"Dek, ke kamarku sekarang," kata Giza di sambungan telepon.
Lima menit kemudian pintu kamar Giza diketuk. Bersamaan dengan itu isakan gadis itu kembali terdengar.
"Kak, kenapa? Ada apa? siapa yang buat Kakakku nangis? Deo?" Rentetan pertanyaan bernada panik disembur bertubi-tubi oleh Jerash.
"Aku diputusin Deo." Giza semakin sesunggukan.
Jerash sempat terperangah sesaat kemudian menghela napas panjang. "Kirain apaan."
"Sakit tau nggak! Aku diputusin dengan alasan yang nggak jelas. Dia nggak benar-benar sayang aku. Padahal demi dia aku bertengkar sama Papa untuk mempertahankan hubungan kami. Banyak banget pengorbanan yang aku lakukan. Karena aku sayang dia, aku nggak apa-apa bangun subuh buat sarapan di pasar, padahal hari Sabtu waktunya aku bisa bangun siang, tapi nyatanya dia pergi gitu aja. Udah ngilang dua minggu... begitu muncul, langsung putusin aku. Brengsek!"
Jerash mendaratkan bokongnya di tepi kasur memberi jarak tak terlalu jauh dari tempat kakaknya berbaring. "Berarti dia nggak pantas buat Kakak. Aku yakin, suatu saat dia akan nyesel udah melepas Kak Giza yang cantik, baik hati, dan pengertian."
Bukannya terhibur, Giza malah mengeraskan tangisnya. "Aku sumpahin dia akan menyesal. Cepat atau lambat dia akan sujud minta maaf di kakiku, tapi aku nggak akan kasih dia kesempatan."
Jerash menepuk kaki kakaknya sambil tersenyum. "Nah, gitu dong. Jangan lemah lagi karena cinta. Pokoknya harus jadi smart girl."
"Kamu senang aku putus sama Deo, iya kan?" Giza bangun dari pembaringan dan menempelkan punggunya pada headboard ranjang.
Jerash pun membalasnya dengan anggukan dan ekspresi menyebalkan. Giza melempar bantal melampiaskan kekesalannya.
Jerash tak bisa menutupi betapa bahagianya mendengar kabar kakaknya telah putus dari laki-laki yang masih ia benci itu. Dia tahu kakaknya lebih pantas mendapat yang lebih baik. Sebagai adik, dia tak terima mengetahui kakaknya yang berharga itu beberapa kali susah payah menjemput Deo di kantor atau rumah lelaki itu dengan alasan mobilnya sedang mogok.
Memangnya laki-laki itu tidak bisa sedikit berkorban menggunakan ojek online ke tempat mereka janjian? Jerash tak suka melihat kakaknya menjadi budak cinta padahal ada banyak laki-laki dari lingkungan rekanan bisnis papanya dengan prestasi yang bejibun menitipkan salam pada Jerash untuk disampaikan ke kakaknya. Namun, sang kakak lebih memilih laki-laki yang lebih banyak merepotkannya dan sering membawa kakaknya makan di pasar tradisional."Kakak, kali ini aku minta ke Raja Ampat. Kita jelajahi alam Indonesia Timur," ucap Jerash yang tahu ritual wajib jika kakaknya patah hati pasti dihadiahi jalan-jalan oleh papa mereka.
"Nggak, kali ini aku pengen clubbing. Pengen ngerasain mabuk kayak gimana. Kamu kan udah 22 tahun, temani aku, yuk."
"Nggak!"
Berita putusnya Giza dan Deo sudah sampai ke telinga Bima. Pria beranak tiga itu menyambut bahagia kabar ini. Ia pun menawarkan liburan pada anak gadisnya, tetapi sama seperti responnya pada Jerash, Giza terang-terangan minta diizinkan ke club malam.
"Kamu boleh pergi, tapi Papa dan Mama temani kamu," begitu balas Bima santai.
Maka pada akhir pekan, tanpa firasat buruk di benak Giza, keluarga Prautama minus Petra, mengunjungi Skyhigh, club yang selalu ramai didatangi para pencinta dunia malam.
"Papa, kok sepi? Padahal udah jam 11 malam. Apa jam 12 gate-nya baru dibuka?" tanya Giza bertanya-tanya setelah satu jam di sini, belum ada pengunjung sama sekali selain mereka. Walaupun ada seorang DJ lokal yang telah berkiprah di dunia internasional sudah mulai memainkan alat DJ-nya."Khusus malam ini hanya kita berempat ditambah beberapa karyawan Papa," balas Bima dengan senyum mengembang.
Giza terperangah mendengar balasan papanya. Sementara Jerash nampak sangat puas menertawakannya.
"Yuk, jangan duduk aja." Santika menarik tangan kedua anaknya sambil menggoyang tubuhnya mengikuti irama musik yang menghentak.
Demi Giza mendapatakan pengalaman pertama merasakan hingar bingar tempat yang identik dengan alkohol dan musik yang menghentak, club ini sengaja dikosongkan khusus untuk anaknya biar puas merasakan suasana club malam tanpa ada gangguan orang asing.
Setelah menyadari kalau tempat ini disewa oleh orang tuanya, wajah Giza berubah cemberut. "Maksud aku bukan seperti ini, Pa. Aku ingin ada di situasi normalnya club malam. Aku pengen merasakan pengapnya bergoyang di antara lautan manusia, merasakan setetes alkohol, terus kesenggol orang mabuk."
Rupanya keinginannya tak akan terwujud. Padahal Giza ingin merasakan suasana club malam yang biasa ia lihat di film. Ia lupa memiliki orang tua protektif. Pasti ada saja ide gila yang akan diwujudkan untuk mencegah anaknya merasakan kehidupan yang identik dengan hal negatif itu. Padahal tak selamanya orang ke club untuk melakukan tindakan tak terpuji, bisa saja orang ke sana hanya ingin menikmati musik dan keramaian. Minuman pun bisa diganti dengan cola atau minuman non alkohol lainnya. Orang tuanya terlalu khawatir anak gadis mereka yang berharga mengalami hal-hal tidak menyenangkan di club.
Bima tak memedulikan protes anaknya. Ia memilih bergabung bersama istri, anak kedua, dan beberapa karyawan kepercayaannya yang memang sengaja dia ajak untuk meramaikan club ini.
"Kalau kayak gini akhirnya, selamanya aku akan terus patah hati," sungut Giza lalu menenggak minuman bersoda di kaleng yang dipesan papanya tadi.Di saat hatinya masih belum berdamai dengan keputusan orang tuanya menyewa club ini, ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dari Windy.
Za, kamu tau nggak, Deo baru aja keluar dari rumah sakit. Katanya dipukul orang, tapi dia nggak mau bawa ke jalur hukum. Kasihan banget dia, mukanya babak belur.
Giza kembali meletakkan ponsel di meja tanpa membalas pesan itu. Ia menatap lurus adiknya yang tengah tertawa bersama Bima dan Santika. Pasti ulah Jerash.
Buat yang mau baca duluan bab terakhir dan epilog udah ada di Karyakarsa.
Bisa buka karyakarsa lewat web untuk pilihan metode pembayaran lebih banyak atau bisa buka lewat aplikasi, bayar pakai kakoin.
Cari username: Nonadilau atau ketika Nona Adilau. Di menu "Karya" cari "Kumau Dia".
Thank you, I love you
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumau Dia (Tamat)
RomantizmGiza Safira Prautami, anak perempuan satu-satunya dari salah satu keluarga konglomerat, bermimpi memiliki suami seperti papanya yang merupakan suami idaman kebanyakan wanita; bertanggung jawab, tegas, berwibawa, lemah lembut, penuh kasih sayang, sel...