Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sore itu Ornella berangkat ke istal dengan Louis. Untuk kompetisinya beberapa waktu lagi, tidak banyak waktu tersisa. Masalah Violen sudah terlupakan sedikit demi sedikit, meski ada beberapa hal yang harus diselidiki. Seperti bagaimana caranya gadis itu tahu segala macam rutinitas eksklusif milik Ornella? Atau bagaimana dia tahu paras aslinya yang sejauh ini tertutup rapat jauh dari para murid lain yang hanya tahu bahwa dia adalah keturunan penyihir kuno paling berpengaruh dalam sejarah Inggris.
Vest nya dieratkan dengan kuat di pinggangnya yang ramping, Dillian mengikatnya penuh kekuatan, sembari masih bercumbu dan tangan yang bergerak kesana kemari──tidak cukup sepanjang siang bergerumul di balik selimut hingga harus menyihir pendingin ruangan karena kepanasan. "Jangan terlihat lelah begitu Nyonya Randegas. Harusnya kau berpenampilan seperti biasa.. " Louis meledeknya sembari mengambil tali ikat kudanya yang meringik tak sabar berlatih. Geraian rambut Ornella kini terkepang, rapih oleh Sevron karena tidak ada satu pun dari mereka yang bisa mengepang rambut selain dia dan Daisy.
Ornella baru menyadari beberapa detik silam bahwa pria pirang dengan senyuman manis dan harum apel segar itu meledeknya dengan nama keluarga Dillian. "Orang-orang akan berspekulasi lain bila mendengarnya, Louis." pria itu hanya tertawa, menyelampirkan tas selempangnya di bahu dengan isi sederhana, baju ganti, sebongkah makanan ringan yang hanya roti kukus dan selai cokelat, pun buku hariannya ( sudah teramat kumal sebab terus tertekuk dan pernah dijadikan Sevron sebagai tatakan baginya memotong keju dari Belanda ) meski begitu, semangatnya masih seperti seorang Louis. Yang setia pada temannya, yang akan selalu mendukungnya entah senang, atau susah.
"Minggu depan akan menjadi hari yang cukup menegangkan. Untukku, mungkin pula untukmu, dan kita semua. Ini turnamen yang melibatkan beberapa negara bagian. Bahkan Asia, pun ikut. Kau tahu kan? Mereka terkenal akan kelicikannya dalam menyembunyikan trik-trik kecil pada sihir? Itu akan menjadi hal yang keren di hari yang biasa. Tapi, tidak saat hari kita nanti. Kepala sekolah kemarin menghimbau pada kami, tentu saja kau tidak tahu, karena tertusuk," langkah kecil itu terkesan santai. Melewati Hall yang lenggang, hanya segelintir anak Wiranor tahun terakhir yang mengejar tugas praktek di hari luang.
Deretan penerangan jalan di dalam kastil dinyalakan beberapa, berkobar dengan panas yang sulit diterka. Seperti hal nya hari yang akan datang. Sevron belum mendapatkan penerawangan lagi bulan ini. Biasanya, akan ada ramalan akan hari-hari besar yang akan dia lihat pada malam pertengahan bulan menjelang petang. Memang kehebatannya dalam menerka masa depan dengan kekuatan ajaibnya dari leluhur. Seolah, ada yang menutupi jalannya. Dan itu tidak mungkin. Karena, kekuatan menerawang itu datang dari sesuatu yang sangat kuno pada sedia kala.
"Bukankah aneh? Seolah ada yang menutupinya untuk menerawang? Jelas, tidak mungkin.. " Louis bergumam sendiri sembari mereka yang masih terus berjalan menyusuri lorong yang menghubungkan tiap-tiap gedung, sampai ke istal. Ruth, sang penjaga dan pengurus kuda menyapa mereka setelah memberikan dia ekor kuda masing-masing kiriman dari keluarga Ornella untuk kompetensi nanti. "Pikiran nanti. Jika memang tidak bisa, kita dapat memicunya, bukan? Sekarang, pikirkan kompetensi kita nanti. Ini lebih penting dari apa pun. Harga Gregory dipertaruhkan."