PART 21

662 53 13
                                    

Hari-hari terlewati seperti biasa, tak ada yang spesial karena mereka sibuk masing-masing dan lebih memilih fokus pada ujian dan ini hari terakhir ujian setelah perjuangan panjang.

"Haaahh.. Finally." ujar Bella sambil menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Guys, gue balik duluan ya, mau bayar waktu tidur gue." pamit Linzy, dapat dilihat dari matanya yang akhir-akhir ini mirip panda.

"Bareng, Zy." Bella juga menyusulnya, lalu satu persatu keluar meninggalkan kelas.

Tersisa beberapa orang saja termasuk Wilona yang masih merapikan barang-barangnya, "Let's go on a date!" ajak Ricky yang menghampiri tempat duduknya.

Wilona menggelengkan kepalanya sambil menampakkan wajah cemberut, "Aku punya jadwal padat hari ini, sorry."

Ricky mengangguk mengerti, ia sedikit membungkukkan badannya agar sejajar dengan sang gadis, lalu menepuk-nepuk puncak kepalanya dengan lembut, "No problem, masih ada lain waktu, sekarang aku antar pulang aja ya?"

"Jelek banget lo berdua bucin di depan gue!" cibir Justin yang masih ada di kelas.

Wilona menengok ke belakang dan raut wajahnya seketika berubah sinis menatap Justin, "Suruh siapa liatin!"

"Lo berdua di depan gue anjir."

Baru saja Wilona akan membalas ucapan Justin, Ricky menariknya sebelum terjadi adu mulut kedua orang di depannya sekarang, "Udah yuk balik."

"Awas aja lo." tetap saja Wilona mebalasnya sebelum ia pergi.

¤ ¤ ¤

Sementara tak jauh dari pekarangan sekolah, tepatnya di halte bus, Milly masih menunggu kedatangan transportasi umum itu sendirian, sesekali ia melirik jam tangan yang bertengger di tangannya, pukul 14.00 biasanya bus jarang lewat dan Milly siap dengan itu.

Sedari tadi juga Gavin memantaunya dari kejauhan, namun karena tidak tega melihat Milly menunggu apalagi di cuaca panas seperti ini, gadis itu terlihat mengelap keringat di pelipisnya dengan punggung tangannya sendiri.

Pada akhirnya Gavin menampakkan diri dengan motor yang di tunganginya berhenti di dekat halte.

"Lo mau bareng gak?" tawarnya, tentu Milly agak kaget dengan kehadiran Gavin yang tiba-tiba.

Milly menunjuk pada dirinya sendiri memastikan kalau Gavin benar-benar mengajaknya, "Gue?"

"Iya, cepet mau bareng gak?"

Gadis itu tersenyum tipis, pikirnya Gavin akan segera mengakhiri sikap anehnya selama ini, maka dari itu dengan cepat Milly menerima tawaran Gavin untuk pulang bareng.

¤ ¤ ¤

Hugo baru saja sampai rumah dah bahkan masih ada di ambang pintu, ponselnya berdering menandakan panggilan masuk, sembari berjalan dan menempati sofa ia mengambil ponsel dalam saku celananya dan menjawab panggilan itu.

"Dimana monyet?"

Terdengar suara Gavin yang gak nyantai itu.

"Di hutan lah."

"Elu ege."

"Ngapain sih anak monyet nanyain gue?"

"Ke rumah Juan buruan, gue juga baru mau ke sana."

Hugo berdecak kesal, padahal tadi bilang aja sekalian pas di sekolah kalau mau kumpul, "Bentaran lah, lo duluan aja."

"Gue abis nganterin Milly tadi."

"Gak nanya." katanya, detik selanjutnya ia teringat sesuatu, "Eh anjir, terus rencana kita gimana?"

"Makannya ini gue ngajak ke rumah Juan sekalian gue mau ngomongin itu."

"Lah nanti bocah pada tau."

"Kagak bakal"

"Ganti baju dulu gue abis itu berangkat."

"Oke, gue hubungi yang lain biar pada ngumpul sekalian."

"Hmm."

¤ ¤ ¤

Ketujuh laki-laki itu sekarang sudah berkumpul di rumah Juan tepatnya di lantai dua rumahnya yang hanya terisi oleh mereka saja, ruangan di depan kamarnya itu cukup nyaman dan luas jadi mereka leluasa di sini.

Hugo menjadi orang terkahir yang bergabung, ia langsung menempati tempat di sebelah Gavin di sofa, yang kebetulan teman-temannya sedang sibuk masing-masing, ada yang bermain ps, rebahan di bawah sambil memainkan ponsel dan Shion yang malah numpang tidur di sini.

Hugo menyenggol lengan Gavin, samg empu juga tahu kode barusan apa maksudnya.

"Gue gak kuat lah diemin Milly." kata Gavin jujur.

"Gue juga sebenarnya pengen interaksi sama Jea, tapi menurut gue, rencana kita buat cuek itu gak ada perubahan sama sekali dan bahkan gak ada harapan, justru Jea seneng gue gak peduli ke dia." aku Hugo, jujur saja Gavin menaruh simpati pada temannya itu.

Berbeda dengannya, Milly lebih menghargai Gavin yang mau balik berteman dengannya. Hanya berteman, bukan karena ada perasaan lebih, jadi perasaan Gavin juga masih gak karuan setelah boncengan bareng Milly lagi tadi.

"Lo mau mundur, Go?"

"Mungkin."

"Terus lo mau coba terima Milly gitu?" tebak Gavin, ia juga takut kalau Hugo betul-betul akan mencoba hal yang sangat ia tidak inginkan terjadi.

"Gue juga masih waras lah, Vin." katanya, tapi dalam hatinya berkata.

Kalau lo bukan temen gue sih bisa aja gue mundur dari Jea dan mungkin pilih Milly yang udah pasti.

"Go, kita jangan nyerah, cewek-cewek aja yang nyerah buat dapetin apa yang mereka inginkan, biarin mereka yang berbalik."

"Gue setuju, tapi gue gak akan ngejar Jea lagi, cukup mengagumi secara diam." sahut Hugo meskipun ragu dan pikiran yang melayang entah kemana.

"Ngomongin apaan sih?" tanya Juan yang kemudian bergabung dengan mereka.

"Masa depan." jawab Gavin asal.

¤ ¤ ¤

AKU KAGET SEUNGEON SULLYOON SATU FRAME😭😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AKU KAGET SEUNGEON SULLYOON SATU FRAME😭😭😭😭

IDGAF | 04 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang