The Old Rini

482 46 0
                                    

.
.
.

🎶 Chase Atlantic - HEAVEN AND BACK (Lyrics)

.
.
.

Aku tidak mengikuti ajakan mereka berdua, yang ku pilih ialah menemani Arthur bekerja mengecek buku usang itu.

"Jadi aku membutuhkan... satu bunga lavender... dua fabrics... satu daun semanggi dan--- " Arthur membaca dengan rinci satu persatu. Membuat ku pusing.

"--ck bahannya kurang dua"
decak nya.

"Emang apa yang dituliskan disitu?"
tanyaku.

"Disini tertulis, beberapa serpihan emas, dan juga bunga ekor merak"
bacanya untuk ku.

"Emas dan bunga ekor merak? dimana kita bisa mendapatkan barang-barang itu?"

"Mmm... kalau soal emas, sepertinya aku tau. Tetapi kalau bunga ekor merak aku kurang yakin apakah disini masih ada atau tidak?"
pikir Arthur kurang yakin.

"Langsung ke intinya saja, kita harus mencari bahan-bahan itu kan?"
tebak ku.

"Iya". Arthur mengangguk, sepertinya Arthur tau niat terselubung ku sekarang.

.
.
.

"Ajak aku ya, kumohon~"
mohon ku yang sekarang mengekori Arthur.

"Tidak Rin! bahaya" tolak Arthur karena kondisi Rini yang baru saja pulih.

"Lah... ayolah! jangan buat aku seperti ini ya!! aku sehat kok lihat" aku iseng mengangkat kursi kayu yang tergeletak sembarangan di sana.

"Rini, kau sekarang memang merasa baik-baik saja. Tetapi dengar aku, ba-ha-ya!"
tegasnya.

Aku membuang muka malas, Rakha dan Gibran yang melihat itu hanya bisa menatap bingung.

"Rini~" panggil Arthur agar aku tidak murung lagi.

"Minggir". Aku langsung menabrak lengan Arthur merasa marah, aku merasa menjadi beban sekarang ini.

.
.
.

Aku berjalan ke kebun bunga, di sini aku duduk menatap kosong kearah rerumputan.

"Jadi ada yang ngambek" Nathan datang lalu duduk disamping ku.

Aku diam tidak menggubrisnya yang ikut duduk.

"Arthur benar, kau masih belum terlalu pulih... kau harus banyak-banyak istirahat" bujuknya menatap wajah ku yang masih murung.

"Aku gak peduli."
datar ku.

"Kau marah denganku?" tanya Nathan memberikan tatapan penuh tanya.

"... Ga tau" aku tertunduk. Hatiku memang berkata marah, tetapi sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.

"Aku minta maaf ya~ mungkin aku memang egois. Aku tidak ingin kehilangan orang terdekatku lagi" katanya, aku tau maksud dari 'tidak ingin kehilangan orang terdekat' adalah tentang Nanda yang masih menjadi misteri.

"Cukup. Aku tidak ingin mendengar apapun.". Aku beranjak berdiri, meninggalkannya. Yang ku inginkan sebenarnya adalah membuat Nathan dan Gibran berteman, sulit rasanya berada ditengah orang yang masih memiliki rasa dendam satu sama lain.

Nathan mendengus pelan, lalu ikut menyusul Rini.

.
.
.

Aku berjalan sampai diruang utama, ketika netra ku melihat Arthur dan Gibran yang sedang bersiap pergi.

"Kau mau meninggalkanku?" tukas ku dengan raut wajah yang mulai kesal.

"Rini~ aku dan Gibran hanya pergi sebentar saja. Kau akan aman disini bersama Rakha dan Nathan" bujuk Arthur dengan menggendong tas ranselnya.

KOTA ZOMBIE ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang