05

173 22 1
                                    

'Kepalanya sedikit terluka karena terbentur properti photoshoot, tapi dia gak apa-apa kok. Dia cuma sedikit kelelahan aja, istirahat yang cukup dan jangan beraktifitas yang berlebihan' ujar dokter pada Fazira, dan Fazira pun mengantar dokter meninggalkan ruang istirahat.

Wiwin menghampiri Fazira dengan wajah khawatir.
'Gimana keadaan Nini? Di baik-baik aja kan?' Ujar Wiwin mengintip dari ambang pintu melihat Nindy masih terbaring belum sadar di ranjang.

'Iya kak Wiwin, kak Nindy baik-baik aja kok. Cuma kecapean aja katanya, maklum bumil harus jaga kondisi.
Sesi photoshoot juga udah kelar kan? Nanti, kalau kak Nindy udah bangun kita langsung izin balik aja ya' ujar Fazira merasa bersalah karena sudah meminta Nindy untuk bekerja hari ini. Wiwin mengangguk lalu memberikan sekotak coklat pada Fazira. "Nih buat kamu biar gak ikutan stress juga jagain bumil" Fazira terkekeh melihat kotak penuh coklat itu.

**Nindy Pov**

Semua badanku terasa lemas, kenapa aku malah melihat orang yang tidak mau aku lihat? Apa aku sangat merindukan pria yang sudah membuatku bunuh diri? Ahahahaha lucu sekali, tapi jika ini khayalan kenapa bayangan ini jadi semakin nyata? Dia datang menghampiriku astaga dia nyata sungguh nyata.
Eh aku merasa pusing, ah tidak Baby J perutku hampir terkena properti tapi aku merasa dahiku perih. Ini kenapa jadi gelap sekali padahal mataku masih terbuka.
Aku jadi sedikit mengantuk.

Bayangan ketika aku mati bunuh diri terlintas. Ketika nafasku sudah mulai habis dadaku terasa sesak sekali karena terisi air danau. Tapi itu suara siapa? Haah Seorang wanita yang aku kenal suaranya sedang menangis menahan sakit. Kenapa wanita itu menusuknya dengan pisau? Hei tolong dia.
Ia terluka parah, darahnya sudah bercucuran di lantai aku tidak bisa menolongmu. Ku kerahkan seluruh tenagaku untuk keluar dari danau tapi sia-sia.

Haah? D-dia Nindy? Tapi, siapa wanita itu ? Kenapa dia memegang pisau dan menusuk Nindy ? Wajahnya, tidak bisa aku melihatnya dengan jelas, dia berlari seperti orang panik sekarang meninggalkan Nindy yang terluka parah.

"Ba-bayiku, tolong selamatkan dia. Siapa pun ukh.. Jevano anak kita uugh" Nindy merintih mencoba meraih ponselnya yang berdering.

Hatiku sakit, dadaku juga sakit urghh nafasku haaaaah.. haaah.

Aku terbangun di ruang yang tidak aku kenal, Fazira yang melihatku sadar langsung berlari menghampiriku. Dia memberiku segelas air, berharap aku meminumnya lalu mengelap peluhku yang sudah memenuhi wajah. Dadaku tidak terasa sesak lagi haah leganya. Tapi kenapa mimpiku bersatu dengan ingatan Nindy ya? Aku penasaran siapa wanita yang menusuk Nindy? Lamunanku terhenti karena Fazira mengguncang bahuku.

"Kakak masih masih pusing?" Nindy menggeleng pelan
"Kakak butuh sesuatu?" Nindy menggeleng lagi, suara Fazira terdengar begitu mencemaskanku, ah bukan aku maksudku Nindy.

"I'm fine Fazira" balasku sambil meraih tangannya yang terasa dingin menyeka keringatku yang bercucuran membasahi plaster di dahi ku ini.

"Aku minta maaf kak, gara-gara aku yang nerima job photoshoot ini kakak jadi sakit lagi. Hiks aku, aku yang buat kakak capek kayak gini hiks aku minta maaf" tangis Fazira pecah ia memelukku sambil terisak. Sebetulnya ini bukan salah Fazira, tapi aku mencoba menenangkannya sambil mengelus kepalanya perlahan.

"Tok tok tok" Seseorang mengetuk pintu, dengan cepat Fazira mengusap air matanya lalu berjalan sedikit berlari untuk membuka pintu. Aku terkejut melihat sang potografer bernama Arjuna, menghampiri sambil membawa keranjang berisi buah. Ia tersenyum kepadaku lalu mengajak seseorang yang tidak asing bagiku masuk ke ruanganku.

Aku tidak bisa berkata-kata lagi, itu benar dia "Erick" gumamku. Pria yang membuatku sakit hati dan memutuskan untuk bunuh diri.

Pria yang merasa ku gumamkan namanya itu menatapku sambil tersenyum. Haaah dia tidak berubah sama sekali. Aku muak melihatnya, sungguh aku ingin mencekiknya.

I'm Comin' For You, JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang