03🤫 🤏

311 30 1
                                    

  Nindy mengoleskan obat gatal di tangan Jevano. Jevano diam dan menuruti Nindy. Namun tangan yang lain sibuk menggaruk tubuhnya yang lain. Nindy menahan tangan yang satunya lagi dengan wajah kesal.

'Bisa diem gak sih? Ini tuh kalau di garuk nanti jadi luka. Kalau lukanya dalam, nanti bisa berbekas' Nindy mengoles kembali lotion anti gatal ke leher, lengan. Namun saat akan duduk berjongkok untuk mengoleskan di kaki Jevano, Nindy kesulitan untuk duduk ia menyerah.

'Uugh gak bisa, aku nyerah oles sendiri nih' ujar Nindy berdiri dan memilih duduk di pinggir kasur tepat di samping Jevano. Jevano mengambil lotion gatal tersebut dan mengoleskannya sendiri sambil menatap Nindy.

  Nindy yang tahu ia sedang di tatap pun menoleh, Jevano terkejut lalu membuang muka. Nindy terkekeh pelan melihat tingkah Jevano.

  Yang ia tahu, Jevano sedari tadi terus memperhatikan perutnya. Saat sedang mengoles lotion, botol lotion itu malah terjatuh ke lantai. Jevano berjongkok mengambilkan botol lotion itu namun matanya tertuju lagi pada perut Nindy.

'Kenapa? Mau ngelus perut aku yaa ?' Tanya Nindy menggoda Jevano. Tapi karena ia ingin menyentuh perut Nindy lagi Jevano mengangguk saja.

"Sudah aku katakan, akan ku buat kamu berlutut di hadapanku dan Baby J dasar pria baj*ngan.
See sekarang kamu lagi berlutut di depanku dan Baby J hehehe" batin Nindy kegirangan.

  Nindy menuntun tangan Jevano ke perutnya. Tangan Jevano terasa hangat, saat menyentuhnya. Rasanya begitu menggelitik. Dada Nindy berdebar di buatnya. Jevano membuat gerakan memutar seolah tengah mengoleskan lotion secara perlahan di perut Nindy.

'Aakh' desahan lolos dari bibir Nindy, wajahnya memerah. Jevano terhenti, di raihnya tengkuk Nindy perlahan.
Nindy bisa merasakan jarak mereka kian mendekat. Nafas Jevano seolah memburu ketika wajah mereka berhadapan.

  Nindy sadar Jevano akan menciumnya sekarang, dengan segera ia meletakkan jari telunjuknya di bibir Jevano. "Ssssshhh jangan ya. Baby J lagi bobo jangan ganggu dia" Nindy tersenyum dan beranjak meninggalkan Jevano yang terdiam di posisi berlutut.

  Jevano terkekeh melihat dirinya sedang di permainkan. Sejak kapan istrinya menjadi sangat menarik begini ? Kita juga tidak tahu wahai bapak Jevano ehe.

  Nindy memilih tidur membelakangi Jevano. Ia merasa susah tidur kali ini. Mengapa? Karena Baby J terus meninju dan menendang, seolah sedang olah raga malam-malam.

  Waktu menunjukkan tengah malam. Jevano masih setia membaca buku sambil bersender di tempat tidur yang beralaskan bantal di punggungnya.
Ia melirik istrinya yang sedang gelisah memilih posisi agar bisa tertidur. Suara selimut yang yang bergesek membuatnya alisnya sedikit berkerut.

  Nindy lelah dengan pose tertidur miring, kini tidur terlentang. Wajahnya menengadah menatap langit-langit kamar. "Haaah, Baby kok bisa jam segini ngajak momy main? Tidur ya sayang, ini sudah tengah malam Baby momy butuh tidur" gumam Nindy sambil menghela nafas. Jevano mendengar Nindy yang menghela nafas cukup keras, ia  mencoba mendekati istrinya itu dan menghampiri perut Nindy yang tertutup baju tidur.

  Nindy hanya menatapnya heran, kenapa suaminya ini terus menatap perutnya yang sudah membuncit ini? "Ini kan cuma perut yang isinya bayi bukan isi berlian dan emas kenapa sampai bengong begitu? Kemarin kemana saja kau saat istrimu hamil muda hah dasar pria labil!!"
Nindy memilih tidak peduli dan menutup matanya saja, anggap saja Jevano itu boneka samoyed besar yang ada nyawanya. Begitu kira-kira pikiran Nindy.

  Jevano menyentuh perut Nindy yang tertutup baju tidur, bisa ia rasakan gerakan kecil yang menakjubkan. Jevano tersenyum matanya membentuk bulan sabit, namun Nindy malah terlihat kesal. Ia kesal lantaran di sentuh Jevano Baby J jadi kalem di dalam perutnya.

I'm Comin' For You, JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang