Pernikahan Abang

666 17 0
                                    

Sayup-sayup gadis itu terbangun dari tidurnya. Mimpi indahnya bertemu dengan sang idola membuatnya enggan beranjak dari tidur manisnya. Namun, gadis cantik itu teringat bahwa hari ini adalah hari paling bahagia bagi seseorang yang paling ia cintai.

Ehm, lebih tepatnya cinta ketiga setelah Abi dan Umi. "Acaaaa!!!! Abang mau nikah!" seru gadis itu membangunkan seorang gadis cilik yang berada di sebelahnya.

Bukannya beranjak dari tidurnya, gadis kecil itu malah menangis karena terkejut dengan seruan kakaknya. Acania Cantika Athallah, gadis itu kian mengeraskan tangisannya kala sang kakak mencubit gemas pipinya.

"Audrey, kok gitu sih caranya?" sahut laki-laki yang hari ini akan resmi menjadi seorang suami. "Aca... sini dek," pinta laki-laki itu sembari membuka kedua tangannya.

Grap!

Gadis kecil itu langsung memeluk abangnya dan membiarkan tangan mungilnya melingkar di leher sang kakak. "Aca ngga mau abang nikah, nanti Aca ngga bisa minta gendong abang," keluh gadis itu yang membuat sang kakak tertawa gemas.

Fathian Anselino Athallah, laki-laki itu mengusap punggung adik bungsunya sembari tersenyum, "siapa bilang Aca ngga bisa minta gendong ke abang? Bisa kok, malah Aca bakalan dapet kakak satu lagi,"

Aca tetap menggelengkan kepalanya dengan lucu. Gadis berusia lima tahun itu masih tak rela jika abangnya akan menikah hari ini. Menurut kabar yang ia dapat dari Kak Revan, Bang Ansel akan pindah rumah setelah menikah nanti, itulah yang membuat Aca enggan mengizinkan abangnya menikah.

Berkenalan dengan Revan, nama lengkapnya adalah Revan Fahreza. Laki-laki seusia bang Ansel namun kelakuan seperti Aca. Revan kerap kali menggoda Aca hingga membuat gadis itu menangis tak karuan, sama halnya dengan yang dilakukan oleh Audrey, adik tengah Ansel yang barusan sudah membuat Aca menangis.

Namun Aca bukan sembarang bocah, kalau kata Shiva "jangan panggil aku anak kecil," nah itulah Aca. Walaupun menangis, gadis itu akan selalu menang melawan Audrey dan Revan. Walaupun dengan bantuan Bang Ansel dan Kak Arfan.

Sebenarnya perkara yang mereka perdebatkan bukan hal yang besar. Hanya sebatas rebutan permen loli yang berakhir dengan Arfan yang selalu membelikan satu pack permen loli.

Oh ya belum kenal Arfan ya? Arfan ini kembaran Revan. Wajah mereka sama persis, sampai-sampai Arfan sering menyebut Revan sebagai duplikat dirinya. Tapi jangan ditanya perihal sifat, keduanya memiliki perbedaan yang sangat besar.

"Lo nih udah semester 4, ngalah kek sama anak umur lima tahun," decak kesal Arfan saat Revan kembali merebut permen loli Aca. Disusul oleh Audrey yang tak pernah mau kalah.

.
.

"Gimana dek? Abang ganteng ngga?" tanya Ansel sembari melihat dirinya dari pantulan cermin. Laki-laki itu sudah siap dengan balutan baju pengantin dan peci warna senada yang membuat dirinya semakin menawan.

Ansel tak mendapat jawaban dari Audrey, laki-laki itu pun membalikkan badan dan seketika tersenyum saat melihat adiknya itu menunduk. "Kenapa?" tanyanya sembari menakup kedua pipi adiknya.

Audrey menggeleng, "takut yang diomongin Aca bener. Apa setelah nikah nanti abang bakalan jarang ngeluangin waktu untuk Audrey?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Ansel memeluk adiknya itu dengan hangat. Sedari dulu, Audrey sangat bergantung pada Ansel. Mulai dari perihal pelajaran, organisasi, sampai tentang pengambilan keputusan-keputusan penting dalam hidup Audrey.

"Engga akan dek. Inget, kakak ipar kamu itu Kak Yora, kamu kan udah deket banget sama Kak Yora," kata Ansel yang membuat hati Audrey sedikit menghangat.

Rangkulan Semesta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang