0-3

700 50 2
                                    

✧••••✧

Gavin beserta keluarga pulang ingin menuju ke kediaman mereka, tak henti-hentinya Gavin tersenyum walau ia masih belum bisa mengekspresikan dirinya setelah 2 tahun lamanya berada di rumah sakit jiwa. Bunda Firly menggengam tangan kedua putranya dengan senyum hangat, sepanjang perjalanan penuh rasa syukur yang tak bisa ia lupakan begitu saja. Perjuangan nya untuk mencapai di titik sekarang sungguh membuatnya ingin terus mengucap rasa syukur sebanyak mungkin.

"Ayo sayang, kita turun." Sambutnya dengan senyum merekah.

Gavin dan Revan ikut tersenyum melihat senyum  Bundanya yang begitu menenangkan. Mereka berdua pun akhirnya turun dari mobil dan berdiri bersampingan di samping Ayah Bundanya.

Gavin menatap sekelilingnya dengan tatapan yang rumit, perasaannya masih begitu familiar namun ada satu rasa yang entah mengapa membuatnya ragu untuk masuk kedalam.

"Ayo bang." Ajak Revan menoleh ke arah Gavin dengan tatapan bingung.

"Tunggu dulu." Sesaat ia menghirup udara sejenak dan menghembuskan nya perlahan. Matanya kembali menatap lingkungan sekelilingnya dengan perasaan rumit.

"Ar- Arsya kemana?" Tanya Gavin ragu.

"Arsya ada di rumah sakit." Jawab Bunda Firly dengan tatapan sendu.

"Rumah sakit?" Tanya Gavin terkejut.

Bunda Firly mengangguk lemah, "Arsya selama 2 tahun ini masih belum bangun dari tidurnya."

Gavin mematung tak percaya, ia menoleh kearah Bunda nya dan Revan bergantian kemudian menoleh kearah Ayahnya yang juga menatapnya.

"Tenanglah, besok kita akan kesana, sekarang istirahatlah lebih dulu." Sahut sang Ayah mendahului. Ia harus memikirkan kondisi mental putranya, walau ia sendiri juga memikirkan kondisi putrinya yang terbaring lemah di rumah sakit.

Ia tau Gavin pasti memikirkan kondisi adiknya, karna bagaimanapun juga semua hal yang terjadi selama ini karna ulah mereka. Dan itulah yang di fikirkan oleh Ayah Fero terhadap reaksi putranya.

Mau tak mau Gavin pun mengikuti arahan sang Ayah, walau pikirannya mulai bercabang kemana-mana namun ia tidak mau membuat siapapun khawatir, sudah cukup rasa bersalah nya selama ini dan sekarang saatnya Gavin akan membuktikan perubahannya dan akan mempertanggung jawabkan kesalahannya di masa lalu ke masa sekarang hingga nanti.

Akhirnya mereka pun memasuki kediaman dan beristirahat di Mansion, sesekali mereka berkumpul untuk sekedar makan bersama dan sedikit berbincang.

"Selama 2 tahun ini kalian hidup dengan baik kan?" Tanya Gavin saat ia hampir selesai makan. 
Ia penasaran dengan kehidupan keluarganya semenjak ia tak bersama mereka, namun dirinya pun mulai berasumsi mana ada keluarganya baik-baik saja disaat ia sedang menjalani perawatan atau lebih tepatnya mengalami gangguan mental dan psikis.

"Kami tidak baik-baik saja, apalagi kamu dan Revan sama-sama hancur. Bunda dan Ayah selalu berusaha yang terbaik untuk mengembalikan keadaan tapi semua hanya butuh waktu dan keikhlasan. Bunda percaya suatu saat nanti kita pasti bisa berkumpul seperti sekarang ini, yah walaupun Abang kalian masih di negeri orang." Jelas Bunda seraya menatap kedua putranya bergantian.

"Sekarang kalian harus ikhlas, Bunda pesan dikehidupan yang sekarang Bunda mohon dengan sangat perlakukan Arsya seperti adik kalian sendiri, berperan sebagaimana kakak melindungi adiknya. Dan nikmati kebersamaan kalian yang selama ini terbuang sia-sia." Tutur Bunda dengan tulus.

ARSYA OR ARASYA 2 ( ON- GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang