✿⁠ Duadua✿⁠

146 7 0
                                    

✿⁠Selamat membaca ✿⁠

Semalaman penuh hatiku merasa gundah gelisah . Notifikasi Daddy pun tak kunjung aku dapati. Membuat keresahan ku kembali bertambah.

Apakah Daddy kembali mencintai wanita lampir itu?

Apakah perjuanganku selama ini sia-sia?

Apakah aku dan Daddy akan kembali mati ditangan neklam itu?

Pikiran negatif dan prasangka yang buruk menghantui ku sepanjang malam. Aku tidak bisa tidur dengan pikiran terus menerus tertuju pada Daddy.

Kalau memang takdir tidak bisa aku ubah, lantas mengapa aku kembali ke masa lalu? Untuk apa? Apakah untuk melihat kembali kematian itu? Ini tidak adil! Mengapa aku harus kembali ke masa lalu? jika akhirnya akan terulang kembali tanpa adanya perubahan sedikit pun.

Aku menangis, meraung, meluapkan semua emosiku. Semalam penuh aku menangis dan menerka-nerka masa depan yang sepertinya masih sama.

Drrt drttt

Tanganku meraba kasur, mengambil ponsel ku, tanpa aku lihat siapa yang menelpon aku menolak panggilan itu.

Drttt drttt

Ponselku kembali berbunyi, membuatku menggerang frustasi, aku sedang tidak ingin diganggu siapapun. Aku ingin menyendiri tanpa adanya seorangpun.

Tangan ku kembali menolak panggilan tersebut lalu karena ponsel itu terus berbunyi dengan kesal aku lempar dengan asal ponsel tersebut sampai tak berbunyi lagi.

Entah itu rusak atau apapun itu aku tidak peduli. Saat ini aku butuh ketenangan, meskipun ketenangan ini tidak membantu sama sekali.

Tuk tuk

"Non Cia?"suara bi Novi terdengar.

"Cia lagi nggak pengen diganggu, bi."

"Tapi, non Cia ada temen non Cia katanya mau ketemu non Cia, namanya Zee."

Zee? Ngapain dia datang kesini disaat aku ingin sendirian!.

"Bilang aja Cia lagi tidur."

"Apakah ada seorang yang tidur berteriak sekencang itu?" Suara Zee terdengar dibalik pintu.

Lalu tak lama setelah itu pintu terbuka dan menampilkan seorang yang membuka kunci pintu kamar ku.

"Kok bisa buka?"heran ku menatap Zee yang tengah tersenyum tengil.

"Bisalah, pakek kunci cadangan dari bibi Novi,"kata Zee mendudukkan dirinya dipinggiran kasur.

Aku hanya mendengus kasar dan kembali menggelung diriku dalam selimut tebal. Namun, langsung ditarik oleh Zee.

"Kenapa tidur lagi? Bangun ini sudah siang. Mau jadi apa kau jam segini belum bangun."ucap Zee menarik narik selimutku.

"Nggak mau! Aku ngantuk Zee, mau tiduran aja seharian." Zee dan aku saling menarik selimut lalu karena lelah tidak ada yang mau mengalah, akupun melepas kan genggaman ku pada selimut yang mengakibatkan Zee jatuh terjungkal, di kasur.

"Kenapa kau lepaskan?! Untung saja aku jatuh ke kasur, kalau kelantai bagaiman?!"gerutu Zee kembali duduk.

Aku hanya memutarkan kedua bola mataku dengan malas.

"Mau apa kau datang kesini?"

Zee mendengus dengan kasar lalu ia menghela napas." Kau mau kan menemanii aku ke pesta ulangtahun temanku, kan kan?" Kata Zee sambil menatapku dengan puppy eyes nya.

Bukannya terbujuk aku malahan merinding." Nggak."

"Harus mau! Kau tega melihat teman mu ini datang kesana tanpa pasangan!"seru Zee dengan raut wajah memelas.

"Makannya sana cari pacar. Banyak tuh di pinggiran jalan kalau kau minat."kataku menimpalinya.

"Apa-apaan! Emangnya aku ini cowok apaan! Nggak mau! Pokoknya kau harus menemaniku ke pesta itu, titik. Aku akan menunggumu dibawah, pokonya kau harus sudah siap dalam waktu setu jam kalau tidak aku akan mengatakan pada pak Hendro kalau kau tidak sakit dan membolos mata kuliahnya."ancam Zee dengan telak setelah itu ia melenggang pergi dari kamar ku.

Aku dengan kesal menyibak selimutku dan terburu-buru memasuki kamar mandi, dan setelah itu berganti baju dengan dress selutut berwarna biru langit berlengan pendek. Sedikit merias wajahku lalu turun kebawah menghampiri Zee yang tengah duduk di sofa dengan ponsel yang berada di tangannya.

"Ayo."seru ku merdiri didepan Zee.

Zee mendongakkan wajah, menatapku dengan diam.

"Kenapa? Ada yang salah dengan wajahku? Atau pakaian yang aku kenakan tidak cocok ke pesta itu?"tanyaku meneliti pakaian yang aku kenakan saat melihat keterdiaman Zee.

Zee menggelengkan kepalanya lalu berdiri, merangkul bahuku.

"Tidak ada yang salah. Perfec. Ayo cepat kita pergi ke pesta itu. Aku yakin kau akan menjadi perempuan tercantik disana."kata Zee sembari merangkul ku menuju pintu luar.

"Non Cia?"panggil bi Novi membuatku menoleh ke arahnya.

"Ouh bi Novi, aku akan keluar rumah mungkin akan sampai larut malam. Bibi kalau sudah selesai bisa langsung pulang saja."

"Baik non, ouh ya anu non nanti malam de—"

"Cia ayo cepat nanti kita telat kesana!"  Zee terlebih dulu menyeret ku pergi tanpa bisa mendengar kelanjutan perkataan bibi Novi.

Bersambung ☞⁠ ̄⁠ᴥ⁠ ̄⁠☞

Marry Me Dad!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang