chapter 2 : Angkasia

59 6 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Entah kenapa waktu terasa berhenti, udara pun juga terasa tidak ada lagi, ruangan yang tadinya luas malah terasa sempit dan menyesakan. Karaka merasa bingung, dia menatap putranya dengan tatapan yang sulit di artikan. "Genta, jangan bilang kamu nguping pembicaraan kami?!"

Genta terdiam, matanya memerah seperti menahan sesuatu.

"Gen-"

"Apa yang bapak bilang?" Genta tiba-tiba memotong ucapan Karaka dengan nada tinggi, "apa yang bapak sembunyikan dari kami, pak?" nada bicara Genta mendadak melemah dan gemetar. Seperti menahan tangis.

Karaka menarik nafasnya dalam-dalam, "nggak ada yang bapak sembunyikan selama ini, Genta. Bapak udah bilang semuanya."

"Bohong!" Genta berteriak, "beri tahu yang sebenarnya, pak! Kenapa orang tadi kemari dan mengajak bapak pergi?"

"JAWAB PAK!"

"DIEM GEN!"

Karaka membungkam Genta, keduanya sama-sama dalam kondisi yang jauh dari kata baik-baik saja. Genta tak bisa menahannya lagi, pecah sudah kelenjar air matanya, dia menangis lantaran merasa kecewa karena ternyata Karaka menyembunyikan sesuatu darinya dan Joo.

Lagi-lagi Karaka menarik nafasnya dalam-dalam, mempersiapkan dirinya untuk memberitahukan hal yang memang selama ini dia sembunyikan dari Genta dan Joo. "Bapak melakukan ini demi kalian. Bukan maksud bapak buat merahasiakannya, karena cuman dengan cara ini kalian bisa aman. Sekarang, bapak harus melakukan tugas bapak yang lain, banyak nyawa yang harus bapak selamat kan. Bapak harus ke Bandrak, besok pagi."

"Terus? Bapak nggak peduli sama nyawa bapak hah?" Ucap Genta, napas nya tersengal-sengal karena hidung nya tersumbat ingus.

Karaka mendekati Genta dan berkata, "Jangan khawatir, Gen. Bapak pasti baik-baik aja, jaga Joo. Bapak pasti akan kembali."

"Bapak..." Lirih Genta sambil mendekat memeluk Karaka, ada rasa takut kehilangan yang begitu besar di sana.

Karaka mengusap rambut Genta, hatinya merasa terenyuh melihat anak yang bahkan bukan darah dagingnya begitu menyayangi nya. Karaka memantapkan hatinya untuk selalu bisa membuat kedua putra angkatnya itu aman dan bahagia. "Suatu saat kamu akan mengerti, Gen."

Genta mengangguk patuh dan berharap bahwa secepatnya dia akan mengerti apa yang Karaka lakukan.

Tanpa keduanya sadari ternyata Joo juga ikut mendengarkan pembicaraan mereka, dadanya terasa sesak namun, dia hanya bisa diam.

***

Semalam, Genta membantu Karaka untuk berkemas tidak banyak yang Karaka bawa karena dia pergi ke Bandrak bukan untuk berlibur namun menjalankan tugas nya. Genta tidak tahu sebenarnya tugas apa yang Karaka maksud, sehingga itu membuatnya bertanya-tanya.

HIGHEST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang