II

97 24 11
                                    

  ──────────
.
.
.

Ornella ingat saat dimana dia dibuang oleh kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ornella ingat saat dimana dia dibuang oleh kedua orang tuanya. Mereka penyihir. Murni. Salah satu di antara penyihir awal di sejarah yang mungkin saja tercatat— di perkamen tua, prasasti terbengkalai atau bahkan ukiran terlupakan di balik piramida. Saat itu ia baru saja sekolah menengah pertama. Namun, kelakuannya semakin saja aneh. Daripada mengoleksi boneka, Ornella lebih berminat dengan kamera, memotret banyak hal-hal manis yang nyaman dilihat. Hingga suatu hari, salah satu peri rumahnya menemukan salah satu foto pria tanpa busana, dengan kemaluannya yang penuh darah dan seluruh kuku tangannya yang copot. Foto itu lusinan, tidak dengan pria yang sama. Tiap sudut terpotret dengan apik. Keelokan pinggulnya, lubang belakangnya, lehernya yang memerah sehabis tercekik, bahkan sebuah luka bekas tekanan kawat di rongga mulut yang memerah.

Ibu dan Ayahnya tahu, Ornella bulan-bulanan hampir terkutuk sihir kejam. Kakeknya bahkan kecewa luar biasa berat. Untuk itu, dia dibuang ke sebuah sekolah terpencil dengan segala macam makhluk yang di luar nalar. Dia tidak pernah lagi bertemu keluarganya. Mereka hanya mengirim tumpukan uang dengan baju dan barang baru. Tidak ada kabar apa pun. Sekolahnya menyambut ramah, kepala sekolah bahkan dengan langsung memberikan Ornella kelas paling waras. Dalam konteks mereka.

Meski akhirnya dia tahu, kelasnya jauh lebih buruk dari kelas mana pun. Dan dia.. Bertemu banyak teman yang ternyata memiliki satu pandangan yang sama. Hanya yang kuat yang pantas berada di pucuk kekuasaan.

Gregory terancam musnah, sementara mereka belum sepenuhnya mendapat ilmu yang cukup baik dari guru-guru mereka. Untuk itu, siapa pun yang menghalangi jalannya, mati saja.

Hari ini sabtu pagi. Sudah dari semalam Ornella beribadah. Daisy sibuk dengan teman kencan barunya. Ferocious tentu saja lebih memilih berkutat dengan meja belajarnya. Dillian fokus pada hobi nyentriknya ( melompati dahan sembari menyembelih strigoi )dan Sevron jelas terlampau malas untuk bangkit dari tempat tidurnya. Melewati lorong yang tak kunjung selesai, beberapa arwah menyapa, Willis Si Tampan, Sophia Lubang Besar. Mereka salah satu arwah dari zaman Revolusi Inggris  yang belum terbang ke langit. Masing-masing tewas karena propaganda beberapa pihak yang menggilas mereka dengan tank buatan Jerman dan mereka masih dalam wujud aslinya saat tewas.

Wiillis mencoba berbincang dengan Ornella. Semua orang pun tahu, Ornella luar biasa. Bukan hanya parasnya, dia juga luar biasa dalam arti lain. Semua orang senang menyanjungnya.

"Selamat pagi, Nona Berizak!" suaranya cerah, dengan dua lesung pipi menyembul. Ornella tersenyum kecil, menanggapinya angin lalu. Karena Willis memang hanya terasa seperti sapuan angin yang lewat. "Tidak dengan tuan muda Torian? Saya melihatnya di gedung putih," pasti Ferocious yang Willis maksud, mencoba kembali berjalan, dia menambahkan kata lain, yang mungkin arwah itu fikir akan membuatnya berang atau bahkan cemburu. "Dengan wanita. Pirang. Namun, yah tidak secantik dan seindah Anda." ucapannya jujur dari hati, dan Ornella sama sekali tidak tersanjung. Dia cukup puas selama hadir dalam pesta bangsawan penyihir, banyak yang menyanjungnya lebih menjijikkan dari ini.

GregoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang