lagu favoritenya. Hari ini dia berusaha melepaskan semua beban dalam hidupnya. Persetan dengan semuanya dia cuma mau hidup tanpa beban.

Bajingan!!! Kalau tau hidup seanjing ini kenapa gue harus lahir ke dunia??? Dunia emang kadang kidding ya..

Isi kepalanya dipenuhi dengan berbagai omongan Daddynya yang memaksanya untuk menikah dengan Johan Sudjono, pengusaha showroom mobil mewah.

Josella gak peduli tuh orang yang katanya duitnya ngalir 7 turunan, dia juga punya uang.

Hahaha, apes sekali hidupnya udah tau Daddynya tukang bohong tapi dia masih punya rasa cemas, semarah apapun dia— sesakit apapun yang dia rasa.. jauh dilubuk hatinya yang paling dalam.. dia takut kehilangan Daddynya.

Saat dia datang kerumah sakit tempat dimana Ayahnya dirawat, dia malah melihat Daddynya sehat dan berbicara banyak hal terkait pernikahan Josella.

Namun—disisi lain dia juga bersyukur Daddynya baik-baik saja sampai bisa membentaknya dan kembali menyakiti hatinya.

"HIDUP KAMU ITU DADDY YANG URUS JOSELLA! KALAU BUKAN DADDY YANG URUS KAMU UDAH JADI GELANDANGAN!"

"LIHAT MOMMY KAMU!! APA DIA PEDULI KAMU?? ENGGA JOSELLA!!"

Josella menatap nanar lelaki yang membesarkannya, dia tersenyum miring.

"Daddy membesarkan kamu bukan secara cuma-cuma. Tapi apa? Balasan kamu mengecewakan." Kenandi menatap Josella dingin, "Sebagai anak kamu hanya punya kewajiban untuk nurut."

"Balas budi, kamu harus balas budi semua yang udah Daddy kasih buat kamu."

"Kamu harus menikah. Harus." Kenandi berbicara dengan tegas seraya menatap Josella tajam.

Josella kembali melompat dan bahkan meliukkan badannya diantara lautan manusia.

Aecity memang tempat terbaik untuk dia menenangkan diri. Dulu dia, Jessy dan Karalyn sering menghabiskan waktu disini. Semenjak Karalyn menikah dan sekarang lagi di Bangkok. Jessy sibuk bucin, dia males ngajak Jessy karena pasti si Harvey ngikut. Jadi malam ini dia menikmati gemerlap malam sendirian.

Sebelum dia turun ke dance floor, Josella sudah menghabiskan minum-minuman beralkohol.

"Ouchh—" racaunya saat menabrak seseorang, "Sorry.. gue gak pake kacamata." katanya asal.

"Aduhh jangan deket-deket!" kata Josella mendorong orang tersebut.

"Tangan lo monyet!! Gak bisa liat pantat semok ya!?!" amuknya kesal.

"Excuse me??? Bisa gak nempel-nempel ke badan gue??"

Josella mendorong kembali seseorang yang berusaha mendekatinya.

"Don't touch my girlfriend!" kata seseorang berusaha menarik lelaki tersebut lalu mengukung Josella.

"Huuu tolol sih anjing! Sekolah gak sih??" maki Josella lagi, "Gak ngerti bahasa indonesia ya??"

"Dia bule." kata seseorang yang menolongnya itu.

"Ohh bener juga—pantesan gak ngerti omongan gue." kata Josella.

"Kenapa jadi lo yang megang-megang gue!!" amuk Josella pada lelaki yang menolongnya. Lelaki itu merengkuh pinggangnya agresif.

"In case dia deketin lo lagi. Lo pura-pura jadi pacar gue aja." katanya sambil mengalungkan lengan Josella ke lehernya.

"Cihhh modus."

"At least lo gak akan berakhir di kasur sama cowok random."

Josella terkekeh geli lalu mendekat pada lelaki tersebut, badan mereka menempel dan Josella berbisik sensual ditelinga lelaki itu, "Kalau niat gue emang pengen berakhir di kasur gimana?"

Josella: The Girl at MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang