.
.
.🎶 Camila Cabello - Shameless
.
.
.Hari berganti sore, Rini tergeletak di kasur tempat pemeriksaan. Di luar lab terlihat Rakha, Nathan dan Gibran yang berdiri merasa khawatir karena sudah 6 jam Rini tidak sadar dari pingsannya.
"Ini semua karena kau" tuduh Gibran yang langsung mengarahkan tatapan tajam nya kearah Nathan.
Nathan diam, matanya terus fokus pada sosok Rini yang terbaring lemah dengan banyak alat di kepalanya.
'Memang benar aku lah penyebab Rini menjadi seperti ini'.
Batin Nathan runyam."Sudahlah... tidak ada waktu untuk saling menyalahkan, sekarang kita lebih baik fokus dengan keadaan Rini sekarang" tengah Rakha agar kondisi tetap stabil dan tidak ada yang saling menyalahkan.
"Cih".
Gibran memutar bola mata malas.***
Arthur sibuk mencocokan sampel bunga sembilan yang sempat Gibran ambil dengan virus mutan, alat-alat yang terpasang di kepala Rini mendeteksi apakah sekarang kondisinya sekarat apa tidak. Untung saja, Rini masih terlihat kuat untuk menghadapi virus yang sedang menyebar ditubuhnya.
"Oke! satu tahapan lagi". Arthur meneteskan satu cairan hijau kedalam percobaannya lalu 'boom!'.
Cairan mengeluarkan asap biru, menandakan percobaannya selesai. Arthur segera menyuntikan cairan ke lengan Rini. Tidak ada reaksi yang ditimbulkan, Rini masih terdiam tanpa ada pergerakan sama sekali.
Arthur mulai menyerah, ia menekan dahinya kuat lalu keluar dari lab untuk memberitahukannya pada yang lain.
"Gimana kondisi Rini sekarang?"
tanya Gibran.Arthur menampilkan wajah lesu hanya bisa menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Apa maksudmu dengan menggelengkan kepala huh! tolong... jelaskan dengan benar, Rini sudah membaik kan?"
suara Gibran terdengar cemas."Aku yakin penawarnya berhasil, tetapi penawar itu tidak menimbulkan reaksi apapun ditubuh nya"
jelas Arthur."Kau ilmuwan yang profesional, kau pasti sudah lebih tau efek penawar nya untuk tubuh?"
potong Nathan."Aku sudah mengeceknya dan penawar harusnya bekerja saat disuntikan. Efek dari penawar ini hanyalah mengalami sakit kepala, itupun hanya bertahan selama 2 atau 3 hari. Dan aku masih belum tau kenapa penawarnya tidak bekerja cepat ditubuh Rini" geleng Arthur kembali, helaan napas berat turut terdengar.
"Huh!",
Nathan mendengus lalu menatap lantai.
"benar perkataanmu, ini semua karena ku. Seharusnya aku tidak tenggelam waktu itu, mungkin Rini tidak akan seperti ini".
Gumam Nathan merasa bersalah.Gibran menatap kearah Nathan dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Nathan mencoba menenangkan diri.
"AKH!!". Disaat itu tiba-tiba saja terdengar teriakan dari dalam lab, Arthur dan Gibran segera berlari memasuki lab lebih dulu.
Gibran dan Arthur masuk, melihat Rini yang mengalami kejang-kejang.
"Rini~ hey tenang... semua akan baik-baik saja oke! dengarkan aku". Gibran mengelus pipi Rini mencoba menenangkan.
Nathan dan Rakha masuk kedalam lab, hingga tiba-tiba saja Nathan menepis tangan Gibran yang sedang berada di pipi Rini.
"Apa yang--- " Gibran hendak memaki tetapi ia diam karena Nathan memeluk tubuh Rini.
"Sudah tenang, aku disini~ kau dengar aku~ aku akan menjagamu~ jadi kau tidak perlu takut kami ada disini bersamamu".
Nathan mengelus rambut Rini, walau Rini masih mengerang kesakitan.Gibran mengepalkan tangannya, merasa kesal. Namun, Arthur menepuk bahunya agar tetap tenang. Karena jika dilihat-lihat kondisi Rini terlihat sedikit membaik.
"Bagus~" Nathan membaringkan tubuh Rini, membiarkannya terlelap.
"Kerja bagus Nathan, sekarang kalian keluarlah. Aku akan mengecek kembali kondisi Rini".
Suruh Arthur.***
-19 : 25 P.M-
Nathan dan Gibran saling menunggu, sedangkan Rakha sibuk membantu apa yang Arthur butuhkan.
Arthur keluar, berjalan mendekati mereka berdua.
"Dengar! aku sudah mengecek kondisi Rini, dan ternyata bunga sembilan tidak berkerja ditubuhnya, jika terus disuntikan... dia bisa saja koma, jadi aku butuh kalian untuk mencari bunga star night "
terang Arthur."Dimana kami bisa mendapatkan bunga itu"
tanya Nathan."Bunga itu berada di sebelah menara jam, kalian harus mendapatkannya secepat mungkin. Karena Rini hanya bisa bertahan selama 2 hari"
"Kami akan pergi sekarang, ku titip Rini bersamamu" Nathan menepuk bahu Arthur, bersiap untuk mencari bunga star night.
"Huh... semoga mereka berhasil" Arthur mulai menatap kepergian mereka.
"Jangan remehkan mereka, apalagi ini semua untuk Rini". Rakha menoleh kearah Rini yang dipasangkan oksigen karena setelah kejang-kejang tadi, dia sesak napas.
Arthur mengangguk, berjalan kembali kedalam lab. Rakha menatap kearah goa sejenak.
"Kalau waktu itu aku terus berjalan memasuki goa, mungkin aku sudah bertemu Rini lebih awal". Pikir Rakha karena saat itu dirinya dan Nathan tidak tau bahwa ada Rini disini.
.
.
."Arthur apakah itu mutan yang berada di otak Rini?" tanya Rakha sembari menunjuk kearah komputer.
"Iya, mereka bergerak menggerogoti sel-sel otak nya" Arthur mengganti alat yang terpasang di kepala Rini dengan kabel-kabel panjang.
"Sekarang apa yang akan kau lakukan?"
tanya Rakha kembali."Aku akan mengecek seluruh tubuhnya, apakah ada yang terkontaminasi atau tidak?"
"Aku gak nyangka, Rini bisa seperti ini. Jika diingat-ingat pengorbanannya melawan zombie didalam laut cukup besar, dia rela melawan Thalassophobia nya demi menyelamatkan Kapten Nathan"
"... Kalau aku dengar, katanya Nathan tenggelam?" tanya Arthur, dilihat dari ekspresi wajahnya ia terlihat ingin tau.
"Ya waktu itu, Kapten Nathan dicakar oleh zombie bahkan sampai ditarik masuk kedalam laut. Hingga Kapten Nathan sendiri sudah menelan terlalu banyak air, itulah mengapa ia pingsan" Rakha menceritakan semuanya lebih detail pada Arthur.
"Jadi Nathan juga mengalami cakaran dari zombie yang sama?"
Arthur tampak berpikir keras."Sepertinya tidak, tetapi aku yakin zombie yang mencakar mereka adalah satu, dengan kata lain zat yang sama",
duga Rakha.Arthur diam sejenak, sepertinya ia menyadari ada sesuatu yang aneh.
"kenapa? apa ada yang salah?"
satu alis Rakha terangkat."Tidak. Sekarang tolong bantu aku memasangkan alat ini ke kepala Rini"
"Baik". Rakha menerimanya lalu membantu Arthur memasangkan alat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA ZOMBIE ✔
Horror1. (Seri pertama : Kota Zombie) ✔ 2. (Seri kedua : Kota Zombie) ✔ 3. (Kota Zombie House & B.T.S) 4. (Seri ketiga : Flu) . . . Bertahan hidup ditengah hancurnya kota, dengan dua anak balita bersamaku. Membuat perasaanku menjadi campur aduk, apalagi d...