3

559 58 1
                                    

June 2007
Birthday party

"JENO AWAS!".

Guk guk guk

Anjing berjenis bull terrier itu mengejar mereka dengan cepat, Jeno dan haechan yang mengendarai sepeda nya masing-masing. Keadaan kacau saat itu haechan menangis keras sambil mengayuh sepeda nya dengan cepat dan panik.

"HuaaaAA maee!".

Menangis terus tapi panik juga saat itu, bagaimana tidak anjing penjaga itu hanya menyerang saat diganggu.

"Haechan! Kayuh yang cepat!".

Jeno sama paniknya ia mengendarai sepeda nya dengan ugal-ugalan berbelok arah berbeda agar anjing itu hanya melihat kearahnya namun hanya haechan yang menjadi pusatnya.

Bermula saat mereka mencoba sepeda baru roda dua nya, berhenti di depan rumah kakek hans yang sedang memandikan buldi nama anjingnya, kemudian dengan sangat berani bermaksud bercanda haechan yang berbuat tapi Jeno pula kena batunya.

Jeno telah sampai di depan rumah Johnny, berteriak keras terburu-buru.

"Uncle Jo! Uncle jo!".

"Hey hey what's going on?".

"Tolong haechan".

Jeno berujar dengan panik kemudian pergi begitu saja minta di ikuti. Tanpa lama Johnny tentu saja ikut berlari menuju taman komplek.

Haechan disana mengendarai sepeda nya dengan cepat sambil menangis, entah sudah yang ke berapa kali ia berputar, anjing itu masih mengikuti.

"God please help me, aku janji tidak makan gulali diam-diam lagi".

" HuaaAA Daddy help me!".

Haechan semakin menangis histeris melihat sang daddy, masih dengan singlet dan celana boxernya.

"HEY!".

Johnny melempar slipper yang ia pakai ke arah buldi sang anjing.

"Buldi come!".

Tepat saat slipper itu mengenai buldi kake hans datang dengan nafas terputus-putus sambil memegang boneka panda kesukaan buldi.

"Haechan Awas!".

Bruk

Terlambat sudah, sepeda kecilnya menabrak pot tanaman milik bibi yon, suaranya terdengar keras, kemudian ia menangis keras.

Jeno dan Johnny dengan cepat menghampiri, membantu sang anak untuk berdiri namun nahas walaupun memakai pelindung safety tetap saja terluka. Johnny menenangkan sang anak di gendongan dan Jeno membantu menuntun sepeda menuju rumah.

Sang ibu menanti di depan rumah disamping nya ada taeyong dan jaehyun.

"Ada apa haechan kenapa?".

"Dikejar anjingnya pak hans lalu terjatuh".

Mereka langsung dengan cepat membawa haechan masuk, taeyong membantu melepas pelindung dari tubuh haechan, ten kedapur untuk mengambil baskom berisi air dan antiseptik.

"Eung ini sakit huuu maee".

Masih di pangkuan sang daddy haechan terus menangis, kaki sikut serta pipinya tergores.

" Sudah tidak apa, mae dan bubu akan obati cup cup anak manis".

Taeyong menepuk pelan kepala haechan sambil meniup sedikit luka yang ada di kaki.

Jeno hanya diam memperhatikan, namun lama-lama dadanya sesak juga. Menunduk sambil meremat baju kuat, jaehyun pun menyaksikan anaknya dengan khawatir.

"Boy kamu terjatuh juga?". Jaehyun bertanya sambil mengecek seluruh badan putranya.

Jeno menggeleng sebagai respon, namun semakin menundukkan kepala. Jaehyun heran kemudian mensejajarkan dirinya dengan sang anak.

"Terus kenapa?".

Jeno langsung menangis sedih, matanya yang merah menatap sang ayah, pipinya basah penuh linangan air mata membuat jaehyun semakin terheran kemudian ia menangis sambil berkata.

"Haechan terluka, Jeno tidak bisa menjaga haechan papa".

Kemudian memeluk sang papa erat. Jaehyun menggendong anaknya kemudian membawa nya ke hadapan haechan yang masih menangis.

"Haechan tidak papa, Jeno ini hebat sekali loh, sudah mencari bantuan dan memberitahu uncle".

Ten menghampiri Jeno yang sedang digendong papanya, mencubit pipinya pelan sambil menghapus air matanya.

" Iya terimakasih ya jeno sudah jadi pemberani dan sudah menjaga haechan dengan baik, lihat haechan baik-baik saja, haechan cepat bilang kalau sudah baik". Johnny berkata.

"Iya aku sudah tidak papa Jeno, tapi masih sakit sedikit".

Jeno yang di gendongan meminta turun kemudian menghampiri haechan yang masih dalam pangkuan daddy nya. Ia memeluk haechan dengan erat seakan melampiaskan rasa bersalah nya. Para orang tua tersenyum menyaksikan seakan ikut terlarut dalam suasana haru yang tercipta.

"Bagaimana kalau pestanya di undur saja, channie kan masih sakit". Taeyong bertanya.

"Jangan bubu, channie ingin meniup lilin bersama teman-teman". 

"Oke daddy dan uncel jae akan melanjutkan menghias".

"Eung".

"Mae dan bubu akan membuat kue yang banyak untuk teman-teman". Ucap ten sambil mengusap kepala sang anak.

"Okeyy"

"Jeno temani haechan ya". Taeyong mengusap punggung Jeno.

"Tiup lilinnya! Tiup lilinnya sekarang juga! Sekarang juga!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tiup lilinnya! Tiup lilinnya sekarang juga! Sekarang juga!".

Acara berlangsung sesuai rencana walaupun dengan perban di pipinya tidak menyurutkan sedikitpun kebahagiaan haechan dan keluarganya.

Haechan bercerita heboh tentang kejadian yang menimpanya siang tadi pada teman-teman nya, namun suasana bercerita tidak sesuai kekenyataan yang ada seperti bagian dirinya yang terjatuh dan menangis hebat. Teman-teman nya bersorak penuh percaya.

"Wahhh keren"

"Seperti superhero yang di TV"

"Hey apa Jeno juga menjadi superhero?"

"Tentu saja"

"Wahh apa kekuatan mu"

"Emm kalo itu—

"Kaki cepat"

"Ah iya benar kata jeno, kaki ku bisa mengayuh sepeda dengan cepat"

"Wah aku juga ingin dikejar buldi"

"Haha kamu harus melemparnya dengan batu".




———
Tbc
180923

(Discontinued) We Grow TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang