0-4

902 73 24
                                    

-Hidup terus berjalan, jangan mudah menyerah dan lakukan yang terbaik untuk kehidupan yang lebih baik-

✧••••✧

Aaarrghhhh

Gadis cantik yang masih menjelajahi mimpi itu berteriak histeris, kedua tangannya menutupi kedua telinga, dengan wajah yang panik sekaligus takut. Ia benci kesendirian, ia membenci tempat sunyi walau terlihat indah dimatanya. Ia ingin pulang, sangat.

"Kembalilah, Arsya. Ikuti jalan itu, segera." Secara tiba-tiba ia mendengar suara yang familiar, tanpa sadar ia mengikuti intruksinya dengan wajah penuh ketakutan ia langsung berlari menuju dimensi dimana ia bisa kembali.

"DOKTERR!!!! DOKTER!!! TOLONG PUTRI SAYA DOKTER!" Ayah Fero memanggil sang Dokter dengan histeris.

Ia begitu takut saat melihat putrinya yang terbaring koma tiba-tiba kejang, hatinya mencelos sekaligus takut terjadi apa-apa dengan putri tersayangnya.

Semua orang dibuat panik, baik Orangtua dari Arsya maupun orangtua dari Arasya, semuanya dibuat panik. Bukan hanya mereka saja tapi kakak-kakak Arsya-Arasya, teman-teman Arsya dan kekasihnya. Semuanya sedang berkunjung, namun siapa sangka jika mereka dikejutkan dengan reaksi tubuh Arsya yang dinyatakan koma hampir 2 tahun ini tiba-tiba mengalami kejang-kejang.

"Sayang, bangun sayang. Sadar honey." Pinta Calzeus dengan wajah yang gelisah dan panik.

"Arsya bangun Arsya,,, jangan tinggalin kita!!!" Pekik sahabat Arsya histeris.

"Sayang bangun sayang, jangan tinggalin Bunda dan Ayah, Nak.." tangis pilu sang Bunda saat melihat kondisi putrinya kejang hebat.

"DOKTERR, BURUAN DOKTER! BANGSAT!! LAMA BANGETT!" Bentak River kepalang emosi karna sang Dokter yang diminta belum juga tiba.

Tak berapa lama kemudian Dokter dan suster pun tiba dengan tergesa-gesa, mereka begitu panik saat mengetahui jika alarm yang ada di kamar pasien berbunyi nyaring, dan bentakan dari tuan muda River pun begitu keras hingga terdengar di lorong koridor karna situasinya cukup ramai dan mencekam.

"Permisi, saya ambil alih. Suster tolong siapkan alatnya." Ucap Dokter yang langsung melakukan tugasnya untuk mengecek kondisi pasien.

Dokter tersebut memeriksa denyut nadi pasien, dibantu beberapa suster untuk memegangi kedua sisi tubuh pasien. Setelah semua perlengkapan siap, sang Dokter pun menyuntikkan obat penenang kedalam tangan pasien yang terdapat selang infus.

Tak berapa sang pasien pun berangsur tenang membuat beberapa orang disana seketika menghela nafas lega, namun tak dipungkiri wajah mereka masih terlihat gelisah dan takut jika sang pasien belum benar-benar sadar.

"Dokter, bagaimana kondisi Arsya. Apa dia baik-baik saja?" Suara bariton milik Ayah Venus memenuhi ruangan.

"Sang pasien baru saja mengalami masa kritis, bisa jadi pasien mengalami kejadian di alam bawah sadar sehingga reaksi tubuhnya ikut bereaksi. Namun kalian tenang saja kini pasien sudah tenang karna sudah saya suntikkan obat penenang dengan dosis rendah."

"Untuk kesadaran pasien, mungkin sebentar lagi. Kalian tenang saja, pasien sudah melewati masa koma dan kritis. Tinggal menunggu pasien untuk terbangun dari tidur panjangnya." Jelas Dokter yang membuat mata mereka berkaca-kaca. Ini adalah penantian panjang yang mereka nantikan. Kesadaran putri/teman/adik/kekasih mereka.

Sang Dokter pun ikut terharu dan lega, nyaris saja ia kehilangan pekerjaannya akibat teledorannya. Ini karna ia baru saja selesai operasi kanker rahim di meja operasi. Mendapatkan sinyal bahaya tentu saja ia tidak ingin bersantai-santai, langsung saja menuju lokasi dimana mereka semua sudah meneriaki gelarnya sebagai Dokter.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSYA OR ARASYA 2 ( ON- GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang