PART 19

592 54 26
                                    

Hari ini hari libur tapi superior class mengisi waktu libur mereka dengan belajar mempersiapkan ujian juga persiapan masuk ke kampus incarannya masing-masing.

Beberapa hari yang lalu sudah resmi dibuatkan grup chat dan disetujui mereka semua demi memudahkan komunikasi antar kelas, Juan rasa percuma karena mengingat waktu mereka yang sebentar lagi lulus, tapi tetap Juan ikuti keinginan teman-temannya.

Tadinya mau belajar bareng di tempat yang Ricky rekomendasilan tapi karena Milly gak bisa ikut dengan alasan masih harus beristirahat di rumah alhasil mereka mengubah tempat dan berakhirlah di sini, rumah Milly yang tiba-tiba banyak kedatangan tamu tak di undang.

"Kenapa kalian dadakan kesininya? Kebetulan nyokap gue lagi keluar dan gue gak ada asisten rumah tangga, jadi gue gak sempet siapin makanan buat kalian." kata Milly yang hanya bisa membawakan minuman untuk teman-temannya.

"Kalem Mil, kita mau jenguk lo kesini." sahut Juan.

"Udah Mil udah jangan repot-repot." kata Hanin sambil membantunya.

"Tenang Ricky udah pesen makanan, nanti juga ada yang nganter," ujar Justin.

"Kan gini enak kalo ada atm berjalan." sahut Gavin.

Milly kembali ke dapur mengambil beberapa gelas lagi, dan Jea berinisiatif membantunya, "Mil, gue bantu ya." lalu gadis itu menyusul Milly dengan gercep.

"Milly!" panggil Jea dan menahan Milly yang akan kembali ke ruang tamu dengan beberapa gelas bawaannya.

"Lo kemarin di apain sama Hugo?" tanya Jea.

Milly menggaruk tengkuknya pelan, ia hanya bisa menampakkan senyum canggungnya, pikirannya masih mencari jawaban apa yang harus di lontarkan pada Jea.

Artinya Hugo tidak memberitahu apapun pada Jea.

"Bilang sama gue." kata Jea lagi.

"Hah?" hanya itu yang keluar dari mulutnya.

"Kemarin Milly, Hugo ngapain lo sampe kalian hujanan?" jelasnya lagi.

Lagi-lagi Milly menampakkan senyum bodohnya, sebenarnya ia ingin melupakan semuanya termasuk perasaannya pada Hugo, namun Milly terlanjur mengungkapkannya pada cowok itu, kalau tidak Milly tidak akan bisa tidur nyenyak.

Tapi nyatanya kejadian kemarin sepertinya akan berdampak kedepannya, seperti Jea yang penasaran dan hubungannya dengan Hugo kemungkinan menjadi canggung.

Belum lagi pertanyaan-pertanyaan dari Gavin, sejak kemarin pulang bareng saja cowok itu terus bertanya apa yang terjadi padanya dan Hugo.

"Mil? Hugo jahatin lo?" tanya Jea lagi sekaligus  menyadarkan lamunan gadis itu.

"Enggak kok Je, gak ada apa-apa."

"Sumpah ya liat lo hujanan sama Hugo kemarin apalagi lo sampe nangis terus lo bilang gak ada apa-apa itu gak make sense sih."

Milly memejamkan matanya sejenak, ada sedikit penyesalan karena ceroboh.

"Je, gue boleh nanya hal yang agak sensitif gak ke lo?"

Jea mengangguk menyetujuinya.

"Lo.." agak ragu mengatakannya, "Gak bisa bales perasaan Hugo?"

"Gue gak tau, dari awal juga bukan dia cowok yang gue suka."

"Terus?"

Jea menatap Milly sekilas, "Gue sukanya Gavin." akunya lalu membuang pandangannya.

"Serius? Gavin, Je?"

"Ssssttt." peringat Jea sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulut.

"Tapi-"

"Iya gue tau Gavin udah sama lo, tenang aja gue gak akan suka sama cowok lo lagi." ujarnya memotong ucapan Milly.

"Hah? Siapa cowok gue? Gavin sama gue gak pacaran, justru gue sukanya sama Hugo."

Jea terkejut mendengarnya, mereka tidak sadar sudah saling jujur satu sama lain dan menghabiskan waktu cukup lama di dapur dan tanpa mereka sadari juga seseorang mendengar pembicaraan mereka.

Ralat, dua orang mendengarnya, awalnya cuma ngecek keadaan dua gadis itu namun percakapan mereka terdengar semakin menarik, akhirnya kedua orang itu mendengarkan sampai tuntas dan tahu apa yang selama ini di pendam Jea dan Milly masing-masing.

Kedua orang itu Gavin dan Hugo yang tengah dilema dengan keadaan, harus bertahan atau mundur?

¤ ¤ ¤

Ricky menepikan motornya tepat di pinggir trotoar yang belum jauh dari pekarangan sekolah, ia berniat menghampiri salah satu teman satu kelasnya yang terlihat menunggu sendirian, entah menunggu siapa.

"Wil?" Ricky membuka helm fullface menampakkan wajahnya pada Wilona, gadis itu mengerutkan keningnya seketika.

"Ngapain?" tanya Wilona.

"Lo yang ngapain di sini sendirian?"

"Gue nunggu Milly."

"Gak di jemput?"

"Enggak, gue mau coba naik bus makannya bareng Milly."

"Emang Milly gak bareng Gavin?"

Wilona mengangkat bahunya tidak tahu, pasalnya ia hanya mengajak Milly pulang bareng karena kebetulan pas keluar kelas gadis itu berjalan sendirian yang memang biasanya bareng Gavin atau Hanin.

"Yuk." Itu suara Milly yang tiba-tiba bergabung dengan mereka.

"Ky, gue duluan ya." pamit Wilona juga Milly dan kemudian mereka menuju halte.

"Baru aja mau ngajak bareng." gumamnya ketika dua gadis itu pergi.

Sementara Milly dan Wilona sampai di halte sambil menunggu bus datang, keduanya duduk berdampingan, "Eh Mil, kok gak bareng Gavin? Atau karena gue ajak lo bareng jadi Gavin lo tinggal?" tanyanya memulai percakapan.

Milly menggelengkan kepalanya, ia juga tidak tahu kenapa Gavin tiba-tiba cuek padanya, seharian ini tidak mengajak Milly berbicara bahkan ketika Milly yang mengajaknya Gavin hanya membalas dengan singkat dan tak ada antusiasnya sama sekali, berbanding terbalik seperti biasanya.

"Gue juga gak tau, Wil. Biasanya ngajak gue pulang bareng."

"Any problem?"

"Gak ada, atau emang gue gak ngerasa ya? Gavin di ajak ngobrolnya aja susah gimana mau nanya gue salah apa."

"Kenapa kompakan sih sama Hugo, tadi Jea aja sampai heran gitu liat Hugo gak lirik dia sama sekali, yang biasanya jail atau ganggu Jea tapi tadi sama sekali enggak." jelas Wilona jujur.

Diam sejenak, "Ya wajar aja gak sih Mil? Hugo capek kali ditolak Jea terus." lanjut Wilona yang membuat Milly jadi berpikir keras.

"Tapi Jea jadi lega sih Hugo gak gangguin lagi, cuma yq aneh aja tiba-tiba gitu." lanjutnya lagi tapi Milly belum ada respon, tidak tahu jawaban apa yang harus ia lontarkan.

¤ ¤ ¤

Bentar lagi ending yaa🙏🏻😭😭

IDGAF | 04 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang