Bab 11 - Kecupan Mendadak

378 27 0
                                    

Deo dinyatakan lulus dengan predikat nilai sempurna IPK 4,00, enam bulan kemudian dari Giza mengungkapkan rasa suka pada lelaki itu. Setelah kelulusan cowok itu, komunikasi mereka benar-benar putus hingga tak terasa waktu sudah berjalan empat tahun.

Giza juga sudah lulus satu tahun yang lalu dan saat ini bekerja di sebuah perusahaan e-commerce sebagai HR Recruitment. Awal mula dia bergabung di perusahaan ini sebagai anak magang, lalu ditawarkan mengikuti rekrutan karyawan tetap. Semua proses seleksi sampai diterima menjadi karyawan dilaluinya tanpa rintangan, hanya saja ritangan yang lain harus ia hadapi adalah dari papanya yang menginginkan dia bergabung di salah satu perusahaan Bima. Gadis itu tak peduli walaupun sampai sekarang masih sering mendapat sindiran dari papanya yang belum ikhlas menerima kenyataan kalau anak perempuan sulungnya bekerja di perusahaan lain.

"Za, MC udah datang?" tanya Windy, teman kerja sekaligus kakak tingkat sewaktu kuliah dengan wajah panik.

Giza melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya. "Belum, padahal waktunya tinggal satu jam lagi sebelum acara dimulai. Mana kita belum briefing karena ada penambahan segmen."
"Kamu udah kasih tahu dia lewat telepon?"
"Maaf, Kak, lupa." Giza tersenyum kikuk lalu menunduk karena mendapat pelototan tajam.
"Kan aku udah bilang, kasih tahu dia lewat telepon biar menghemat waktu... kamu hubungi dia sekarang!" Windy rasanya ingin memakan hidup-hidup teman satu divisi kepanitiaan maupun divisi di kantor itu.

Waktu pertama kali diberikan tugas meng-handle MC di acara ulang tahun perusahaan yang mengundang artis K-Pop dan disiarkan di dua stasiun televisi nasional itu, ketika mendengar nama yang sudah sangat lama terkubur di kotak memorinya selama empat tahun ini sebagai salah satu pembawa acara, Giza sempat tak percaya.

Lelaki yang ia kenal sulit diajak bicara panjang lebar itu, kini menjadi salah satu pembawa acara yang cukup dikenal di tanah air karena pembawaannya yang menyenangkan dan kelihaiannya mengolah kata-kata sehingga setiap acara yang dibawakannya selalu seru.

Atas nama profesionalisme, Giza kembali menyimpan kontak yang pernah dia hapus di ponselnya. Otomatis, memori yang pernah ia kubur dalam-dalam kini perlahan mencuat lagi.

"50 menit lagi acara dimulai, kenapa belum muncul juga? Kak Astrid udah hadir dari 3 jam yang lalu." Giza mencecar orang yang sedang ia ributkan dengan temannya itu.

Perusahaan menunjuk dua orang pembawa acara. Satunya Astrid yang sudah berkarier puluhan tahun di dunia hiburan baik itu pemain sinetron, model, dan kini aktif menjadi pembawa acara di berbagai acara. Pembawa acara yang satu lagi adalah laki-laki yang pernah ada dalam setiap khayalan dan jadi orang pertama yang pernah mematahkan hati Giza.

"Ya, udah, cepat. Langsung ke backsstage. Masuk ke ruangan yang ada namamu," balas Giza ketika pria di seberang sana mengatakan dia sudah berada di tempat parkir.

Lima menit kemudian orang yang ditunggu datang juga. Giza langsung menyerahkan Cue Card kepada lelaki itu dengan wajah masam. Ia paling tak suka keterlambatan apalagi pembawa acara senior saja sudah datang lebih awal dari pendatang baru ini. Dia, MC yang baru dua tahun berkarier, sudah berani menunjukkan arogansinya.

"Maaf, tadi saya masih singgah ke UGD mengantar Mama saya yang tiba-tiba jatuh sakit," kata Deo Pasha pada Giza dengan mimik penuh penyesalan..

Giza terpaku menatap pria itu beberapa detik. Rautnya berubah khawatir. "Mama kamu sakit apa?"

"Biasa, bawaan usia."

"Semoga mamamu cepat sembuh...." Giza ingin bertanya lebih lanjut tentang keadaan papa lelaki ini, tetapi ia tak mau terlalu dalam mengetahui masalah pribadi kakak tingkat semasa kuliah itu. Cukup sekali ia pernah ingin menyentuh privasi laki-laki itu dan berakhir dimusuhi.

Kumau Dia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang