June 2005
The day we met"Kiri sedikit yaa terus, oke berhenti".
Siang itu diteriknya sinar matahari musim panas, seorang pekerja berkumpul di satu rumah kosong samping rumahnya. Dengan banyak mobil besar sepertinya mengangkut beberapa perabotan.
Haechan mengalihkan atensinya pada para pekerja itu, meninggalkan alat masakan nya yang berisi daun dan beberapa tanah itu.
"Oh apa ada yang akan menempati rumah itu". Haechan kecil berjinjit untuk mengintip tembok pembatas rumahnya.
Seorang anak kecil bermata cerah menghampiri dirinya. Anak itu sedikit lebih pendek dari haechan, dengan kesusahan ia berjinjit untuk bertatap muka dengannya. Tembok pembatas rumah mereka yang agak tinggi menghalangi.
"Hallo siapa namamu?". Ucap haechan kecil bertanya.
Anak itu hanya diam sambil melirik haechan dengan malu.
" Kenapa tidak menjawab? Kamu sakit gigi ya?". Tanya nya lagi
Anak kecil itu mulai mengangkat wajahnya dengan ragu kemudian menatap haechan sambil menggelengkan kepala.
"Aku Jeno". Matanya menatap haechan dengan malu, bajunya ia pelintir tanda gugup, salah satu kebiasaannya.
" Oh jeno! , aku haechan hehe". Dengan nada ceria khas anak kecil bibir nya tersenyum lebar.
"Kata daddy haechan itu artinya matahari penuh, daddy bilang aku akan bersinar terang seperti matahari hehe senang bertemu dengan mu Jeno, apa kamu suka sinchan?".
Jeno menatap anak kecil ini dengan binar dimatanya, sungguh kesan pertama yang menarik, sebelumnya ia tidak pernah bertemu anak seumuran dirinya yang begitu cerah dan banyak bicara ini.
Tanpa sadar matanya hilang karena tersenyum lebar.
"Aku suka Gundam".
" Mm apa itu Gundam?". Tanya haechan bingung.
"Kamu tidak tau Gundam?".
Haechan hanya menggeleng sebagai respon." Datanglah besok aku punya banyak Gundam ". Ajak Jeno
" Benarkah apa boleh? ". Matanya penuh binar kebahagiaan. Merespon ajakan teman barunya dengan semangat.
Jeno hanya menganggukan kepalanya dengan senyum lebar di pipi nya.
" Haechan waktunya makan siang".
"Oh mae memanggilku, sampai jumpa Jeno". Kemudian dengan bergegas ia memasuki rumahnya.
Jeno menatap kepergian haechan, masih dengan senyum lebar di pipinya, sepertinya tinggal disini tidak seburuk pemikiran nya, haechan anak yang lucu sejauh ini.
Sore itu tampak lebih sejuk daripada tadi siang, seorang anak yang digandeng ibunya yang membawa sepiring serta sebungkus bingkisan.
Ting tong
"Hallo selamat sore".
" Hai sore juga".
"Aku taeyong dan ini anakku jeno, kami baru saja menempati rumah sebelah mu".
Ten merubah raut wajahnya dari yang berkerut bingung hingga tersenyum lebar. Mempersilahkan ibu dan anak itu untuk masuk ke rumah nya.
" Ini ada beberapa bingkisan yang ku buat sendiri, semoga kamu menikmatinya". Tangannya menyodorkan bingkisan itu pada Ten. Dengan tersenyum lebar ia menerimanya.
"Terimakasih banyak, silakan duduk aku akan buatkan minuman".
" Tidak usah terlalu repot".
"Ahh tidak merepotkan, tunggu sebentar ya, Channie turunlah! ".
Haechan yang sedang menonton serial favorite nya itu harus terinterupsi suara sang mae, kemudian dengan malas turun ke lantai dasar.
" Ya mae".
"Ini aunty taeyeong dan jeno, berisalam".
" Halo jeno halo aunty". Sambil membungkuk badan sopan dan senyum menawan.
"Ahh cantik dan lucu sekali siapa namamu sayang? ". Tanya taeyong tangannya menarik pergelangan tangan haechan pelan kemudian mengusap kepalanya dengan sayang.
Jeno menatap heran, biasanya bubu nya tidak pernah se excited itu dengan teman-temannya.
" Aku haechan aunty".
"Wah nama yang indah, kamu cerah seperti matahari ya". Tangannya perpindahan ke kedua pipi gembul milik haechan mengusapnya perlahan sambil di cubit pelan.
" Heheh iya aunty"
"Caa haechan temani aunty dan jeno, mae akan kedapur sebentar".
"Oke mae".
Taeyong sepertinya suka sekali dengan anak tetangganya ini, kepribadian yang cerah tidak seperti anak-anaknya yang pendiam. Sangat imut dan manis.Jeno manatap haechan dan taeyong bergantian, dengan senyum lebar menyaksikan bubu nya yang penuh semangat berbincang dengan haechan.
" Maaf ya aku belum belanja banyak, silakan dinikmati". Ten membawa nampan penuh seteko jus dan puding mangga.
"Ey tidak masalah".
"Channie sayang bisa ajak Jeno
bermain"." Oke mae! Ayo jeno kita ke kamarku".
Jeno hanya pasrah saat haechan menyeret tangannya menuju lantai atas tempat kamarnya berada.
Taeyong dan Ten berbicara banyak hal, seperti sahabat lama baru bertemu kembali membahas beberapa hal yang akhirnya mereka bahas semua. Sangat nyaman keduanya berbicara bahkan sampai terdengar gelak tawa besar dari kamar haechan. Ah sepertinya sang mae sangat senang punya teman baru juga.
Sementara haechan dan Jeno tiduran di atas kasur sambil menonton kartun sincan dengan tenang. Sekotak popcorn diantara keduanya dan segelas susu di nakas.
"Sinchan ini Jeno, Jeno ini sinchan teman ku". Jeno menatap heran haechan yang berbincang dengan boneka nya sambil menggerakkan tangan boneka itu pelan.
" Apa yang kamu lihat, ayo salaman". Walaupun masih heran Jeno tatap menggenggam tangan boneka sincan itu dan menggoyangkan nya perlahan.
"Nah Jeno apa kamu mau jadi temanku selamanya? ". Mata nya menatap mata Jeno dengan penuh binar harapan, wajah nya memperlihatkan senyum sumringah yang cerah.
Senyum haechan membuat bibirnya melengkung mengikuti. Saling menatap dengan binar kebahagiaan. Sama-sama tersenyum dengan lebar sampai matanya hilang.
" Tentu".
"Hahaha Jeno saat tersenyum matamu hilang".
---
Tbc
180923
KAMU SEDANG MEMBACA
(Discontinued) We Grow Together
Fanfictionhanya cerita tentang dua sahabat bertetangga Haechan dan Jeno. . . . Be Smart Reader this story contains lgbt! do not copy! (bxb) pic :Pinterest begins : 180923