07

152 21 3
                                    

Wanita itu berteriak meminta tolong, nafasnya tercekat kerena terus berteriak hingga security tiba menghampiri keduanya. Nindy di gendong ke mobil lalu segera menuju ke rumah sakit terdekat.

Elina menangis sesegukan melihat Nindy terluka parah. Ponsel Nindy berdering kembali, Elina mengangkat panggilan itu dengan tangan bergetar.

"Halo Jevano, ini kak Eli huhuuhuu" Elina menangis tak kuasa menahan tangis.
"Loh kenapa kak Eli nangis? Nindy kemana?" Jevano khawatir mendengar Elina terus menangis tanpa ada jawaban.
"Nindy di tusuk orang, sekarang kita lagi mau ke rumah sakit terdekat. Kondisinya huhuhuu" Elina tak bisa melanjutkan kata-kata lagi lidahnya terasa kelu sekarang.
"Kakak jangan panik, nanti aku akan ngirim orang buat menyelidiki kasus ini. Kakak bantuin aku jaga Nindy untuk sementara, soalnya aku lagi ada urusan kantor yang gak bisa aku tinggalin" ujar Jevano membenarkan dasinya yang terlihat miring.
"Oke Jev" Elina langsung mematikan panggilan itu dengan raut wajah yang kesal.

**
Sesampainya di rumah sakit sebuah ambulance mengangkut seorang wanita yang tenggelam menuju UGD. Di satu sisi Nindy juga larikan ke UGD yang sama.

Kedua wanita itu dilarikan menggunakan Stretcher berbeda menuju ruang UGD. Kedua tangan mereka bersentuhan dan terdengar suara petir yang cukup menggelegar di luar rumah sakit. Di sertai hujan yang lebat membuat Elina semakin panik menanti di luar ruang UGD.

Elina menelpon Fazira juga Ajisaka untuk segera ke rumah sakit, karena mereka adalah orang terdekat Nindy selama ini.

Dokter berusaha memberikan obat pereda nyeri dengan dosis yang rendah pada Nindy karena luka yang di derita cukup serius.

Elina terus berdiri sambil terus mondar-mandir di depan pintu UGD. fazira dan Ajisaka menghampiri Elina yang sedang was was. Dokter keluar sambil melepas maskernya Elina menghampiri berharap hal yang buruk tidak terjadi.

"Bagaimana keadaan adik ipar saya dokter? Dia tidak apa-apa kan?" Pertanyan Elina yang membuat lutut Ajisaka bergetar lemas.

"Keadaan pasien masih belum sadarkan diri. Luka tusukannya juga lumayan dalam tapi beruntungnya tidak sampai melukai bayinya. Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan keduanya, tapi untuk kesembuhan pasien kita serahkan lagi kepada Yang Maha Kuasa. Tetaplah berada di sisi pasien untuk memberi dukungan semangat agar pasien segera sadar. Saya permisi dulu ya bu" dokter tersenyum lalu meninggalkan ketiga orang yang mematung di depan ruang UGD.

"Jadi kak Nindy lagi hamil?" Gumam Ajisaka terduduk lemas di kursi tunggu.
"Dia bahkan gak mau cerita soal kehamilannya sama aku selaku managernya sendiri, aku ngerasa gagal ngejaga artis aku" Fazira mengusak rambutnya depresi.
"Hah Nindy hamil? Nindy bakal jadi ibu" Elina terlihat terharu tak percaya air matanya masih mengalir begitu saja.

Satu minggu sudah Nindy di rawat di ruang ICU namun masih belum sadar. Bayinya pun berhasil selamat, Elina yang mendengar ucapan dokter bernafas legah. Ajisaka menjaga Nindy bergantian dengan Elina. Sementara Fazira di minta untuk menjaga kebersihan rumah jika suatu saat nanti Nindy tersadar.

Ajisaka sedang menyentuh tangan Nindy, terasa begitu hangat. Wajahnya terlihat cantik meski tanpa polesan make up sekali pun.
"Cepat bangun kak, aku menunggumu" gumam Ajisaka.

Tangan Nindy tergerak membuat Ajisaka panik dan berlari memanggil Elina yang berada di luar ruang ICU.

***
Kembali ke masa kini

Nindy sedang sibuk mengunyah sepotong apel di halaman belakang dengan beralaskan rerumputan hijau. Dimana terdapat ayunan serta kursi yang terbuat dari kayu. Namun Nindy memilih duduk lesehan di rumput. Ajisaka duduk di kursi kayu sambil memainkan lagu kesukaan Nindy judulnya Ivy by Frank Ocean dengan gitar kesayangannya. Lalu Fazira sibuk memotong apel untuk di makan bersama.

I'm Comin' For You, JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang