•prolog•

1.7K 90 6
                                    

Arsya Or Arasya 2

••••✧

Assalamualaikum, shalom, akhirnya setelah sekian lama saya kembali menulis, dan semoga saja sequel kali ini sesuai dengan harapan kalian para kesayangan Buna.

Part ini Buna membuat kilas balik dari kejadian beberapa tahun lalu sebelum masuk ke alur perubahan di kejadian setelahnya.

Selamat membaca, dan semoga kalian suka.

Buat yang penasaran sama kisah sebelumnya kalian bisa chek di beranda Buna, dengan judul Arsya or Arasya season 1.

✧••••✧
Happy• Reading

Beberapa tahun sebelumnya....

Di sebuah ruangan dengan ventilasi udara yang cukup, ruangan ber-cat putih dengan fasilitas berisi satu brankar tempat tidur. Seorang laki-laki remaja berusia 19 tahun tengah melamun dengan membawa sesuatu di gengamnya, matanya menatap kosong halaman luas yang berisi orang-orang berpakaian serba warna putih dengan dijaga seorang perawat di sekitarnya karna tingkah laku mereka yang rata-rata memiliki masalah kesehatan mental sepertinya.

Laki-laki remaja itu pun tak mengindahkan suara berisik yang berasal dari luar kamarnya, pikirannya benar-benar kosong dan hanya menatap kosong serta hampa di depannya.

"Dok, bagaimana keadaan putra saya?" Ucap seorang wanita paruh baya yang sampai saat ini mengharapkan kondisi baik putranya.

Menghela nafas sejenak dan menatap dalam laki-laki remaja dari luar kemudian kembali menatap sang ibu yang merupakan ibu dari pasien yang dirawatnya.

"Sampai detik ini pasien masih dalam halusinasi Nyonya, Saya sering kali melihat pasien mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan semua benda yang ada disana, terkadang perawat saya dibuat terkejut lantaran pasien menemukan benda lain untuk membuatnya tiada namun selalu berhasil digagalkan oleh pihak kami." Jelasnya dengan berat hati.

Matanya berkaca-kaca, tatapan sendu dan perasaan sakit menjadi satu. Tangannya terulur mengenggam tangan sang Dokter, "Dokter, saya mohon sembuhkan dia Dok, apapun akan saya lakukan untuk mengembalikan kondisi mental putra saya." Pintanya dengan gemetar.

Dokter itu pun mengangguk, "Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu pasien kembali normal dan mengembalikan kondisi mentalnya seperti sedia kala, namun itu tergantung dari bagaimana sang pasien bisa mengikhlaskan segala sesuatu yang menghambat perkembangan dan penyembuhan kondisinya." Paparnya dengan tatapan hangat.

"Kalau begitu saya permisi Nyonya." Pamitnya kemudian pergi meninggalkan wanita paruh baya itu seorang diri.

"Gavin.." Lirihnya hampir tak terdengar.

Ia mendekat kearah pintu yang menunjukan putranya tengah dalam keadaan terdiam di tempat duduknya, hatinya terenyuh sakit, air matanya bahkan menetes mengenai pipi yang tak lagi berisi. Bagaimana tidak? Fikirannya selalu tertuju oleh keadaan putra-putranya yang sangat terpukul karna kejadian yang membuat keadaan mereka menjadi seperti ini.

Rasa menyesal, rasa marah, kecewa dengan dirinya sendiri menjadi gambaran paling menyedihkan selamanya. Kehilangan sosok berharga yang selalu mereka sia-siakan menjadi pukulan telak seumur hidup.

"Bunda akan berusaha membuat senyum kamu kembali sayang, maafkan Bunda nak, Bunda harus melihat kamu ditempat yang tidak seharusnya kamu tinggali." Lirihnya dengan tatapan sendu.

ARSYA OR ARASYA 2 ( ON- GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang