Untuk pertama kalinya setelah satu setengah tahun bekerja, Giza mengambil haknya untuk cuti tahunan selama satu minggu setelah pengajuan visa ke Inggris diterima. Gadis itu perlu memastikan kalau pacarnya benar-benar tak mempermasalahkan fotonya dengan Cakra, meskipun dua bulan yang lalu ketika kejadian itu terjadi--Deo menghubunginya setelah hampir dua hari pria itu tak bisa dihubungi--tampaknya Deo tak masalah menanggapi foto pelukannya dengan Cakra.
Giza baru memberitahu Deo sedang dalam perjalanan menuju Newcastle ketika transit yang memakan waktu dua jam di Dubai. Awalnya Deo tak percaya, padahal mereka sedang video call di Dubai International Airport. Ia baru percaya ketika Giza menempati kursinya di kelas bisnis maskapai penerbangan asal Dubai, Uni Emirat Arab itu.
Setelah menempuh penerbangan 17 jam 30 menit, termasuk transit, akhirnya Giza menginjakkan kaki di Newcastle International Airport pada siang hari. Jantungnya bertalu-talu berantakan ketika dari jauh melihat pacarnya tengah melambaikan tangan padanya.
Selayaknya pasangan kekasih yang sudah lama berpisah selama enam bulan, ada haru yang menyeruak ketika rindu itu akan segera tuntas. Mereka saling berpelukan erat. Tanpa takut dianggap aneh, toh memang bandara adalah tempat melepas rindu pada orang yang sudah lama tak mereka jumpai.
"Aku nggak bohong, kan?" tanya Giza setelah merenggangkan pelukan, tetapi kedua tangannya masih mendarat di pinggang pacarnya.
Deo mengecup pipi dan dahi Giza berkali-kali. "Kangen." Ia kembali menarik Giza ke pelukan.
Walaupun belum puas melepas rindu, tetapi mereka tak mungkin seharian saling berpelukan di tempat ini. Mereka harus segera meninggalkan bandara karena Deo harus kuliah tiga jam lagi.
"Nginap di apartemenku?" tanya Deo ketika mereka sudah berada di mobil jemputan yang sudah dipesan oleh Giza ketika masih di Indonesia.
"Perlu aku ingatkan, kalau kamu punya roommate. Nggak mungkin kehadiranku buat temanmu nggak nyaman... aku udah pesan hotel dekat apartemenmu," balas Giza pada Deo dengan nada sewot.
"Papa dan Mama udah tahu aku ke sini. Mereka juga diam-diam mengutus orang untuk mengikutiku." Giza terkekeh ketika Deo melebarkan kelopak mata.
Selalu ada orang asing yang mengikuti mereka tanpa menunjukkan wujudnya. Namun, tetap mengawasi dari jarak jauh. Ini merupakan salah satu syarat untuk diizinkan berpergian sendiri atau hanya berdua dengan Jerash ke luar negeri.
"Gimana tanggapan orang tuamu, saat tahu kamu menemuiku?"
"Mereka biasa aja karena udah tahu aku nggak pergi sendiri," balas Giza dengan menggerakan jari tengah dan telunjuk bersamaan seperti tanda kutip saat menyebut kata 'sendiri'.
Deo menahan napas sejenak. Ia memijat pelipisnya. Hubungan mereka yang berjarak ini membuatnya banyak merenung terlebih tentang siapa sebenarnya yang sedang dipacarinya ini.
Cinta memang membuat logika tumpul, tak mampu menganalisa sebelum memutuskan memacari gadis cantik ini. Walaupun selama berpacaran, Giza mampu mengimbangi gaya hidupnya yang tak terbiasa dengan kemewahan, tetapi detik ini, ia kembali sadar akan jarak yang sangat jauh terbentang di antara mereka.
Walaupun tindakan orang tua gadis itu sebagai bentuk perlindungan terhadap anak perempuan satu-satunya, lagi-lagi keluarga Prautama menunjukkan kemampuan yang tak mungkin bisa dijangkau oleh Deo.
Deo menarik tangan kekasihnya dan mengecupnya. Tidak. Status sosial tak akan membuatnya mundur. Ia akan berusaha sekuat tenaga, walaupun tidak bisa setara, setidaknya bisa bertanggung jawab terhadap kebutuhan perempuan yang ia cintai ini.
Ya. Kebaikan Giza dan kedatangan pacarnya ke tempat ia menimba ilmu ini membuatnya tak perlu lagi menyangkal kalau ia sangat mencintai Giza Safira Prautami. Akan ia kerahkan seluruh kemampuannya untuk memperjuangkan hubungan mereka.
Kehadiran Giza membuatnya mengambil langkah impulsif yang akan membuat ikatan di antara mereka semakin erat. Selain mencintai Giza, pesan-pesan yang ia terima dari Cakra yang mengatakan kalau teman seangkatan gadis itu sangat mencintai pacarnya. Bahkan ada pesan bernada manipulatif yang menuduh Deo tak mencintai Giza karena tega meninggalkan gadis itu ke luar negeri. Jelas membuat Deo was-was jika tak mengikat Giza secepat mungkin.
Maka pada keesokan harinya, ketika Deo sedang tak ada jadwal kuliah, pria itu mengajak Giza ke kampusnya. Di depan gedung jurusannya berada, dihadapan puluhan mahasiswa dari berbagai negara yang berlalu-lalang, Deo melamar pacarnya.
"Mau nggak berkomitmen denganku untuk saling menjaga sampai tiba waktunya aku akan menemui Pak Bima dan Bu Santika untuk memintamu menjadi istriku secara resmi."
Giza mengangguk tanpa keraguan dengan lelehan air mata yang tak bisa ia tahan. Setelah itu, ia menghambur memeluk Deo saat pria itu selesai memasang cincin di jari manis sebelah kiri.
"I love you."
"I love you more."
"I love you much more."
"Aku lebih lebih lagi cinta kamu."
Kira-kira siapa yang ngomong "Aku lebih lebih lagi cinta kamu"?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumau Dia (Tamat)
RomanceGiza Safira Prautami, anak perempuan satu-satunya dari salah satu keluarga konglomerat, bermimpi memiliki suami seperti papanya yang merupakan suami idaman kebanyakan wanita; bertanggung jawab, tegas, berwibawa, lemah lembut, penuh kasih sayang, sel...