Liburan semester telah usai, artinya Parama High School kembali menjalani aktivitas sekolah di semester genap sekarang.
Suasana kelas cukup ramai saat kedatangan Gavin yang paling terakhir datang ke kelas dengan menenteng laptopnya lalu ia meletakkannya di meja guru.
"Ssstt.. sstt.. guys, gue mau tunjukin hasil editing video dokumenter kemarin." katanya.
"Ngedit pake template ya?" celetuk Bella.
"Kagak ye, liat aja nih." Gavin mulai mencari filenya di laptop, "Nin, tutup dong pintunya." suruhnya setelah file berhasil di temukan.
Hanin memasang wajah cemberut ketika Gavin menyuruhnya dengan enteng.
"Sorry.. et dah." barulah Hanin mau menutup pintu setelah mendengar kata maaf.
"Eh ky, nyalain proyektor nya dong." suruhnya lagi, sekarang pada Ricky karena cowok itu lagi berkumpul dengan Juan dan Tristan di barisan depan.
"Lah remote nya kan di deket lo."
"Bantuin gue lah anjir gue lagi cari HDMI."
"Ky bantuin Ky, kasian tuh bocahnya mau nunjukin skill editing dia." sahut Hugo dari belakang.
"Awas aje lu pada kagum sama hasilnya." ujar Gavin percaya diri.
Kemudian setelah semuanya siap, Gavin memutar video dokumenter selama mereka kemping kemarin, juga Gavin yang memasang wajah bangga karena teman-temannya menikmati tontonan yang ia persiapkan itu.
"Seketika kangen." celetuk Wilona.
"Kangen sih tapi kalau di ulangi lagi gue gak mau deh capek, kalau kangen kumpulnya kita bisa spent time together aja." sahut Milly yang disetujui Juan.
"Bener, Mil."
"Jadi gimana hasil editing gue?" tanya Gavin lagi karena tak ada yang mengomentari apa yang menjadi bahasan sebelumnya.
"Keren." kata Selia singkat, padat dan membuat Gavin tersenyum puas.
¤ ¤ ¤
Siang ini cukup terik tapi kelas 12 IPA 1 harus berada di area track and field yang berada di belakang sekolah, waktu ujian praktik olahraga sebentar lagi akan di adakan maka dari itu mereka mulai berlatih dari sekarang, semua sudah siap dengan setelan olahraga yang dikenakan.
Lari marathon di bawah terik matahari menguras energi cukup banyak, setelah selesai menyelesaikan lari marathon, mereka masih di lapangan yang sama dan beristirahat sejenak sebelum kembali ke kelas melanjutkan pelajaran sampai sore nanti.
"Jadi lo beneran Sel pernah backstreet sama Shion?" tanya Wilona memulai obrolan ketika melihat Shion memberikan minum pada Selia.
"Bener." bukan Selia tapi Shion yang ada di samping Selia menjawab.
"Bisa ya lo berdua suka sukaan gitu sama temen sekelas." kata Wilona dengan raut wajah heran, detik selanjutnya ia teringat dengan Ricky yang kenyataannya masih satu kelas dengannya, lalu ia membulatkan matanya dan menyesali ucapannya barusan dengan memukul pelan mulutnya sendiri.
"Bisa lah." jawab Shion lagi, "Lo sama Ricky juga bisa bisa aja tuh." lanjutnya lagi, kebetulan yang kelewatan kalau gini.
"Ihh apaan sih." sanggah Wilona dengan kesal.
"Kenapa si lo?" tanya Bella yang sedari tadi mendengar percakapan mereka.
"Gara-gara lo tau gak!" kesal Wilona sambil menunjuk pada Bella, setelah itu ia berdiri dan pergi begitu saja takut jika tersulut emosi tiba-tiba, karena sekarang ia menghargai teman-temannya di tengah situasi damai ini.
Damai?
Iya, untuk sebagian orang, tidak dengan Wilona dan juga Jea yang menjadikan lapangan sebagai tempat keramatnya.
Jea duduk di tribun yang ada di samping track and field, sementara yang lainnya duduk di tepi lapangan, sengaja memisahkan diri apalagi raut wajahnya tidak bisa di kondisikan sekarang, sudut bibirnya melengkung ke bawah tanda bahwa ia sedang kesal.
Pandangannya tertuju pada Gavin yang melempar candaan dan tawa untuk Milly dan sesekali cowok itu bersikap manis, kalau seperti terus menerus juga Jea tidak mau, haruskah ia menyatakan perasaannya pada Gavin? Masa bodoh jika ditolak yang terpenting Jea sudah mengatakannya dan Gavin menyadarinya, silahkan jika Milly adalah gadis pilihannya, tapi bisakah tidak menunjukkan sikap romantisnya di depan Jea?
¤ ¤ ¤
Sore ini turun hujan yang menahan mereka untuk segera pulang dan masih bertahan di kelas.
"Lo masih aja belajar, mending sini buruan deh gabung main uno sama kita." ujar Justin pada Tristan.
"Tan, ayok." ajak Juan juga.
Tristan menurut dan ikut duduk membentuk lingkaran di bawah, ke enam cowok itu sudah berkumpul dan memulai permainan, saat itu juga keadaan kelas berisik oleh mereka.
Sementara anak ceweknya memilih menonton film rekomendasi Wilona di laptopnya Gavin.
"Milly lama banget sih." gumam Hanin ketika alur film sudah ada di tengah-tengah.
Katanya Milly cuma pergi ke toilet tapi sudah tiga puluh menit berlalu gadis itu tak kunjung balik ke kelas.
"Hugo juga gak ada." sahut Linzy sambil melihat ke arah kumpulan cowok-cowok yang berisik itu, sebenarnya menganggu fokus mereka pada film yang di tontonnya.
"Ricky, Justin!" panggil Hanin, "Hugo kemana?" tanyanya kemudian setelah keduanya menengok.
"Ke toilet bilangnya." jawab Ricky.
"Kenapa sih Nin, tumben banget nanyain Hugo?" tanya Justin.
"Nanya doang." lalu Hanin kembali fokus pada filmnya.
Di tengah-tengah keseruan 12 IPA 1 tiba-tiba salah satu adik kelas mereka, Galen namanya, yang dikenal sebagai ketua osis itu mengetuk pintu kelas yang memang tebuka sedikit, Galen menampakkan dirinya dengan raut wajah ragu mengatakan hal ini.
"Bang?" panggilnya entah pada siapa yang jelas pada semua anak cowok yang lagi lesehan di atas lantai.
"Nape?" jawab Gavin.
"Ehmm itu, gue khawatir ada anak kelasan ini yang hujanan sambil nangis, mau gue tolongin gak enak." jelasnya.
"Hah? Siapa?" tanya Selia.
"Gue lupa siapa namanya pokoknya anak sini."
Gavin melirik ke arah cewek-cewek, satu-satunya yang gak ada di sana adalah Milly, kemungkinan gadis itu yang di maksud Galen, gak mungkin kalau Hugo nangis.
"Dimana?" tanya Gavin sambil menghampiri Galen di ambang pintu raut wajahnya tak kalah khawatir dengan Galen.
"Di taman belakang sekolah."
Setelah mendengar jawaban Galen, Gavin bergegas pergi tanpa memikirkan apapun, yang ia pikiran hanya Milly, siapa lagi jika bukan Milly yang dimaksud Galen.
Tak hanya Gavin yang lari keluar menuju taman belakang, semua anak kelas memutuskan untuk pergi ke sana demi memastikan siapa orang itu, salah satu anggota kelas ini atau bukan.
¤ ¤ ¤
KAMU SEDANG MEMBACA
IDGAF | 04 LINE
ФанфикStory for kpop fan Satu lingkup circle pertemanan yang terpecah belah. Wajar saja hal itu terjadi karena mereka masing-masing memiliki sifat dan karakter yang berbeda, namun di sini jelas ini sudah melewati batas. Superior Class adalah medan pertem...