Prolog

458 28 3
                                    

Seorang gadis berambut putih mengenakan piyama berlari di sepanjang jalanan bersalju, napasnya tercekat dan wajahnya pucat seperti sedang di kejar sesuatu yang menakutkan.

Ia berlari tanpa alas kaki membuat kakinya memerah.

'Ahh tidak aku harus lari sekencang mungkin, sebelum mereka menemukanku!' seru batinnya.

Dia berbelok ke segala arah, langit malam membuat suasana semakin mencekam. Terlihat segerombolan orang berlari mengejarnya dari belakang, dia memasuki sebuah gedung kosong dan berlari menaiki tangga tangga.

"Kyaa!" Kakinya tersandung dan ia hampir kehilangan keseimbangan, badannya menjadi oleng dan menabrak tong sampah didepannya.

Orang orang yang mengejarnya semakin mengencangkan langkahnya.

"Ahh tidak!" lututnya bergetar, sulit baginya untuk berdiri.

Suara langkah kaki menghentikan langkah didepannya. Dia mendongak hanya untuk melihat seorang pria tersenyum ke arahnya di ikuti pria lain di belakangnya.

"Kau tidak bisa berlari sekarang." Ucapnya sambil tertawa riang seperti harimau yang berhasil memojokan lawannya.

Gadis itu mengepalkan tangannya, badannya masih terduduk. Raut wajahnya terlihat menahan emosi.

"Kenapa, kenapa kau melakukan ini?" Nada bicaranya bergetar.

Pria itu meletakkan jarinya di dagu.

"Kau bilang kenapa? Harusnya kau sadar diri, dong! Aku sudah membesarkan mu dengan susah payah tapi kau malah ingin melarikan diri." Pria itu melotot kepadanya.

"Membesarkan ku? Aku tidak pernah memintamu untuk membesarkanku!" Ucap gadis itu.

Pria itu menampar pipi gadis di depannya.

"Dasar tak tau di untung! Kau itu hanya anak yatim piatu yang miskin, setidaknya kau harus tau tempat dan patuh pada orang yang sudah menunjang hidupmu yang tidak berharga itu, sialan!" Bentak pria itu.

"Haha kalau tau hidupku tidak berharga, lalu kenapa KAU MEMBAWAKU?!" Ucap gadis itu berteriak.

Pria itu mencengkram leher gadis didepannya dengan mudah seperti sebuah kertas.

"Sekarang aku berubah pikiran, akan lebih bagus mendapatkan harta sekaligus asuransi hidupmu." Pria itu menyeringai.

Gadis itu meronta-ronta.

Pria itu semakin kencang mencengkram lehernya dan membawanya ke sisi lantai yang terbuka, dia mengangkat tubuhnya dan tertawa riang.

"Kasihan sekali adikku harus menukarkan nyawanya dengan dirimu yang tidak berguna ini." Ucapnya.

Gadis itu sudah pasrah dengan keadaan yang terjadi, lagipula dia sudah menduga hal ini pasti akan terjadi.

"Selamat tinggal keponakanku tercinta...!"

Pria itu melepaskan cengkraman di lehernya membuat gadis itu jatuh dari atas lantai gedung paling tinggi.

"Ternyata ini akhir hidupku." Ucapnya melihat bayangan pamanya yang tersenyum melihat dirinya jatuh.

"Ahh betapa menyedihkannya diriku."

Cahaya menyelimuti tubuhnya dan kesadarannya, membuat ia sedikit merasa hangat.

"Hangatnya..."

Ucapnya untuk terakhir kalinya sebelum tubuhnya lenyap di telan cahaya.

Kesadaran gadis itu samar samar kembali setelah beberapa saat, dia membuaka matanya dan melihat sekeliling nya yang asing.

[✓] 𝑷𝑰𝑬𝑪𝑬 𝑶𝑭 𝑫𝑬𝑺𝑻𝑰𝑵𝒀 (OC Kiana x BnHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang