PART 22

614 47 5
                                    

Pengumuman kelulusan yang dinanti akhirnya tiba, ada kejutan dengan perubahan posisi tiga besar di superior class, yang semula Selia menempati posisi pertama, kini ia tidak dapat mempertahankannya lagi, namun ia ada di posisi kedua.

"Congrats, Linzy." ujar Selia pada si pemegang posisi nomor satu di final chapter ini.

"Sorry." Linzy menyambut uluran tangan itu, sebenarnya ia senang pada akhirnya meraih posisi itu tapi ketika bertatapan langsung dan menatap netra milik Selia ia ikut sedih.

Selia tersenyum kecil, "Jangan merasa bersalah, lo layak dengan segala struggle yang lo lewati selama ini."

"Thanks, Selia."

"Guys, foto dulu lah, terakhiran pake seragam kebanggaan." ajak Juan yang tentu disetujui semuanya.

Mereka keluar menuju lantai dasar sekolah yang tertera logo Parama High School, tempat yang cukup iconic.

Selesai dengan segala rangkaian euphoria kelasan, kini mereka semua berkumpul di kantin dengan Ricky yang akan bertanggung jawab atas semua pembayaran.

"BTW lo kenapa turun ya, Tan?" tanya Justin saat mereka masih menunggu makanan datang.

Semula, Tristan menang ada di posisi kedua namun di hasil akhir ia turun dan menempati urutan ke 5 setelah Juan dan Milly.

"Gue lebih fokus persiapan SNBT." jawab Tristan.

"Lah, lo pasti keterima jalur SNBP kali." sahut Ricky.

"Gue mau lintas minat ke soshum."

"Oh iya lo pada mau lanjut kemana?" tanya Juan.

Semua menyebutkan kampus pilihannya masing-masing yang berbeda dengan begitu antusias, mereka sudah merancang masa depan mungkin terbayang sesuatu yang indah maka dari itu semua begitu excited menceritakan rencananya.

"Eh sumpah kampus pilihan gue gak ada yang sama kayak kalian, kita pisah dong." ujar Jea.

"Iya." Wilona juga menampakkan kesedihannya, padahal hubungan pertemanan mereka baru terjalin dan bahkan belum puas merasakan kebersamaan kelas ini.

"Jangan lupain gue ya guys." timpal Hanin.

Linzy yang ada di sebelah Hanin itu merangkulnya, "Gue sih gak bisa lupain, Nin."

"Nanti kalau udah pada pisah sesekali ngumpul lah." saran Shion.

"Harus!" kata Hugo setuju.

"Gue boleh ngomong sesuatu gak?" tanya Juan pada semuanya.

"Oh iya lo wajib kasih wejangan atau sepatah dua patah kata lah sebagai ketua kelas yang masa jabatannya berakhir." kata Justin dengan nada candaannya tapi ini serius, ia ingin mendengar keluh kesah Juan selama menghadapi mereka.

Juan tertawa kecil sebelumnya, "Enggak kok, gue gak bisa kasih nasihat, gue cuma mau bilang makasih banyak buat kalian yang mencoba membuka diri sampai akhirnya kita bisa temenan kayak gini, walaupun di awal gue hampir gak sanggup dan nyerah ada di kelas ini, tapi Miss Naima terus meyakinkan dan semangatin gue, jadi dengan perubahan suasana kelas setelah kemping itu gue beneran bersyukur banget bisa punya temen kayak kalian, karena kalau bukan teman sekelas siapa lagi? Gue bukan anak organisasi yang bisa temenan sana sini."

"Sama, gue juga bukan anak organisasi, apalagi bagi introvert kayak gue mana bisa dengan mudahnya nyari temen." sahut Selia.

"I feel you, Sel." ujar Wilona.

Gavin menepuk pundah Juan sambil tersenyum bangga, "Lo keren banget Juan."

"Thanks."

Sementara yang lainnya masih di kantin, Gavin mengajak Milly  keluar dari kantin, tak jauh-jauh yang terpenting keduanya tidak sedang dalam kerumunan, karena ada hal yang harus Gavin ungkapan setelah ia berpikir panjang.

IDGAF | 04 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang